#RepaintIndonesia, 7 Pemural Tuangkan Imajinasi di Tembok Gedung Kompas Gramedia Sepanjang 110 Meter
Tujuh pemural muda Indonesia menuangkan imajinasinya tentang Indonesia baru di tembok sisi utara gedung Kompas Gramedia.
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tujuh pemural muda Indonesia menuangkan imajinasinya tentang Indonesia baru di tembok sisi utara gedung Kompas Gramedia, Palmerah Selatan, Jakarta Pusat.
Goresan cat tembok dan semprotan pilox anak-anak muda di tembok sepanjang 110 meter tersebut menjadi penanda awal gerakan kolaborasi kerja-kerja kebaikan bagi Indonesia, #RepaintIndonesia, yang berlangsung 23-28 November 2021.
“#RepaintIndonesia yang diprakarasi Rekata Studio dan Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia mengusung 5 nilai, yakni memuliakan kehidupan, memuliakan perbedaan, memuliakan kerja, memuliakan pengetahuan, dan memuliakan kreativitas. Semua dilakukan lewat kerja-kerja kebudayaan. Suatu bidang kerja yang bersifat lentur dan universal,” ucap Candra Gautama, editor senior KPG, sekaligus penggagas #RepaintIndonesia di Jakarta, Rabu (24/11/2021).
Menurut Candra, kelima nilai tersebut bagi #RepaintIndonesia jadi prasyarat bagi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan harmonis.
Sekaligus menjadi semacam 'penanding' enam karakter orang Indonesia yang pernah dilontarkan wartawan dan sastrawan Mochtar Lubis dalam Pidato Kebudayaan tahun 1977, yakni munafik, tidak mau bertanggung jawab, berperilaku feodal, percaya pada takhayul, lemah karakternya, dan berbakat seni.
"Jika tilikan Mochtar itu benar adanya, bahkan karakter itu masih menempel hingga sekarang, maka kita bertanya, mengapa bangsa ini masih bisa bertahan sampai sekarang? Bukannya rontok karena digerogoti dari dalam, bahkan ketika pandemi Covid-19 mendera Tanah Air dua tahun terakhir?" katanya.
Baca juga: Bantu Tingkatkan Literasi di Ponpes Modern Darul Haitam, Kompas Gramedia Donasikan Buku Bacaan
Lanjutnya, satu hal yang dilupakan Mochtar, manusia Indonesia yang berkarakter baik lebih banyak daripada manusia Indonesia berkarakter buruk yang dia temui.
"Itulah orang-orang yang membuat Indonesia tetap bertahan hingga sekarang," ujarnya.
Lima Perhatian
Sebagai gerakan kolaborasi kerja-kerja kebaikan, #RepaintIndonesia menaruh perhatian pada lima tema fundamental bangsa yakni etnisitas, keragaman hayati dan perubahan iklim, negeri cicin api, keragaman pangan lokal, dan masalah urban.
Semua akan direspons secara kreatif oleh kaum muda lewat kerja-kerja kebudayaan.
Setelah Jakarta, pada 2022 #RepaintIndonesia akan bergerak ke daerah-daerah yang memilki arti penting dalam 'Menjadi Indonesia', baik secara kultural, historis, maupun ekonomi.
Daerah itu boleh jadi jarang terdengar di panggung nasional.
“Bagi #RepaintIndonesia, narasi tentang Indonesia bukan melulu tentang Jakarta, Bali, Yogya, atau daerah-daerah yang akrab di telinga. Dan di tiap daerah itu, #RepaintIndonesia akan berkolaborasi dengan kaum muda setempat, mengampanyekan hal-hal kebaikan,” ujar Pramudya Andika, koordinator #RepaintIndonesia yang juga Creative Director Rekata Studio.
Baca juga: Lewat Yayasan DKK, Pembaca Harian Kompas Berdonasi untuk Persatuan Tuna Netra di Lampung
Selain itu, menurut Pramudya dengan kegiatan tersebut seniman-seniman bisa kembali berkolaborasi secara tatap muka selah hampir dua tahun tidak bisa dilakukan karena pandemi Covid-19.
