'Kalau PKS dan PKB Bentuk Poros Ketiga, Politik Identitas akan Hilang'
Komunikasi yang intens antara PKS-PKB bisa menjadi magnet tersendiri terhadap parpol-parpol lain untuk bergabung.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memulai langkah awal membentuk poros ketiga untuk menyambut pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Tentunya, pernyataan awal PKS-PKB membentuk poros ketiga melihat situasi perpolitikan saat ini. Dimana sejumlah partai mulai membangun koalisi parpol sejak awal.
Partai Golkar-PAN-PPP yang membangun Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan PDI Perjuangan yang memiliki golden tiket untuk mengusung calon presiden (capres), sendiri.
Sekretaris Jenderal PKS Habib Aboe Bakar Al Habsyi berharap, poros ketiga ini bisa solid dan terus bertahan melalui tahapan Pilpres, mendatang.
Ia pun menyebut, poros ketiga ini untuk membongkar kebuntuan di tengah perpolitikan saat ini.
"Ya kita lihatlah semoga berjalan panjang umurnya dan bisa bertahan. Saya berharap poros ketiga, kenapa? Karena yang satu sudah jelas porosnya, kedua sudah jelas, yang ketiga ini membongkar kebuntuan, Tembok Berlin kita pecahkan," kata Habib Aboe Bakar.
Diketahui, baik PKB dan PKS masing-masing memiliki 58 kursi dan 450 kursi, masih kurang 7 kursi lagi sebagai ambang batas pencalonan presiden, yakni 115 kursi.
Habib Aboe juga percaya, bahwa komunikasi yang intens antara PKS-PKB bisa menjadi magnet tersendiri terhadap parpol-parpol lain untuk bergabung.
Baca juga: Muncul Koalisi Semut Merah PKS-PKB, Pengamat: Kelihatannya untuk Tes Ombak
Anggota Komisi III DPR RI itu bahkan yakin sejumlah parpol yang belum menentukan koalisi akan merapat. Misalnya, Habib Aboe menyebut Partai NasDem dan Partai Demokrat.
"Kita siap dengan NasDem, kita siap Demokrat, kita siap dengan yang lain, kita siap enggak ada masalah. Semoga pertemuan kita mendapat rahmat dan berkah dari Allah SWT," terangnya.
Sementara, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menyebut istilah Koalisi Semut Merah yang bakal resmi terbentuk dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Ia pun menjelaskan makna dari Koalisi Semut Merah itu.
"Makanya saya bilang koalisi semut merah supaya gigitnya terasa. Meskipun kecil, kita bisa mengusung ke mana-mana. Dan semut juga simbol rakyat, simbol masyarakat," kata Jazilul.
Ia menyebut, komposisi Koalisi Semut Merah ini dari kursi partai politik di parlemen yang tidak begitu banyak.
Namun pihaknya optimistis bisa kompak, walaupun dengan ukuran yang terlihat kecil tetap bergerak.
Jazilul juga menyamakan PKS dan PKB sebagai simbol rakyat baik dari desa dan kota.
Sedangkan partai besar lainnya seperti di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) merupakan gajah yang fisiknya besar.
Ia pun optimistis semut mampu bersaing dengan gajah.
Menurutnya, saat ini PKB dan PKS masih menyamakan visi dan misi partai yang akan bergandengan.
"Apalah arti dari sebuah nama, tetapi yang menjadi visi dan misi menjadi nama yang akan dikenang dan sekaligus memenangkan nanti. Tentu akan memberikan nama yang terbaik," katanya.
Wakil Ketua MPR RI juga menyakini, jika nantinya PKS dan PKB duduk bersama, maka keterbelahan identitas di masyarakat berangsur-angsur menghilang jelang Pilpres 2024.
"Kalau PKS dan PKB duduk, politik identitas hilang. Pembelahan ilang, polarisasi hilang, kadrun-kadrun apa cebong-cebongan ilang," tegasnya.
Bangun Koalisi Islam
Peneliti Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Rahadjo Jati menilai, koalisi yang coba dibangun oleh PKS dan PKB berpotensi membentuk aliansi partai Islam.
Bahman, menurutnya, tak menutup kemungkinan jika PPP yang telah bergabung dengan KIB bisa merapat ke dalam koalisi semut merah ini.
Baca juga: PKS dan PKB Bentuk Koalisi Semut Merah, Begini Respon Ketua Bappilu Golkar
"Bisa jadi partai Islam lainnya, misalnya PPP bergabung," kata Wasisto, Sabtu (11/6/2022).
Ia pun mengatakan, koalisi PKS dan PKB ini akan solid tergantung pada massa pemilih muslim di akar rumput.
Pasalnya, ketiga partai itu juga punya diferensiasi pemilih muslim.
"Pasca Masyumi di Pemilu 1955, belum ada koalisi atau aliansi partai Islam yang solid," terangnya.
Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin menilai Koalisi Semut Merah yang diusung PKS dan PKB merupakan hal yang positif.
Menurut Ujang, hal itu bisa sekaligus meredam basis massa masing-masing parpol yang selalu berseteru.
"Jadi jika jadi berkoalisi, itu kan akan meredam di bawah agar bergandengan bersama-sama," kata Ujang Komarudin.
Ia menambahkan penjajakan itu juga sebagai upaya kedua parpol menjajal sesuatu yang baru kepada publik.
"Kelihatannya tes pasar dan tes ombak. Untuk melihat respons publik terhadap koalisi kedua partai tersebut," ucapnya.
Meskipun kedua parpol ini sudah bergabung, Ujang menilai koalisi ini masih belum mampu memenuhi syarat 20 persen presidential treshold.
Sedangkan parpol lainnya belum menunjukkan tanda-tanda bakal bergabung.
Meskipun beberapa partai besar seperti Gerindra, NasDem dan PDI Perjuangan masih belum memutuskan koalisi.
"NasDem ingin jadi king maker, Gerindra juga ingin usung Prabowo, dan PDIP ingin usung Puan. Jadi belum tahu siapa yang akan bergabung ke KSM (Koalisi Semut Merah)," jelas Ujang. (tribun network/yuda)