Pilpres 2024 Mulai Ramai, Spanduk Erick Thohir-Khofifah Bertebaran di Malang Raya
Tak hanya muncul di media massa dan online, alat peraga kampanye terus bermunculan di sudut-sudut pemukiman masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 kurang lebih 2 tahun lagi.
Namun tampaknya persaingan para bakal calon presiden mulai memanas.
Tak hanya muncul di media massa dan online, alat peraga kampanye terus bermunculan di sudut-sudut pemukiman masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia.
Seperti di Kota Malang, spanduk Erick Thohir–Khofifah Indar Parawansa bertebaran yang tentu saja mengundang perhatian masyarakat.
Walaupun belum diketahui siapa pembuat atau yang memasang, tertulis jelas nama Menteri BUMN RI Erick Thohir bersama Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa.
Baca juga: Aktivis 98 di Jawa Timur Dukung Erick Thohir Maju Jadi Capres untuk Pemilu 2024
Dalam spanduk tersebut bahkan dilengkapi dengan tahun 2024.
“Erick Thohir -Khofifah Indar Parawansa 2024. Jadi maksudnya Pak Erick Thohir jadi calon presiden dan Bu Khofifah jadi calon wapresnya ya,” ujar Sagiman (39), warga Karang Ploso, Malang, Jum’at (11/2/2022).
Sagiman mengatakan tidak tahu menahu terkait spanduk tersebut sebelumnya.
Ia menjelaskan ketika melintasi Jalan Wijaya Kusuma, Karang Ploso tiba-tiba spanduk tersebut menarik perhatian.
“Sebelumnya tidak ada, karena saya sering lewat jalan ini. Eh, pas tadi lewat Taunya sudah ada,” kata dia.
Tak jauh beda, spanduk bertuliskan Erick Thohir - Khofifah Indar Parawansa 2024 juga ditemui di Jalan Raya Tlogomas, Kota Malang.
Seorang warga bernama Indah Ayu Pertiwi (28) mengatakan tidak mengetahui dari mana asal spanduk tersebut.
Ia menyatakan spanduk tersebut merupakan gambaran keinginan masyarakat Malang yang ingin menduetkan Erick Thohir bersama Khofifah di Pilpres 2024 nanti.
“Ya mungkin ada yang kepingin Pak Erick Thohir maju bersama Bu Khofifah di Pilpres 2024, makannya ada spanduk ini," kata dia.
Warga Klojen, Malang lainnya yang bernama Herman (29) mengatakan masyarakat memiliki pilihannya masing-masing dalam Pilpres 2024 mendatang.
Dia menilai pasangan Erick Thohir – Khofifah Indar Parawansa cocok untuk memimpin lima tahun ke depan.
“Cocok-cocok saja pasangan Pak Erick Thohir dan Bu Khofifah Indar Parawansa. Buktinya ini ada spanduk, jadi mungkin ini pasangan yang diinginkan oleh masyarakat Malang atau Jatim karena ada Ibu Gubernur (Khofifah),” terang Herman.
Capres Mulai Cari Pasangan
Sebelumnya, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) berpandangan bahwa tahun 2022 tidak akan menjadi tahun yang panas secara politik tetapi justru akan menjadi tahun yang romantis.
Alasannya, menurut JK, pada tahun ini partai-partai politik dan para tokoh justru saling ingin mencari pasangan untuk berkoalisi pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
"Tahun ini tahun yang romantis karena semua orang ingin mencari pasangan, ingin pasangan, keliling mencari pasangan, cari koalisi. Jadi semua mencari yang cantik dan gagah gitu kan, persis orang pacaran sekarang," kata JK dalam public talkshow yang ditayangkan akun YouTube PKSTV, Senin (31/1/2022) seperti dikutip dari Kompas.com.
JK menuturkan, pertemuan-pertemuan untuk menjajaki koalisi pada Pilpres 2024 akan intens dilakukan pada tahun ini.
Ia memperkirakan, pada akhir tahun 2022 sudah mulai terlihat pasangan mana yang 'berpacaran' atau punya potensi berpasangan di Pilpres 2024.
"Jadi tahun ini tahun paling aman, 2023 mungkin agak panas, tapi 2022 sangat romantis. Banyak lobi-lobi, banyak undangan makan, diundang makan ke sini ngomong-ngomong, tes-tes pendapat bagaimana kalau kita sama-sama," ujar JK.
Saat ditanya mengenai terbentuknya koalisi antara partai nasionalis dan religius, JK berpandangan hampir semua partai saat ini memiliki ideologi yang sama yakni nasionalis-religius.
Ia mencontohkan, partai-partai yang sering disebut nasionalis pun nyatanya juga kerap mengadakan acara keagamaan, yang bahkan lebih dulu digelar sebelum dilaksankan oleh partai-partai religius.
Di sisi lain, partai-partai yang disebut religius juga tidak membatasi keanggotaan partainya hanya untuk agama-agama tertentu.
"Jadi sebenarnya hampir semua sama partai-partai ini, semua menjalankan nasionalis-religius, karena itu ya mereka siap berkoalisi," kata JK.