Asal Usul Tradisi Halal Bihalal dan Sungkeman saat Hari Raya Idul Fitri
Asal usul tradisi Halal Bihalal dan sungkeman di Hari Raya Idul Fitri. Sungkeman biasanya dilakukan saat lebaran, dimulai dari anak kepada orang tua.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
Tercetusnya Halal Bihalal tidak lepas dari situasi politik yang berkecamuk pada masa Ir Sukarno memimpin, tepatnya pada 1948 ketika Indonesia mengalami disintegrasi bangsa.
Para elit politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum.
Sementara pemberontakan terjadi di mana-mana, di antaranya adalah DI/TII dan PKI Madiun.
Baca juga: Aturan Halalbihalal Lebaran 2022 bagi Masyarakat dari Pemerintah
Bertepatan dengan bulan Ramadan, Bung Karno memanggil KH Wahab Hasbullah ke Istana Negara untuk dimintai saran terkait situasi dan kondisi politik yang berkecamuk.
KH Wahab pun memenuhi panggilan Bung Karno untuk membahas kondisi republik yang baru berumur 3 tahun.
Kemudian kedua tokoh tersebut mengeksekusi pemikiran itu di ranah masing-masing.
Ir Sukarno berpikir di jajaran masyarakat atas dalam hal ini para elite politik.
Sedangkan KH Wahab Hasbullah pada masyarakat bawah dan kalangan pesantren yang memang menjadi basis para Kyai NU.
Maka kemudian KH Wahab Hasbullah, kiai yang juga pencipta Mars Syubbanul Wathan ini menuturkan, “Sebentar lagi kan Idul Fitri, adakan pertemuan saja acara silaturahmi.”
Menanggapi ide tersebut, Bung Karno pun langsung menjawab saran Kiai Wahab, “Silaturahmi itu kan biasa. Saya pengen istilah lain.”
Tanpa basa-basi Kiai Wahab dengan entengnya menjawab.
“Itu masalah gampang. Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah halal bihalal,” tegas Kiai Wahab.
Atas saran Kiai Wahab, Bung Karno mengundang para elit politik ke Istana Negara untuk halal Bihalal.
Sejak itu pula para elit politik bisa duduk bersama saling memaafkan dan membahas bangsa ini secara bersama-sama.
Baca juga: Puan Cerita Soal Peran Bung Karno dan KH Wahab Hasbullah di Balik Istilah Halal Bihalal