Ditanya Pernah Dengar Bunyi Token Listrik, Konglomerat Tahir Justru Bingung: Token Listrik Apa Ya?
Konglomerat Dato Sri Tahir mengaku tak pernah mendengar suara token listrik.
Penulis: Indah Aprilin Cahyani
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Banyak kisah inspiratif dari setiap orang sukses di negeri ini.
Salah satunya dari konglomerat pemilik Mayapada Group, Dato Sri Tahir.
Kesuksesan yang diraihnya hingga masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia tidak dilalui dengan mudah.
Penuh perjuangan dan kerja keras sampai berada di posisi saat ini.
Baca juga: Daftar Harta Kekayaan Dato Tahir, Ayah Grace Tahir yang juga Orang Terkaya dan Wantimpres Jokowi
Baca juga: Masuk Daftar Orang Terkaya, Dato Tahir Lahir di Keluarga Miskin, Hidup dari Setoran Tukang Becak
Namun selain kisah inspiratifnya, ada cerita menarik yang tak banyak orang tahu.
Hal itu diketahui dalam video yang diunggah di kanal YouTube Grace Tahir, Kamis (24/3/2022).
Sang konglomerat sempat mendapat pertanyaan dari netizen saat berbincang dengan putrinya, Grace Tahir.
Salah satu pertanyaan yang dibacakan Grace adalah perihal bunyi token listrik.
"Papa pernah nggak sih dengerin bunyi token listrik?" tanya Grace.
Mendengar pertanyaan Grace, Tahir justru terlihat bingung.
Suami Rosy Riady ini mengaku tak tahu apa itu token listrik.
"Token listrik apa ya?" jawab Dato Tahir.
Jawaban Tahir tentu saja langsung membuat Grace tertawa.
Grace langsung menyimpulkan sendiri bahwa sang ayah tak pernah mendengar suara token listrik.
"Berarti nggak pernah ya?" jelas Grace.
"Iya, nggak pernah," ucap Dato tahir.
Baca juga: Siapa Grace Tahir yang Sentil Indra Kenz? Ternyata Ayahnya Pemilik Mayapada dan Kakeknya Punya Lippo
Masuk Daftar Orang Terkaya, Dato Tahir Lahir di Keluarga Miskin
Dato Tahir ternyata lahir dari keluarga miskin sebelum akhirnya sukses menjadi konglomerat.
Dalam wawancara bersama Grace Tahir, pria 70 tahun itu sempat berbincang mengenai kehidupannya.
Tahir mengatakan dirinya anak dari penyewa becak yang menggantungkan hidupnya dari uang setoran para tukang becak.
Meski sudah bergelimang harta, Tahir mengaku masih merasa tak percaya diri karena latar belakang keluarganya yang berasal dari keluarga kurang mampu.
"Ini pasti berkaitan dengan waktu kecil proses, karena kita dari poor family (keluarga miskin)," kata Tahir.
"Orang tua saya kan nyewain becak dan kita hidup dari setoran orang-orang tukang becak kepada keluarga kita."
"Pasti itu membuat kita ada inferiority complex yang sangat dalam. Lalu kita bertumbuh, kita melihat bagaimana orang luar menginjak orang tua saya."
"Menekan ataupun menghina termasuk family sendiri. Itu memperberat kita punya inferiority complex," paparnya.
Keadaan hidup yang sulit pada masa lalu membuat Tahir selalu menghargai orang susah yang berjuang dan berusaha.
Bahkan ia tidak terima saat melihat ada orang miskin yang selalu diinjak-injak oleh orang kaya.
"Akibatnya saya tidak bisa terima ada kejadian-kejadian orang susah ditekan sama orang kaya," ujar Tahir.
"Ini saya nggak bisa terima, saya selalu merasa habitat saya itu orang lemah," sambungnya.
Tahir menambahkan, meski namanya tercatat sebagai orang kaya, ia selalu merasa bahwa dirinya lebih nyaman jika bersama orang-orang miskin.
"Meskipun ada majalah mengatakan saya salah satu orang terkaya, tapi saya punya habitat adalah orang-orang miskin," terang Tahir.
"Kalau saya kembali ke rombongan orang-orang miskin saya merasa comfortable, peace of mind, actually they are my habitat, ini penting," lanjutnya.
Karena itulah, kata Tahir, untuk mengatasi rasa tak percaya diri tersebut ia banyak membantu orang-orang yang membutuhkan.
"Jadi inferiority complex itu pelan-pelan hilang dengan masa kita lebih tua, lebih banyak membantu orang lain," pungkasnya.
Baca juga: Kondisi Doni Salmanan Usai Penangguhan Penahanan Ditolak, Kuasa Hukum: Alhamdulillah Sehat
Baca juga: Kasus Judi Online Berkedok Quotex Tersangka Doni Salmanan, Polisi Sudah Periksa 54 Saksi
Berita lain terkait Dato Sri Tahir
(Tribunnews.com/Indah Aprilin)