Lembaga Keagamaan Rawan Disusupi Teroris, Islah Bahrawi Minta Lakukan 'Tracing'
Lembaga-lembaga resmi pemerintah khususnya yang bergerak di bidang keagamaan dianggap rentan disusupi terduga teroris.
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga-lembaga resmi pemerintah khususnya yang bergerak di bidang keagamaan dianggap rentan disusupi terduga teroris.
Karena lembaga-lembaga tersebut beririsan langsung dengan kegiatan keagamaan dan dakwah.
Hal tersebut dikatakan Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi
menyusul penangkapan Ahmad Zain An-Najah oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
"Ini sebenarnya bukan barang baru, tapi ketika MUI yang seharusnya orang-orang paham agama dan sebagainya manifesto politisasi agama itu memang sering sekali menyusup ke dalam lembaga-lembaga ulama, lembaga-lembaga keislaman, entah itu DDII, NU, Muhammadiyah. Ini memang paling rentan karena ini beririsan langsung dengan dunia-dunia keagamaan dan dakwah," kata Islah dalam pernyataannya, Minggu(21/11/2021).
Islah pun menyarankan agar MUI dan lembaga-lembaga dakwah dan keagamaan lainnya mulai melakukan koordinasi dalam menentukan pengurus harian maupun pengurus komisi-komisi.
Baca juga: Densus 88 Tangkap Ahmad Zain An-Najah, Mahfud MD: MUI Tidak Bisa Dibubarkan Begitu Saja
Karena itu perlu adanya koordinasi dengan kepolisian, TNI maupun lembaga intelijen negara untuk menentukan pengurus yang bersih atau tidak terlibat dengan kelompok terorisme.
Kementerian Komunikasi dan Informatika yang berhubungan dengan ranah-ranah publik harus melakukan asesmen.
Menurut dia, penangkapan Zain An-Najah hanya sebagian kecil yang akhirnya membuka mata semua bahwa betapa rentannya lembaga-lembaga di negeri ini.
Terkait penangkapan Ahmad Zain dinilai tidak ada kaitannya dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau statusnya sebagai ulama.
Ahmad Zain murni diduga terlibat dalam jaringan terorisme organisasi Jemaah Islamiyah (JI).
Densus menangkap Ahmad Zain di Jalan Merbabu Raya, Pondok Melati, Kota Bekasi sekitar pukul 04.39 WIB pada Selasa (16/11/2021). MUI pun telah menonaktifkan status kepengurusan Ahmad Zain An-Najah.
"Jelas pada dasarnya penangkapan ini tidak ada hubungannya dengan MUI. Cuma memang kebetulan dia pengurus MUI. Zain An-Najah ini ditangkap, termasuk Farid Okbah, bukan karena dia ulama atau bukan," kata Islah.
Menurut Islah, Ahmad Zain dan Farid Okbah sebenarnya tokoh lama yang segala aktivitasnya diawasi dan dipelajari oleh Densus.
Dia mengatakan ada banyak yang membuktikan keterlibatan Ahmad Zain dan Farid Okbah dalam Yayasan Abdurrahman Bin Auf yang menjadi bagian perisai organisasi-organisasi bentukan JI.
Baca juga: Farid Okbah Bertemu Anies Baswedan 3 Hari Sebelum Ditangkap Densus, Berikut Penjelasan Kuasa Hukum
"Ini tentu saja tidak bisa dibantah. Hasil penyidikan mengatakan mereka mengakui semua itu," katanya.
Dia melanjutkan, MUI jelas tegas tidak mendukung terorisme.
MUI justru memiliki satu lembaga baru dalam masa formatur kepemimpinan Kiai Miftachul Akhyar bernama Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme.
Bahkan, MUI mengeluarkan fatwa menyatakan terorisme itu haram.
"Artinya MUI tidak terlibat sama sekali di sini. Densus juga menangkap bukan karena mereka ini MUI, tidak ada hubungannya sama sekali," imbuhnya.
Islah menilai penangkapan ini kembali membuktikan pemerintah tegas terhadap terorisme.
Sikap itu penting karena terorisme sudah masuk ke berbagai lini kehidupan dan organisasi.
Mereka selalu berupaya bergerak di bawah dan atas permukaan, mereka juga bergerak di permukaan.
"Mereka berusaha menyusup ke lembaga-lembaga resmi normatif seperti lembaga pemerintah,"ujar Islah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.