Pengamat: Puan Pegang Kartu Kunci untuk Diusung di Pilpres 2024
Puan Maharani memiliki satu kata kunci yang tak dimiliki sosok lain untuk diusung PDI Perjuangan maju sebagai Calon Presiden.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Khoirul Umam menyebut sosok Puan Maharani memiliki satu kata kunci yang tak dimiliki sosok lain untuk diusung PDI Perjuangan maju sebagai Calon Presiden ataupun Calon Wakil Presiden di Pilpres 2024.
Sebelum menjelaskan hal itu, Umam terlebih dulu mengingatkan bahwa saat ini hanya tersisa waktu 1 tahun 3 bulan bagi semua parpol untuk menentukan figur Capres-Cawapres 2024, karena pada Oktober 2023 KPU akan menetapkan siapa pasangan calon di Pilpres 2024.
Menurut Umam, fakta politik saat ini masih menunjukkan bahwa pemegang kunci koalisi tidak memiliki basis elektabilitas (figur) yang memadai.
Sebaliknya, pemilik elektabilitas figur tidak memiliki kunci koalisi.
"Mba Puan memang elektabilitasnya per hari ini belum memadai, tapi fakta menunjukkan bahwa Mba Puan adalah satu-satunya pihak yang memiliki kendali politik paling real di antara elit-elit lain," jelas Umam dalam webinar bertajuk "Menakar Peluang Figur 3 Poros Utama Pilpres 2024" via daring, Rabu (3/8/2022).
Umam menjelaskan, Puan Maharani punya kunci langsung untuk menggerakkan arah koalisi, dimana PDI Perjuangan adalah satu satunya partai yang bisa mengusung Capres-Cawapres tanpa harus koalisi karena memenuhi syarat perolehan suara lebih dari 20 persen di Pemilu 2019.
Di samping itu, lanjut Umam, hampir dapat dipastikan tak ada dinamika internal PDIP. Kalau putusan Megawati Soekarnoputri sudah menentukan Puan Maharani capres atau cawapres, maka hampir tak akan ada dinamika perlawanan di dalam partai.
"Ini karena karakter kepemimpinan di PDIP itu mirib dengan model pendekatan kepemimpinan yang dulu di-introduce oleh Bung Karno, yakni demokrasi terpimpin," jelasnya.
Umam yang juga Direktur Eksekutif Indostrategic menjelaskan, dari karakter politik PDIP ini, arahnya akan menguatkan basis trah Soekarno. Dalam hal ini tentunya bukan hanya terkait kepentingan individu ataupun kepentingan keluarga tapi bagian dari selling poin (nilai jual,red) PDIP yang memang memiliki basis pemilih loyal wong cilik dan Soekarnois.
Baca juga: Puan Serap Aspirasi Rakyat Sebelum Bertemu Pimpinan Parpol
"Maka kita bisa memahami ada jargon-jargon seperti ojo pedot poyote atau jangan patah akarnya. Siapa akarnya itu? dalam konteks ini ya basis Seokarnoisme. Siapa yang mewarisi bais Soekarnoisme itu, dalam hal ini ya trah Soekarno. Meskipun secara ideologi tentu tetap semua kader PDIP memiliki kekuatan, kapasitas dan pemahaman sama dalam konteks ajaran Soekarno," paparnya.
Kalau kita lihat persepektif praktis, kata Umam, penguasaan PDIP secara kepartaian tidak mengalami perubahan signifikan, dimana elektabilitas PDIP tertinggi.
Menurut Umam, posisi pencalonan Puan Maharani dan kekuata posisi dalam pertarungan di 2024 akan dilihat dari tiga hal.
Pertama, penguasaan PDIP pada level teritorial, dalam hal ini jumlah kepala daerah, dimana PDIP punya kepala daerah yang cukup besar.
Kedua, instrumen negara. Meski secara teoritik instrumen lembaga negara tak bisa dikendalikan kepentingan politik tertentu, tapi dalam konteks politik taktis tetap saja ada pengaruh signifikan antara instrumen negara dengan kekuatan politik praktis.
"Ini yang menjadi pertaruhan besar. Ada 271 kepala daerah yang selesai masa jabatannya 2022-2023 dam Plt. Kepala Daerah akan ditentukan kemendagri. Siapa yang mempengaruhi itu akan menguasai jaringan basis Pemilih di level wilayah itu. Dan PDIP potensial memiliki kekuatan besar di wilayah itu," jelasnya.
Baca juga: Politikus PDIP Sebut Puan Maharani Miliki Perhatian Tinggi Terhadap Masalah Kesejahteraan Sosial
Faktor ketiga, Umam menjelaskan posisi Puan sangat ditentukan bagaimana positioning putusan Megawati terkait pencapresan Ganjar Pranowo. Dua nama itu (Puan dan Ganjar) sangat membayangi di akar politik PDIP.