Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cak Imin Candai Jusuf Kalla soal Calon Ketum PBNU: Kalau Pak JK Buat Pesantren Bisa Dipanggil Kiai

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menyampaikan candaan terkait isu Jusuf Kalla (JK) menjadi Ketua Umum PBNU.

Penulis: Reza Deni
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Cak Imin Candai Jusuf Kalla soal Calon Ketum PBNU: Kalau Pak JK Buat Pesantren Bisa Dipanggil Kiai
ist
Ketua Umum DPP PKB yang juga Inisiator Majelis Pesona Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) pada acara peringatan Maulid atau Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada Selasa (19/10/2021) bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1443 H. 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menyampaikan candaan terkait isu Jusuf Kalla (JK) menjadi Ketua Umum PBNU.

"Pak JK kemarin banyak yang nawarin dijadiin ketua umum PBNU karena beliau adalah Mustasyar, beliau jawab 'loh saya bukan kiai atau bukan ulama'," kata Cak Imin dalam sambutannya saat mengisi Halaqah Satu Abad NU di DPP PKB, Jakarta Pusat, Kamis (2/12/2021).

Cak Imin mengatakan bahwa JK bisa saja menyandang gelar kiai dengan syarat tertentu.

"Tapi kalau Pak JK bikin pesantren ya insyaallah langsung bisa disebut kiai, kira-kira begitu," ujar Cak Imin disusul tawa para peserta.

Diketahui dalam acara itu hadir pula JK sebagai salah satu pengisi acara. Cak Imin mengaku tidak tahu apakah JK memiliki pesantren atau tidak, tapi ia mengatakan NU saat ini berkembang hingga 100 tahun dan salah satunya banyak peran dari pesantren.

"Nah itu itu salah satu kategori NU adalah pesantren besar, pesantren adalah NU kecil, itu kategorinya sehingga sampai hari ini berkembang sampai hari ini menjadi kekuatan sosial terutama kekuatan politik yang PKB ini salah satu cerminan dari salah satu kekuatan politik Nahdlatul Ulama," pungkasnya.

Berita Rekomendasi

Jusuf Kalla didorong maju Ketum PBNU

Bursa calon Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menghangat.

Petahana KH Said Aqil Siroj siap melanjutkan kepemimpinannya untuk periode ketiga.

Di saat bersamaan beberapa tokoh juga siap menggantikan kepemimpinannya.

Satu nama yang paling digadang-gadang menjadi penantang serius adalah mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Yahya Cholil Staquf.

Kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas itu sudah mendapat dukungan dari sejumlah Pengurus Wilayah NU

Di tengah persaingan dua kiai itu, nama Jusuf Kalla (JK) tiba-tiba ikut mencuat.

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 tersebut diusulkan untuk ikut maju menjadi calon ketua umum ormas Islam terbesar di Indonesia itu dalam Muktamar yang akan digelar di Lampung, 23-25 Desember.

Adalah Deputi Balitbang Partai Demokrat, Syahrial Nasution yang mengusulkan nama JK untuk maju menjadi calon Ketum PBNU.

Baca juga: Dijagokan Jadi Calon Ketum PBNU, JK Belum Beri Tanggapan

Syahrial menyebut JK juga termasuk tokoh NU.

Karena itu ia layak ikut maju menjadi Calon Ketua Umum (Caketum) PBNU.

"Pak Jusuf Kalla selain tokoh bangsa, tokoh nasional, tokoh Indonesia timur, juga tokoh NU," kata Syahrial lewat keterangan tertulisnya, Minggu (14/10).

JK memang jarang tampil ke publik sebagai tokoh NU.

Namun sebenarnya ia menyandang status Mustasyar PBNU periode 2015-2020.

Dalam struktur PBNU, Mustasyar berperan sebagai dewan penasihat. Selain JK, Mustasyar PBNU diisi kiai-kiai sepuh seperti Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus dan almarhum Maemun Zubair alias Mbah Moen.