“Selain itu, kembali bisa berkolaborasi secara tatap muka dengan para seniman-seniman ini adalah sesuatu yang sangat menyenangkan, setelah praktis 2 tahun tidak bisa melakukannya karena pandemi. Di awal diskusi dengan ketujuh seniman, mereka menceritakan narasi-narasi yang menarik tentang imajinasi dan pandangan mereka tentang Indonesia yang akhirnya mereka tuangkan dalam sebuah desain gambar mural untuk Repaint Indonesia” kata Pramudya Andika.
#RepaintIndonesia mengajak semua pihak untuk berkolaborasi melakukan kerja-kerja kebaikan.
Seperti gayung bersambut, dalam kick off di Jakarta, #RepaintIndonesia mendapat dukungan dari PT Mowilex Indonesia dan Basuki Widjaja Kusuma, pemberdaya UKM kuliner Indonesia.
Tentang 7 Pemural dalam Kick Off #RepaintIndonesia
1. Monez Gusmang
Ilustrator kelahiran Bali ini diketahui meraih gelar sarjana dan master seni dari Institut Seni Indonesia Denpasar.
Monez bekerja sebagai ilustrator profesional selama 15 tahun.
Setelah bekerja sebagai pattern designer untuk industri garmen, ia mulai membagikan hasil karyanya di media sosial dan meraih sukses sebagai ilustrator.
Baca juga: Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas Salurkan Paket Sembako untuk Masyarakat Tambaklorok Semarang
Beberapa klien Monez, antara lain, Apple, Starbucks, Havaianas, Bali Zoo, Grab, Walt Disney Indonesia, dan Aqua.
Ia bekerja dari studionya di Bali dan membangun tim bernama Florto Studio dengan karya menggunakan cat akrilik, cat minyak, watercolor, dan charcoal.
2 Muchlis Fachri 'Muklay'
Seniman asal Jakarta kelahiran 1993 ini karya seninya menggabungkan Pop Art dan Surealisme dengan warna cerah.
Ia juga sering menambahkan obyek-obyek yang akrab dengan kita, seperti karakter kartun kesukaan kita semasa kecil.
Kini ia banyak berkolaborasi dengan brand-brand terkenal, diantaranya Uniqlo, Gramedia, Xiaomi, dan Lock n Lock.
Selaindengan brand, Muklay berkolaborasi dengan grup musik RAN untuk pergelaran Closing Ceremony Asian Games 2018.
Muklay dinobatkan sebagai 1dari 30 under 30 versi majalah Forbes dan sempat menggelar pameran tunggal di Tokyo, Jepang, pada 2020.
3. Shane Tiara
Wanita yang juga dikenal sebagai Shane Tortilla diketahui lahir dan besar di Jakarta.
Ia adalah seorang ilustrator, comic artist, dan mural artist, tetapi sering kali menyebut sendiri sebagai visual entertainer.
4. Mayumi Haryoto
Keturunan Jepang dan Indonesia ini karyanya penuh dengan emosi dan sentimentalitas, coba menghubungkan hasrat manusia dan pencarian makna dan pengalaman baru.
Sangat dipengaruhi oleh senitradisional Asia Timur yang bercampur dengan kecintaannya pada dunia desain, pulp art, dan budayanerd, ia mencoba menciptakan perpaduan yang menarik antara sentimental masa lalu dan kepekaan modern.
Ia pernah bekerja dengan berbagai brand besar dan telah memamerkan karyanya di beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Michigan, London, dan Frankfurt.
5. Mohammad Taufiq 'Emte'
Ia telah lebih dari 20 tahun menjalani karier sebagai seniman, ilustrator, dan desainer grafis.
Terkenal dengan inisialnya Emte sekilas terdengar seperti ‘empty’ alias ‘kosong’.
Sebagai seniman visual, sejak 2001 ia aktif dan konsisten berpameran, terlibat berbagai proyek kesenian, serta berkolaborasi dengan berbagai commercial brand.
6. Bunga Fatia
Seorang seniman visual yang bermula dari Street Art sejak 2011.
Bunga pernah terlibat dalam beberapa proyek mural di nasional maupun internasional.
Tahun 2014, Bunga membuat komunitas graffiti khusus perempuan bernama “Ladies on Wall”.
7. WD Willy
Ia memulaikariernya sebagai ilustrator atau visual artis sejak 2015.
Bermula dari membuat ilustrasi untuk buku anak dan board games.
Ia kerap berkolaborasi dengan beberapa brand nasiona lmaupun internasional.
Ciri khas dari ilustrasinya adalah color full yang digabungkan dalam berbagai desain karakter menarik. (*)