Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Perayaan Tahun Baru Imlek, Sempat Dihapus pada Tahun 1912

Tahun Baru China atau juga dikenal sebagai Tahun Baru Imlek mengalami proses perkembangan yang panjang. Berikut sejarah Tahun Baru Imlek.

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Nuryanti
zoom-in Sejarah Perayaan Tahun Baru Imlek, Sempat Dihapus pada Tahun 1912
Tribunnews/JEPRIMA
Warga keturunan Tionghoa saat melakukan sembahnyang di Kim Tek Le atau Vihara Dharma Bakti, Petak Sembilan Glodok, Jakarta Barat, Kamis (11/2/2021). Simak sejarah Tahun Baru Imlek yang sempat dihapus pada 1912. 

Dan monster Nian tidak pernah muncul lagi.

Sejarah Tahun Baru Imlek

Berikut ini sejarah Tahun Baru China atau Tahun Baru Imlek, dikutip dari Travel China Guide:

Asal Mula Dinasti Shang (abad ke-17 SM – 1046 SM)

Sejarah Tahun Baru Imlek sangat erat kaitannya dengan masyarakat agraris di masa lalu.

Orang-orang kuno menyimpulkan disiplin siklus musim dari pengalaman menanam mereka, dan perayaan tahunan muncul dengan hasil kalender di Dinasti Shang.

Kegiatan ibadah paling awal menjadi cikal bakal festival.

Berita Rekomendasi

Orang-orang menghubungkan makanan, pakaian, dan panen mereka dengan kehendak dewa dan leluhur, sehingga mereka mengadakan upacara pengorbanan untuk berdoa memohon berkah dan kedamaian di akhir setiap tahun.

Munculnya Nama 'Tahun' pada Dinasti Zhou (1046 – 256 SM)

Nama 'Tahun', 'Nian' dalam bahasa Cina, muncul pada Dinasti Zhou, dan pertunjukan pemujaan berubah menjadi praktik sosial untuk mengamati awal pekerjaan bertani di musim semi.

Tidak hanya memuja leluhur dan berdoa untuk panen yang baik, orang-orang juga mulai memuja Dewa Dapur, Dewa Gerbang, Dewa Kegembiraan, Dewa Kekayaan, dan Dewa Sumur.

Tanggal Tetap sejak Dinasti Han (202 SM – 220 M)

Pada Dinasti Qin (221 - 207 SM), pergantian siklus tahun disebut Shangri, Yuanri dan Gaisui, dan bulan ke-10 diambil sebagai awal dari siklus tahun baru.

Di Dinasti Han, festival itu disebut Suidan atau Zhengri.

Orang-orang sebagian telah menghilangkan kepercayaan pada dewa dan leluhur, tetapi lebih menekankan pada asosiasi festival dengan kehidupan.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas