Sejarah Gempa Besar di Selat Sunda-Banten, Pernah Terjadi Tsunami Setinggi 30 Meter
Berikut sejarah gempabumi merusak di Selat Sunda, yang disampaikan BMKG dalam rilis Jumat (14/1/2022).
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Gempa berkekuatan M 6,7 SR terjadi di Selat Sunda, pada Jumat (14/1/2022) pukul 16.05.41 WIB.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, episenter gempa bumi terletak pada jarak 132 km arah Barat Daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 40 km.
Menurut BMKG, gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi, namun tidak berpotensi tsunami.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan pers yang disiarkan di YouTube BMKG, Jumat petang.
BMKG mencatat, gempa besar di Selat Sunda bukan kali ini saja terjadi.
Sebelumnya, gempa besar bahkan menyebabkan tsunami juga pernah terjadi di Selat Sunda.
Baca Juga: Analisis BMKG soal Gempa 6,7 SR di Banten, Gempa Dangkal akibat Aktivitas Subduksi
Baca Juga: BNPB: Belum Ada Laporan Korban Jiwa Akibat Gempa Banten
Berikut sejarah gempa bumi merusak di Selat Sunda, yang disampaikan BMKG dalam rilis Jumat (14/1/2022).
- 4 Mei 1851: Di Teluk Betung dan Selat Sunda pasca gempa kuat teramati tsunami setinggi 1,5 m.
- 9 Januari 1852. terjadi gempa kuat selanjutnya terjadi tsunami kecil.
- 27 Agustus 1883 – Terjadi tsunami dahsyat di atas 30 meter akibat erupsi Krakatau
- 23 Februari 1903 terjadi gempa M7,9 berpusat di selatan Selat Sunda yang merusak di Banten
- 26 Maret 1928 terjadi tsunami kecil yang teramati Selat Sunda pasca gempa kuat.
- 22 April 1958. terjadi gempa kuat di Selat Sunda diiringi dengan kenaikan permukaan air laut/tsunami.
- 22 Desember 2018. Selat Sunda dilanda tsunami akibat longsoran Gunung Anak Krakatau
- 2 Agustus 2019 terjadi gempa M7,4 yang merusak di Banten dan berpotensi tsunami.
Baca Juga: BNPB: Sejumlah Rumah Warga di Pandeglang Rusak Akibat Gempa Banten
Baca Juga: Gempa di Perairan Banten, Karyawan KPK Berhamburan Tinggalkan Gedung Merah Putih
Analisis BMKG tentang Gempa Banten 6,7 SR
Catatan awal BMKG tentang gempa di Banten ini menunjukkan gempa berkekuatan M 6,7 SR dengan kedalaman 10 km.
"Info Gempa Mag:6.7, 14-Jan-22 16:05:41 WIB, Lok:7.01 LS, 105.26 BT (52 km BaratDaya SUMUR-BANTEN), Kedlmn:10 Km," tulis akun Instagram @infobmkg.
Namun setelah dianalisis lagi, menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M6,6 SR.
Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,21° LS ; 105,05° BT , atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 132 km arah Barat Daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 40 km.
Menurut BMKG, gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," ungkap BMKG melalui akun Instagram @infobmkg.
BMKG melaporkan, guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Cikeusik dan Panimbang dengan skala VI MMI.
Getaran dirasakan oleh semua penduduk dan membuat masyarakat cukup terkejut hingga berlarian keluar ruangan.
Di Labuan dan Sumur, gempa dirasakan dengan kekuatan IV MMI. Tangerang Selatan, Lembang, Kota bogor, Pelabuhan Ratu, Kalianda, bandar Lampung, dirasakan III – IV MMI.
Jakarta, Kota Tangerang, Ciracas, Bekasi, Kota Bandung, Kab.Bogor, Kotabumi, dirasakan II - III MMI, yakni getaran dirasakan nyata dalam rumah.
Gempa Susulan
Setelah gempa pertama pada 16.05 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya lima aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock.
Dari lima gempa susulan tersebut, kekuatan gempa terbesarnya sekitar 5,7 magnitudo.
"Hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempabumi susulan sebanyak lima kali, dengan magnitudo terbesar M 5,7," kata Dwikorita.
Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
BMKG mengimbau agar masyarakat menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Selain itu juga memeriksan dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan dari gempa.
(Tribunnews.com/Tio)