Baca juga: 2 Periode Pimpin PBNU, Ketua LPBI Ungkap Peran Kiai Said di Dunia Internasional Soal Perubahan Iklim

Dengan pengalaman sebagai Wakil Presiden dua kali, Syahrial menilai JK punya kemampuan mumpuni memimpin PBNU.

"Sangat lengkap pengalaman organisasi dan kemampuannya dalam membesarkan organisasi. Seandainya beliau berkenan memimpin NU ke depan, tentu makin membuat besar organisasi Nahdliyyin," kata Syahrial.

Syahrial juga berbicara latar belakang ekonomi dan bisnis JK.

Menurutnya jika JK jadi Ketum, PBNU tak akan punya beban apa pun dalam menjalankan roda organisasi.

"Secara ekonomi dan bisnis Pak JK sangat mumpuni. Akan fokus dalam membesarkan organisasi. Tidak perlu juga hadiah jabatan yang dikhawatirkan dapat menjadi beban dalam menjalin silaturahmi dengan pihak lain," ujarnya.

Ketua PMI, Jusuf Kalla, Kamis (9/7/2020).
Ketua PMI, Jusuf Kalla, Kamis (9/7/2020). (Dok PMI)

Syahrial juga memuji rekam jejak mantan wakil presiden RI pendamping Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jokowi itu.

Dia memerinci kerja JK dalam langkah perdamaian dalam negeri dan luar negeri.

"Keberhasilannya dalam menjalin langkah-langkah perdamaian baik di dalam negeri maupun di luar negeri patut diacungi jempol. Itu pun lagi-lagi karena kedekatan beliau dengan ulama dan tokoh-tokoh agama lainnya. Itu pandangan saya," kata Syahrial.

Menanggapi usulan Syahrial itu, Juru Bicara JK Husain Abdullah mengatakan Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu belum memberikan respons apa-apa.

"Sejauh ini belum ada tanggapan," ucap Husain.

Adapun pengamat politik Adi Prayitno menilai JK punya potensi menjadi calon Ketum PBNU.

"JK sangat potensial. Pengalaman politik, organisasi, dan mengelola jaringan masjid teruji. Dari berbagai penjuru mata angin tak ada yang meragukan kapasitas JK yang punya jaringan kuat. Sangat menarik kalau JK ikutan kontes pemilihan ketum PBNU biar lebih variatif karena muncul tokoh NU dari non Jawa," kata Adi.

Baca juga: Marsudi Syuhud Jelaskan Mengapa PBNU Selalu Dipimpin Laki-laki

Meski begitu, Adi menyebut jalan JK menjadi Caketum PBNU tak akan mulus.

Menurutnya, JK tidak masuk dalam radar calon ketum PBNU, sehingga JK harus tetap bekerja keras mencari dukungan.

"Kalau JK niat maju mesti gerilya cari dukungan. Karena selama ini JK tak masuk radar calon ketum PBNU. Malah yang mengerucut kuat ke dua calon Kyai Said dan Gus Yahya," ucapnya.

"Jikapun ingin maju JK harus kerja keras dan tak mudah cari dukungan. Karena calon kuat mengerucut ke dua orang. Kiai Said sebagai petahana dan Gus Yahya. Dan selama ini tradisi ketum PBNU itu harus orang jawa. Dengan kata lain JK tak terlampau dihitung jadi calon ketum PBNU," lanjut Adi.

Di sisi lain Adi mempertanyakan apakah JK memiliki kemauan maju menjadi caketum PBNU. Ia meragukan hal tu, karena JK terlihat ingin pensiun dari dunia politik.

"Problemnya, apa JK mau ikutan tanding? Rasa-rasanya JK terlihat ingin pensiun dari urusan dunia politik dan organisasi. Karena ngurus NU tak mudah, berat dan begitu beragam," ucapnya.(tribun network/den/dod) (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas