Empat Poin Penting Diskusi Meja Bundar Indonesia-Jepang Soal Penyandang Disabilitas Perkembangan
Diskusi “Indonesia-Japan Roundtable Discussion on Developmental Disorder” membahas empat poin penting terkait penyandang disabilitas.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Diskusi “Indonesia-Japan Roundtable Discussion on Developmental Disorder” membahas empat poin penting terkait beragam tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas perkembangan (persons with developmental disorders).
Sebagi informasi, diskusi ini diselenggarakan untuk memperkuat hubungan kerjasama antara Indonesia dan Jepang, dengan berbagi pengalaman serta melakukan dialog dengan para perwakilan dari kedua negara.
Poin pertama yang dibahas diskusi yang dihelat pada 2 Agustus 2022 ini adalah seputar sharing information and experience tentang penyandang disabilitas perkembangan, khususnya dalam konteks kebijakan dan implementasinya di Indonesia dan Jepang.
Diskusi ini memang menjadi bagian dari kolaborasi kegiatan riset internasional tentang disabilitas perkembangan (developmental disorder) di Asia Tenggara.
Kolaborasi ini dilakukan oleh the National Center for Persons with Severe Intellectual Disabilities, Nozominosono, Jepang dan LSPR Institute of Communication and Business of Indonesia, dengan dukungan dari the Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA).
Perwakilan dari Jepang, H.E. Madam Michiyo Takagi (Former Secretary General of National Diet Members Caucus on Developmental Disorder of Japan / Former Member, the House of Representatives / Advisor, Japan Developmental Disorder Network) membuka acara diskusi ini.
Perwakilan dari pemerintah Indonesia dan Jepang (dari Kementerian Sosial Republik Indonesia dan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial Jepang) turut diundang untuk memberikan dukungan dalam inisiatif bersama ini, juga Komisi Nasional Disabilitas Indonesia, serta organisasi dan komunitas yang mewakili penyandang disabilitas perkembangan.
Baca juga: Kemenkop UKM Kembangkan Ekosistem Ekonomi Digital untuk Disabilitas
Jajaran pembicara yang hadir adalah HE Madam Michiyo Takagi, Dr. Dante Rigmalia (Ketua Komisi Nasional Disabilitas Indonesia), Dr. Salahuddin (Sekretaris Ditjen Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia) dan Mr. Hisatoshi Kato (Staf Khusus untuk Person with Developmental Disorders, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial Jepang).
Salah satu isu penting yang didiskusikan dalam acara ini adalah mengenai riset untuk kebijakan dan implementasi terkait penyandang disabilitas perkembangan di Indonesia dan Jepang.
CEO dan Founder LSPR Institute of Communication & Business, Prita Kemal Gani menjelaskan poin kedua pembahasan di diskusi adalah mengidentifikasi isu-isu penting terkait penyandang disabilitas perkembangan dan menampung suara serta aspirasi mereka.
"Selain itu, poin ketiga diskusi adalah menciptakan sinergi dan mengembangkan dukungan untuk kerjasama internasional terkait disabilitas perkembangan," papar dia dalam keterangan yang dikutip JUmat (5/8/2022).
Adapun poin keempat pembahasan diskuis adalah memfasilitasi pertukaran dan diskusi tentang disabilitas perkembangan di tahap-tahap selanjutnya, termasuk memberikan kontribusi untuk rekomendasi pembuatan kebijakan ke depannya.
Acara ini dihadiri oleh para partisipan yang mewakili beragam kalangan, termasuk penyandang disabilitas perkembangan, organisasi dan komunitas orangtua dengan anak penyandang disabilitas perkembangan, perwakilan akademisi dan pemerintah serta pihak-pihak lainnya yang terhubung dengan bidang ini termasuk Dr Takuma Kato (Direktur Healthcare and Long-Term Care Policy, Economic Research Institute for ASEAN and East Asia) yang membuka acara diskusi.
Bertindak sebagai moderator dalam sesi diskusi ini adalah Dr Rudi Sukandar (Direktur Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat LSPR Institute of Communication & Business).
Hadir sebagai pembicara adalah Masafumi Hizume (Direktur Riset, National Center for Persons with Severe Intellectual Disabilities, Nozominosono) dan Dr Adriana Soekandar Ginanjar (Wakil Pimpinan Yayasan Autisme Indonesia).
Baca juga: Dukung Kesetaraan Bagi Penyandang Disabilitas, BUMN Ini Sambut Empat Karyawan Difabel
Hadir pula Staf Khusus Presiden dan penyandang disabilitas Angkie Yudistia serta Dr. Ryuhei Sano (Profesor dari Hosei University dan Visiting Scholar di National Center for Persons with Severe Intellectual Disabilities, Nozominosono) yang memimpin sesi diskusi untuk menyimpulkan rekomendasi dari para partisipan yang hadir.
Acara ditutup oleh Dr. Hironobu Ichikawa (Presiden dari Japan Developmental Disorder Network).