BNPT dan UN Women Dorong Peran Perempuan Berantas Ekstremisme
Laporan tersebut didasarkan pada survei dengan para ahli dan wawancara yang dilakukan antara bulan Juli hingga November 2021.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama UN Women merilis laporan Analisis Gender tentang Ekstremisme Kekerasan dan Dampak Covid-19 terhadap Perdamaian dan Keamanan di ASEAN: Temuan Utama dan Rekomendasi, Rabu (6/4/2022).
Laporan tersebut didasarkan pada survei dengan para ahli dan wawancara yang dilakukan antara bulan Juli hingga November 2021.
Studi ini menemukan bahwa kelompok-kelompok ekstremis telah mengeksploitasi pembatasan sosial dan himbauan tinggal di rumah selama pandemi untuk membuat lebih banyak orang di kawasan ASEAN terpapar narasi-narasi kekerasan di media sosial dan platform online lainnya.
Termasuk di dalamnya pandangan misoginis yang meningkatkan risiko perempuan mengalami kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender.
Baca juga: Bicara di Peluncuran Buku Mahasiswa UI, Deputi II BNPT: Akademisi Beri Kontribusi Penanganan Korban
Dalam sambutannya, Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar menyampaikan, laporan ini menyajikan pembahasan tentang keterkaitan antara perempuan dan ekstremisme kekerasan di kawasan, yang juga berhubungan erat dengan dampak pandemi Covid-19.
Kepala BNPT juga menyampaikan tentang beberapa rekomendasi dari laporan diantaranya langkah-langkah yang perlu diambil oleh pemerintah, seperti; pengembangan kebijakan yang berbasis analisa gender tentang penyebab radikalisasi.
"Di mana dalam berbagai kasus ekstremisme kekerasan saat ini, perempuan tidak hanya muncul sebagai korban namun juga sebagai simpatisan, perekrut, dan pelaku," kata Boy.
Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah perlu melibatkan perempuan, termasuk organisasi-organisasi perempuan untuk bersama menghadapi ancaman ekstremisme kekerasan, serta pemerintah bersama dengan organisasi-organisasi masyarakat perlu mengembangkan upaya kontra-narasi dengan mempromosikan kesetaraan gender.
"Pengarusutamaan gender adalah salah satu cara terbaik untuk memastikan kebijakan pemerintah memenuhi dan menjawab secara khusus kebutuhan khusus perempuan, untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan dan menciptakan masyarakat yang damai di mana perempuan dapat tumbuh dan hidup tanpa rasa takut,” ucap Boy.
Boy berharap negara-negara di kawasan ASEAN dapat mengimplementasikan rekomendasi dan menerima manfaat dari laporan tersebut.
Laporan penelitian ini dinilai dapat mendukung implementasi Bali PCRVE Work Plan 2019-2025, khususnya terkait pemenuhan strategi “Pemberdayaan Perempuan dan Promosi Kesetaraan Gender”.
Seperti diketahui, BNPT juga terlibat aktif dalam proses penyusunan rencana kerja yang disahkan pada Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN mengenai Kejahatan Transnasional (AMMTC) ke 13 di Bangkok pada bulan November 2019 lalu.