MUI Soal Pembangunan Museum Holocaust: Tidak Berguna dan Tak Berarti
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas pun mempertanyakan urgensi dan tujuan dari Museum Holocaust tersebut didirikan.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendirian Museum Holocaust oleh Komunitas Yahudi di Tondano, Minahasa menimbulkan pro kontra.
Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Ina Lepel bahkan menghadiri langsung peresmian Museum Holocaust, Kamis (27/1).
Holocaust merupakan insiden pembantaian, penyiksaan, dan pembunuhan massal terhadap kaum Yahudi oleh rezim Nazi. Peristiwa itu terjadi pada 1941-1945.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas pun mempertanyakan urgensi dan tujuan dari Museum Holocaust tersebut didirikan.
Tentunya, museum itu untuk mengingatkan dan menyadarkan semua warga dunia tentang kekejaman yang pernah dibuat oleh manusia terhadap sesamanya terutama terhadap bangsa yahudi di Eropa dan atau di Jerman sana.
Baca juga: Bukan Ditutup, PKB Sarankan Museum Holocaust Yahudi di Sulut Diganti Namanya
Lalu timbul pertanyaan apakah dengan membuat Museum Holocaust tersebut akan bisa membuat manusia untuk mengambil pelajaran dan menyadarkan kita semua tentang bahaya kebencian.
"Jadi secara logika dan rasa merekalah semestinya yang paling bersuara keras dan lantang untuk menentang diskriminasi serta tindak pembunuhan oleh satu suku bangsa terhadap suku bangsa lain dan untuk mengingatkan kita warga dunia tentang bahaya kebencian serta permusuhan antara satu suku bangsa terhadap suku bangsa lain," kata Anwar Abbas dalam keterangannya, Sabtu (5/2/2022).
Lalu timbul pertanyaan apa artinya kehadiran Museum Holocaust tersebut bagi bangsa Indonesia dan bagi masyarakat dunia yang cinta kemerdekaan dan menghormati hak-hak asasi manusia tersebut.
Dan kalau seandainya akan dibuat juga museum yang mencerminkan tindak kezhaliman yang pernah diperbuat oleh manusia maka pertanyaannya museum yang mana yang harus dibuat terlebih dahulu.
"Menurut saya kalau kita masih punya akal sehat dan masih punya keinginan untuk menata kehidupan dan ketertiban dunia ke arah yang lebih baik dan manusiawi maka museum yang lebih urgen untuk kita buat dan dirikan saat ini adalah museum yang mencerminkan dan menceritakan kepada kita bagaimana busuk dan buruknya tindakan Yahudi dan Israel terhadap rakyat Palestina karena dengan kehadiran museum tersebut kita semua sebagai warga dunia akan tahu dan sadar serta akan tergerak hatinya untuk menghentikan tindakan kekejaman dan kezhaliman serta kebiadaban terhadap rakyat Palestina," paparnya.
Untuk itu bagi menata dan menciptakan ketertiban dunia yang lebih baik memang tidak hanya diperlukan duit dan kecerdasan otak saja tapi yang lebih penting lagi dari itu adalah hati nurani.
Dan inilah yang sudah hilang dan tercerabut dari kehidupan dunia kita saat ini.
"Bagi kita sebagai bangsa sudah jelas sikap dan tindakan apa yang harus kita lakukan karena di dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945 jelas sekali disana dikatakan: Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan," kata Anwar.
"Dan Yahudi serta Israel seperti sudah kita ketahui bersama benar-benar sudah tidak menghormati dan menghargai apa yang telah menjadi sikap dan pandangan politik kita sebagai bangsa," jelas Ketua PP Muhammadiyah itu.