Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Parpol Cenderung Pragmatis, Pengamat Nilai Pembentukan Koalisi Menuju Pemilu 2024 Masih Dinamis

Direktur Eksekutif Algoritma, Aditya Perdana mengatakan, meski beberapa parpol sudah masuk ke dalam koalisi, namun masih bersifat dinamis.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Parpol Cenderung Pragmatis, Pengamat Nilai Pembentukan Koalisi Menuju Pemilu 2024 Masih Dinamis
Tribunnews.com/Reza Deni
Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana di Hotel Akmani, Jakarta Pusat, Minggu (21/8/2022) - Direktur Eksekutif Algoritma, Aditya Perdana mengatakan, meski beberapa parpol sudah masuk ke dalam koalisi, namun masih bersifat dinamis. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Algoritma, Aditya Perdana menyebut, meski beberapa poros koalisi sudah terbentuk, namun masih bersifat cair atau dinamis jelang Pemilu 2024.

Hal itu dikarenakan partai politik (parpol) di Indonesia saat ini yang cenderung pragmatis.

"Parpol di Indonesia pragmatis iya, karena mereka melihat ikatan-ikatan itu ya dibuat cair saja, memudahkan untuk berinteraksi satu sama lain," kata Aditya kepada wartawan, Selasa (23/8/222).

Ada pun koalisi yang sudah terbentuk adalah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), dan koalisi Gerindra-PKB.

"Memang demikian adanya, bahwa sampai saat ini, detik ini, belum ada kesepakatan yang jelas soal koalisi."

Baca juga: Puan Sowan ke Surya Paloh, NasDem: Diskusi Bukan Harus Koalisi

"Dalam bahasa mudahnya, masih saling lirik melirik, masih tahap awal, belum ada yang mengikat satu sama lain, meski secara formal mereka bilang, KIB ada, nasdem-pks-demokrat, belum ada pengantinnya belum ada," ujar Aditya.

BERITA REKOMENDASI

Meski telah bergabung dengan sebuah Koalisi maupun merapat pada poros tertentu, Parpol masih terus menjajaki peluang sehingga bisa saja nantinya ada perubahan.

Sementara itu Parpol sedang lirik melirik, lembaga survei memasangkan sejumlah nama elite sebagai eksperimen.

"Eksperimen itu dalam konteks menggalang dukungan, atau memastikan bahwa si A cocok dengan si B atau B cocok dengan yang lain. Mungkin bisa terjadi atau tidak," ucap Aditya.

Dengan nama-nama yang beredar ini bisa menjadi panduan atau bahkan nilai tawar bagi elit tersebut dan parpolnya.

"Pada dasarnya parpol belum punya satu kesamaan dan ideologis untuk memudahkan mereka untuk melekat satu sama lain, jadi masih sangat cair," pungkas Aditya.


Dia menduga, Parpol maupun koalisinya masih akan menahan diri untuk mengumumkan capres dan cawapres mereka. Baru pada awal tahun depan, akan terang benderang kemana arah dan pilihan 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas