Desainer Beberkan Makna Kebaya dan Batik yang Dikenakan Puan Maharani dalam Sidang Tahunan
Puan Maharani hadiri Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD mengenakan Kebaya Kutubaru berwarna terakota, simbol semangat optimisme menyambut HUT Kemerdekaan RI.
Penulis: Reza Deni
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani menghadiri Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD dengan mengenakan Kebaya Kutubaru berwarna terakota.
Sang desainer Didiet Maulana mengatakan pemilihan kebaya kutubaru warna terakota tersebut sengaja dipilih sebagai simbol semangat optimisme dalam menyambut HUT Kemerdekaan ke-77 RI.
“Kami memberikan warna terakota yang cerah karena memberikan semangat optimisme, dan juga memberikan suatu warna yang segar dan fresh, cocok warna ankin berwarna merah hati yang terinspirasi motif klasik Jawa,” kata Didiet Maulana, kepada wartawan, Selasa (16/8/2022).
Didiet Maulana mengatakan kebaya jenis Kutubaru yang dikenakan Puan adalah salah satu gaya klasik kebaya Indonesia yang banyak dijumpai di sejumlah daerah di Indonesia.
“Jadi tidak hanya dijumpai di Pulau Jawa, tapi juga di berbagai daerah di Bali, dan beberapa daerah Sumatera,” imbuh Didiet Maulana.
Baca juga: Di Depan Presiden Jokowi, Puan Maharani Tak Ingin Kelangkaan Minyak Goreng Terjadi di Indonesia
Untuk batik tulis, dikatakan Didiet Maulana, Puan Maharani mengenakan batik tulis Jawa bermotif Semen Romo (Semen Rama)
Didiet Maulana menyebut motif Semen dimaknai sebagai penggambaran dari kehidupan yang bersemi, kehidupan yang berkembang dan sejahtera.
"Sebuah pengharapan dan doa untuk kehidupan yang makmur," kata dia
Didiet Maulana menceritakan bahwa motif ini sering dikaitkan dengan cerita Ramayana dengan ajaran kepemimpinan Hastha Brata (8 jalan ajaran utama), di antaranya sikap semangat, penuh kasih, bertanggung jawab berpengetahuan luas, berwibawa, adil, melindungi rakyat dan mengendalikan diri. Sebuah ajaran kepemimpinan untuk diri sendiri dan masyarakat.
Motif batik terdiri dari tiga bagian utama yang dibagi menjadi ornamen udara, darat dan laut. Melambangkan keseimbangan dan keadilan.
Motif Tree of Life atau Pohon Hayat melambangkan darat, garuda melambangkan udara dan motif baito (perahu) melambangkan laut.
“Sarat makna, sarat doa dan pengharapan baik yang disampaikan dalam satu helai kain,” tandas Didiet Maulana.