Hari Ini Muhammadiyah Berusia 109 Tahun, Simak Sejarah Singkat hingga Arti Nama
Muhammadiyah berusia 109 tahun tepat hari ini, ketahui sejarah, serta arti nama Muhammadiyah
Penulis: Faishal Arkan
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Berikut sejarah singkat berdiri serta arti nama Muhammadiyah.
Hari ini, pada 18 November 2021 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Tepat pada tanggal tersebut, Muhammadiyah resmi berdiri.
Organisasi resmi Muhammadiyah berdiri pada 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912.
Dengan demikian tepat hari ini Muhammadiyah telah berusia 109 tahun.
Muhammadiyah didirikan oleh seorang khatib dan pedagang bernama Muhammad Darwis, atau saat ini dikenal dengan nama KH Ahmad Dahlan.
Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah dilatar belakangi oleh beberapa hal.
Selain itu, terdapat beberapa sejarah awal berdirinya Muhammadiyah, hingga sampai saat ini.
Lalu, bagaimana sejarah berdirinya organisasi Muhammadiyah?
Baca juga: Milad Muhammadiyah, Puan Maharani Apresiasi Peran untuk Bangsa dan Negara
Baca juga: Menteri Agama: Selamat Milad Ke-109 Muhammadiyah
Dikutip dari muhammadiyah.or.id, berikut sejarah berdirinya, serta arti nama Muhammadiyah:
Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KH A Dahlan.
Beliau merupakan pegawai Kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang.
Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, hati KH Ahmad Dahlan kemudian tergerak untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
Oleh karena itu, Ahmad Dahlan lalu memberikan pengertian keagamaan di rumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan pedagang.
Awalnya, ajaran tersebut ditolak.
Namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya.
Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung upayanya dalam dakwah sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa.
Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah.
Hingga kini, Muhammadiyah telah ada di seluruh pelosok tanah air Indonesia.
Selain memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, Ahmad Dahlan juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut “Sidratul Muntaha”.
Pada siang hari, pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan.
Sedangkan, pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.
KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan.
Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.
Rapat Tahunan tersebut kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.
Arti Nama Muhammadiyah
Kata ”Muhammadiyah” menurut bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”.
Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menghubungkan dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut:
"Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam.
Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar bisa menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam.
Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya."
Adapun gagasan pembaruan agam Islam diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti:
- Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau
- Kyai Nawawi dari Banten
- Kyai Mas Abdullah dari Surabaya
- dan Kyai Fakih dari Maskumambang.
Selain itu, Kyai Dahlan juga membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Saudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan.
Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.
Baca juga: Jokowi Apresiasi Kontribusi dan Konsistensi Muhammadiyah dalam Penanganan Pandemi Covid-19
(Tribunnews.com/Arkan)