Kementan Kenalkan Tanam Kedelai dan Jagung Sistem Methuk
Sebenarnya sudah lama sektor pertanian mengenal istilah Kedelai Methuk Jagung, yaitu pola menanam kedelai ketika jagung berumur 80-90 hari.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebutuhan kedelai impor pada industri tahu dan tempe menjadi tantangan dalam mengurangi ketergantungan impor. Harga kedelai impor yang bersaing dengan lokal merupakan penyebab keterbatasan ketersediaannya di petani.
Banyak petani kedelai saat ini alih komoditas ke jagung. Upaya Pemerintah menargetkan 1 juta ton kedelai di tahun ini untuk pemenuhan kebutuhan industri tahu tempe pun harus dilakukan melalui berbagai terobosan.
Salah satu terobosan yang diperkenalkan Kementan adalah sistem Kedelai Methuk Jagung. Sebenarnya sudah lama sektor pertanian mengenal istilah Kedelai Methuk Jagung, yaitu pola menanam kedelai ketika jagung berumur 80-90 hari. Sehingga ketika jagung panen, kedelai sudah berumur sekitar satu bulan. Sekitar 45 hari berikutnya kedelai dapat dipanen. Kata “Methuk” berasal dari kata “pethuk” dalam bahasa Jawa bermakna bertemu, dalam bentuk aktif “methuk” bermakna “menjemput”.
Setelah itu, dapat dilakukan penanaman jagung yang kedua. Awalnya petani hanya bisa dua kali membudidayakan jagung di Musim Tanam ke-1 dan ke-2 (MT-1 dan MT-2), dengan sistem methuk ini, petani dapat menanam kedelai di sela-selanya.
Hal ini dilakukan dengan teknik budidaya pemangkasan tunas jagung (mucuki) setelah kedelai berumur 5-7 hari, bertujuan untuk melindungi benih kedelai yang ditanam dari terpaan hujan dan gangguan lainnya.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, saat mengisi acara bersama penyuluh pertanian se-Indonesia pada hari Jumat (11/03/2022) menjelaskan perlunya menyemangati dan memberi gambaran kepada para petani bahwa sebelumnya kita pernah mampu menanam kedelai hingga 1 juta hektar.
“Kita tahu banyak petani kedelai beralih komoditas ke jagung, maka konsep untuk petani yang sekarang sudah menanam jagung, diselipkan kedelai. Kita bisa belajar dari contoh di Kendal dan Grobogan,” sebut Suwandi.
Menurut Suwandi, dengan pola sistem methuk maka kebutuhan air masih terbantu dari hujan, dan sistem ini sudah berjalan sampai sekarang. Kondisi ini cocok diterapkan di area yang dikelola oleh Perhutani, misalnya di Lamongan, Tuban, Ponorogo dan daerah lainnya.
“Dan saya meminta penyuluh untuk melakukan edukasi kepada petani. Di Grobogan sistem methuk dilakukan pada lahan kering IP400," jelasnya.
Suwandi memaparkan, di Kabupaten Grobogan ada pelaksanaan sistem methuk yang disebut Methuk Jempolan (Methuk Jemput Pola Tanam). Contoh pola pertanamannya, jika panen jagung pada tanggal 20 Januari, maka sebelumnya, pada tanggal 25 Desember, petani menanam kedelai dan diperkirakan panen kedelai pada 20 Maret. Sebelum panen kedelai, disisipkan tanam jagung 10 hari sebelumnya, yaitu tanggal 10 Maret.
"Jadi sistemnya susul menyusul. Yang perlu disampaikan, bahwa dengan pola ini petani akan sangat sibuk di sawah. Selain di sawah, dapat dilakukan juga tanam kedelai di lahan perkebunan, di sela-sela sawit,” sambung Suwandi.
Sementara itu Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Yuris Tiyanto, menyampaikan teknis pertanaman sistem methuk. “Untuk sistem methuk, penggunaan mesin memang menyulitkan. Petani kita masih panen menggunakan sabit. Namun, panen menggunakan pemotong rumput juga masih aman menurut saya. Pada intinya kita mengusahakan tidak ada kerusakan pada tanaman kedelai saat melakukan sistem methuk tanaman jagung. Jarak tanam juga perlu diatur. Memang harus ada pelatihan untuk penyuluh di seluruh Indonesia agar tidak menunggu lama, karena kita harus tanam kedelai di bulan April Juni,” ujar Yuris.
Kementan saat ini telah meminta Kepala Daerah (Gubernur dan Bupati) untuk bisa membentuk Satgas Percepatan Pengembangan dan Penyedian Kedelai Lokal Tingkat Provinsi dan Kabupaten untuk mengawal pertanaman hingga akses KUR bagi petani. Hari ini kebijakan pengembangan kedelai sudah menggunakan model baru, kami ke lapangan membawa offtaker yang langsung membeli hasil panen petani. Contohnya seperti dua hari yang lalu, PT. Doa Bangsa Agribisnis selaku offtaker sudah melakukan perjanjian kerja sama dengan petani di Kabupaten Sukabumi dan Kuningan,” ujar Yuris.
Namun demikian Yuris juga mengingatkan kepada petani untuk menjaga mutu hasil panen kedelai sebagai bentuk komitmen kerja sama yang saling menguntungkan antara petani dan offtaker. Kedelai tersebut harus benar-benar bersih, tidak tercampur tanah atau material lain.
Keberhasilan budidaya kedelai tentunya tidak lepas dari ketersediaan benih. Kementan telah menyiapkan benih kedelai unggul, yakni Biosoy 1 dan 2 dari BB Biogen. Selain itu ada juga benih kedelai yang tahan naungan, yakni Dena 1 dan 2. Ada pula benih kedelai Deja yang tahan cengkeraman jenuh air, serta benih kedelai Dering yang tahan kekeringan, dan benih kedelai lokal seperti Argomulyo, Anjasmoro, dan Grobogan.