Usulan Presiden Jokowi pada High-level Dialogue on Global Development
Dunia dihadapkan pada tantangan terhadap ketahanan pangan, ketahanan energi, hingga stabilitas keuangan.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan tantangan yang dihadapi dunia saat ini tidaklah mudah.
Dunia dihadapkan pada tantangan terhadap ketahanan pangan, ketahanan energi, hingga stabilitas keuangan.
Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini juga turun 1 persen menjadi 2,6 persen, dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs makin tertunda cukup signifikan.
Oleh karena itu dalam pidatonya secara virtual pada High-level Dialogue on Global Development dari Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat, 24 Juni 2022, Presiden mendorong semua negara untuk bertindak segera agar tidak terjadi dekade pembangunan yang hilang.
Presiden mengusulkan tiga langkah yang harus dijalankan bersama.
Baca juga: PKN STAN Dirikan SDGs Desa Center Pertama di Indonesia
"Pertama, sinergi untuk mengatasi emerging challenges. Sebagai Presiden G20 dan bagian dari Global Crisis Response Group, Indonesia akan terus berkontribusi untuk mengatasi masalah-masalah ketahanan pangan, energi, dan stabilitas keuangan. Saya mencatat banyak inisiatif lain dari berbagai pihak. Berbagai inisiatif yang ada tersebut harus saling bersinergi dan saling memperkuat, harus memperhitungkan suara negara-negara berkembang, harus mengedepankan dialog," ujar Presiden.
Kedua, Presiden Jokowi mendorong negara-negara untuk memperkuat kemitraan global untuk SDGs dengan fokus pada pendanaan pembangunan.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa kesenjangan pendanaan SDGs yang meningkat dari USD2,5 triliun per tahun sebelum pandemi menjadi USD4,2 triliun per tahun pascapandemi harus segera ditutup.
Selain itu, menurut Presiden Jokowi, pendanaan inovatif harus dimajukan, terutama peranan sektor swasta harus diperkuat.
BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa) harus dapat menjadi katalis bagi penguatan investasi di negara-negara berkembang.
Baca juga: Usulan Indonesia Soal Pengendalian Perubahan Iklim Dapat Dukungan dari Negara Anggota G20
"Upaya serupa juga dilakukan presidensi G20 Indonesia, mendorong investasi yang menciptakan nilai tambah bagi negara berkembang. Saya juga berharap Global Development Initiative (GDI) dapat menjadi katalis pencapaian SDGs. Saya mendorong penyelarasan GDI dengan ASEAN Outlook on The Indo-Pacific di mana elemen pencapaian SDGs merupakan salah satu ruh dan prioritas kerja sama," jelasnya.
Ketiga, Presiden Jokowi mendorong penguatan sumber-sumber pertumbuhan baru.
Menurutnya, kerja sama BRICS dengan negara mitra harus mendukung untuk transformasi digital yang inklusif, pengembangan industri hijau dan infrastruktur hijau, serta penguatan akses negara-negara berkembang pada rantai pasok global.
"Sebagai penutup, saya mengajak kita semua untuk bekerja sama. Recover together, recover stronger," tandasnya.
Untuk diketahui, Presiden Tiongkok Xi Jinping menjadi tuan rumah High-level Dialogue on Global Development di Beijing pada 24 Juni 2022.
Dialog tersebut diadakan dalam format virtual dengan tema "Membina Kemitraan Pembangunan Global untuk Era Baru untuk Bersama-sama Melaksanakan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan".
Dialog tersebut diikuti oleh para pemimpin BRICS dan para pemimpin negara-negara berkembang yang relevan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.