Ditokohkan PKS, Salim Segaf: Penokohan Berbeda dengan Pencapresan
Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Aljufri menegaskan, penokohan berbeda dengan pencapresan.
Penulis: Fersianus Waku
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Aljufri menegaskan, penokohan berbeda dengan pencapresan.
Hal itu disampaikan Salim merespons pertanyaan awak media soal dirinya yang sedari awal ditokohkan PKS.
Menurut Salim, maksud ditokohkan itu, yakni Ketua Majelis Syuro harus hadir dalam kancah nasional.
Hadir di semua lini, titik ya seperti tokoh-tokoh lain. Nanti dilihat dievaluasi kira-kira setelah 6 bulan, setahun ya peluangnya bagaimana," kata Salim di Kantor DPP PKS, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (11/7/2022).
Ia mengatakan, dari hal tersebut dievaluasi apakah popularitas maupun elektabilitasnya rendah atau tidak.
"Kalau popularitasnya masih rendah, elektabilitas masih rendah ya kita juga sadar," ujar Salim.
Salim juga berbicara soal kemungkinan ke depan syarat 20 persen presidential threshold tidak berlaku, dan yang berlaku 7-9 persen.
Baca juga: Salim Segaf Al jufri Pemohon Gugatan Presidential Threshold, PKS: Sebagai Capres Ijtima Ulama
"Kita tahu Kalau kedepan (presidential threshold) tidak 20 persen umpamanya 7-9 persen ya kita lihat nanti. Kalau ke depan oh tokoh PKS layak untuk jadi wapresnya umpannya gitu bisa memenangkan ya oke juga itu perlu waktu," ungkapnya.
Karena itu, ia menyebut bahwa penokohan memiliki banyak makna dan arti.
"Jadi penokohan ini banyak makna, banyak arti," ucapnya.
"Di samping juga sosialisasi tentang lambang partai yang baru. Ini lambang partai baru kan perlu waktu dengan penokohan tadi muncul lambang partai, muncul tokoh-tokoh PKS yang di daerah. Semuanya muncul bersama-sama," sambungnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.