Ini Alasan Habib Jafar Al Hadar Berdakwah dengan Konten Kekinian
Habib Ja'far kerap membahas permasalahan yang jarang dibahas tapi sering dipertanyakan kaum milenial.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Habib Jafar Al Hadar kerap kali ditemukan di media sosial. Pendakwah muda ini punya cara yang berbeda dalam mengenalkan agama Islam pada masyarakat.
Habib Jafar kerap membahas permasalahan yang jarang dibahas tapi sering dipertanyakan kaum milenial.
Di sisi lain, ia pun kerap berkolaborasi dengan beberapa YouTuber milenial.
Di antaranya seperti Tretan Muslim, Coki Pardede, Onadio Leonardo, dan beberapa tokoh lain.
Tidak hanya itu, Habib Husein Ja’far juga kerap membuat konten bersama tokoh-tokoh agama lain seperti Biksu Zhuan Xiu dan Pendeta Yerry Pattinasarany.
Baca juga: Sambut Ramadhan 2022, KPI Keluarkan Surat Edaran: Larang Pendakwah dari Organisasi Terlarang
Hal ini tentu menarik perhatian. Karena isu intoleransi masih bergema di lingkungan kita. Konten yang dibuat oleh Habib Jafar banyak diterima dengan terbuka, namun kadang kala tidak jarang mendapat kritikan.
Ia pun memaparkan awal mula kenapa berinisiatif membuat konten dakwah dan menyebarkannya di media sosial.
Pertama, merasakan beberapa keresahan pandangan masyarakat baik nasional dan global terkait Islam. Sehingga kerap terjadi perselisihan yang harusnya tidak diperlukan.
"Polarisasi, kecurigaan, ada di masyarakat kita. Banyak pertengkaran padahal tanpa persoalan. Sudah tabayun, tapi pertengkaran terjadi karena tidak komunikatif. Pesan toleransi harus naik ke permukaan," ungkapnya saat ditemui Tribunnews di Jakarta Pusat, Jumat (1/4/2022).
Kedua, Habib Jafar memutuskan untuk terjun ke media sosial karena berdasarkan sebuah riset, sebanyak 73 persen orang Indonesia tersambung di media sosial.
Selain itu, menurut riset dari PPIM, sebanyak 65 persen muslim di Indonesia mencari Informasi keagamaan di internet.
"Kalau dulu nyari ke wali kutub, sekarang wali YouTube. Dan ada riset yang jauh meresahkan. Menyebutkan konten intoleransi 3 kali lebih masif," paparnya lagi.
Akhirnya ia pun mencoba untuk terjun dan menyuarakan Islam damai di media sosial.
Ia pun melihat akar masalah, yaitu konten tentang toleransi tidak tersampaikan dengan baik di media sosial.
"Bukan anak muda nya yang intoleransi. Tapi mereka tidak terpapar informasi dan edukasi toleransi. Konten toleransi hanya di jurnal, koran dan jarang masuk platform digital," pungkasnya.
Padahal menurut Habib Jafar, banyak tempat di Indonesia yang menyuarakan toleransi.
"Itu bikin saya bismillah masuk media digital dan melakukan upaya untuk mengkampanyekan toleransi," tutupnya.