ICIFPRH 2022, Rutgers: Libatkan Generasi Muda Bisa Bantu Cegah Perkawinan Anak
Programer Manager Power to Youth (Rutgers), Muhammad Rey Dwi Pangestu mengatakan, ada beberapa alasan kenapa anak muda perlu diajak untuk mengentaskan
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Whiesa Daniswara
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perkawinan anak di Indonesia menjadi pekerjaan rumah.
Karenanya, menurut Programer Manager Power to Youth (Rutgers), Muhammad Rey Dwi Pangestu perlu mengajak generasi muda dalam mencegah perkawinan anak, karena jauh lebih efektif.
Hal ini disampaikan oleh Rey dalam rangkaian acara Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health 2022 (ICIFPRH) di Yogyakarta.
Menurutnya, ada beberapa alasan kenapa anak muda perlu diajak untuk mengentaskan pernikahan anak.
Pertama, anak muda merupakan aktor yang berdampak langsung dengan perkawinan muda.
Baca juga: Judicial Review Pengesahan Pernikahan Beda Agama dalam UU Perkawinan Mendapat Penolakan Warga
Ia mengatakan jika di dunia, sekitar 15 juta perempuan menikah sebelum usia 18 tahun.
Sehingga mendorong perempuan muda atau anak untuk memasuki masa dewasa mereka secara paksa.
"Nah kalau kita bisa melibatkan orang muda yang terdampak langsung, bisa mendorong untuk membantu untuk mengatasi perkawinan anak," ungkapnya dalam rangkaian acara Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health 2022 (ICIFPRH) di Yogyakarta, Selasa (23/8/2022).
Kedua, orang muda dapat membantu untuk mengatasi atau memecahkan isu perkawinan anak.
Berdasarkan program yang ia galakkan bersam tim, melibatkan anak muda membuat tingkat pernikahan anak menurun di lapangan.
Biasanya, perkawinan anak terjadi secara turun menurun. Misalnya dimulai dari nenek, ibu dan seterusnya.
Baca juga: HNW: Perkawinan Beda Agama Tidak Sejalan dengan Konstitusi
Mengajak anak muda untuk mencegah perkawinan anak dapat menghentikan hal ini.
"Kita berupaya untuk mendorong tidak terjadi kasus perkawinan anak yang sering turun menurun," tegasnya.
Lalu yang ketiga, orang muda bisa berkontribusi dan mampu menjangkau lebih banyak komunitas. Populasi orang muda di Indonesia memiliki persentasi yang cukup banyak.
Sehingga dapat melakukan kampanye pencegahan perkawinan anak dengan skala yang lebih besar.
Keempat, mengajak anak muda dapat memunculkan strategi efektif untuk mencegah perkawinan anak.
Baca juga: 9 Jenis Kekerasan Seksual yang Diatur dalam UU TPKS: Pelecehan hingga Pemaksaan Perkawinan
Selain itu Rey pun mengatakan jika melibatkan orang muda khususnya perempuan dapat mendorong mereka sebagai agen perubahan di komunitas.
Khususnya dalam hal ini untuk mencegah perkawinan anak.
Kelima, orang muda memiliki kreatifitas dan kredibilitas yang bisa diajak untuk mencari strategi dalam pencegahan perkawinan anak.
Anak muda memiliki cara tersendiri untuk menjangkau dan mengatasi masalah yang ada di komunitasnya.
"Jangan mencoba tidak mendengarkan apa yang disampaikan orang muda.
Karena yang disampaikan memiliki kreatifitas dan kredibilitas sendiri dalam menangani pernikahan anak muda," paparnya lagi.
Cara Mengatasi Permasalahan Perkawinan Anak dengan Mengajak Anak Muda
Menurut Rey, Ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan. Terutama jika melibatkan lebih banyak orang. Pertama, orang muda perlu memiliki pengetahuan dan kapasitas sebelumnya.
Menurutnya, pengetahuan individu perlu ditingkatkan sebagai agen perubahan untuk pencegahan perkawinan. Perlu dilakukan peningkatan kaspitas terus-menerus pada orang muda.
Sehingga dapat memiliki pengetahuan atau skill untuk mencegah pernikahan anak di komunitasnya.
Selanjutnya kata Rey, penting untuk tidak memisahkan orang dewasa dan anak muda dalam penyelesaian kasus perkawinan anak.
"Kita perlu melibatkan dan membangun koordinasi bahwa mereka memiliki keunikan masing-masing. Orang muda bisa saling membantu dan sebaliknya."
"Misalnya mengubah kebijakan, melakukan kampanye, atau sama-sama mendorong isu tertentu dalam masyarakat,"papar Rey.
Langkah selanjutnya adalah melibatkan orang muda dalam projek manajemen. Misalnya memulai planning hingga strategi, walau pun praktik ideal belum terjadi.
"Tapi upaya melibatkan anak muda kita dorong terus-menerus agar bisa berdampak lebih baik pada orang muda lainnya."
"Lalu harus berpikir kembali makna patisipasi anak muda sendiri," kata Rey menambahkan.
Dan terakhir, orang dewasa patut melibatkan dan menyediakan ruangan atau kesempatan untuk orang muda.
Agar mereka terlibat dalam proses, pembuatan kebijakan. Mulai dari desa hingga tingkat internasional.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.