Capres Alternatif Harus Beri Efek Kejut agar Kerek Popularitas Parpol
Ray Rangkuti mengatakan masyarakat jangan ragu berikan tuntutan bagi para figur dan partai politik fokus ketantangan pembangunan Indonesia
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wacana capres alternatif yang kini mulai ramai diperbincangkan memberikan sinyal kejenuhan publik terhadap nama-nama figur yang sudah lebih dulu populer.
Terkait capres alternatif tersebut, Pengamat Politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengatakan masyarakat jangan ragu memberikan tuntutan bagi para figur dan partai politik fokus kepada tantangan pembangunan Indonesia pasca pemilu 2024.
“Capres alternatif itu bukan sekadar figur yang juga populer, melainkan figur yang memiliki gagasan dan terasosiasi dengan isu dan substansi tertentu. Seperti dalam bidang ekonomi kemandirian ada Rizal Ramli, di bidang pembangunan teknologi ada Ilham Habibie, dan di bidang demokrasi ada Jimly Asshiddique," ujar Ray Rangkuti dalam pernyataannya, Kamis(1/9/2022).
Baca juga: Wakil Rais Aam PBNU: Parpol Harus Berani Munculkan Calon Presiden Alternatif
Menurut Ray Rangkuti, capres alternatif juga harus memberikan efek kejut bagi partai yang mendukungnya.
Efek kejut akan menarik perbincangan bukan lagi dari sekadar di dunia medsos, tapi juga di dunia ide.
"Sebagai contoh, Ilham Habibie, kita kenal bukan orang yang ingin menonjol di dunia politik, tapi justru ini efek kejutnya, jika ada partai politik yang mendukungnya, maka akan menjadi perhatian publik,” jelas Ray Rangkuti.
Ray Rangkuti menambahkan, terdapat dua model capres alternatif, capres strategis, dan capres realistis.
Capres strategis merupakan figur alternatif yang dapat ikut mengerek popularitas partai, dalam hal ini capres yang memiliki efek kejut tinggi seperti nama Ilham Habibie dan nama-nama lainnya perlu dipertimbangkan.
Sedangkan capres realistis merupakan capres yang dipilih pada last minute sebelum didaftarkan ke KPU.
Partai – partai politik menengah justru perlu melirik cara memunculkan nama dengan efek kejut tersebut.
Baca juga: Airlangga Hartarto - Puan Maharani Akan Bertemu, Golkar Pastikan KIB Terbuka untuk PDIP
Senada dengan Ray Rangkuti, Ari Nurcahyo dari Para Syndicate menegaskan bahwa capres alternatif adalah figur yang dapat membuka perspektif bahwa elektabilitas, popularitas, dan akseptabilitas hanya satu variabel dalam penentuan capres.
Ari, sebagaimana mengutip pernyataan Presiden Jokowi, menegaskan bahwa capres 2024 harus bekerja keras untuk dapat menjawab tantangan pembangunan Indonesia ke depan.
Ari menambahkan, konstelasi koalisi partai politik akan ditentukan dengan pemufakatan kandidasi paket capres – cawapres yang diusung.
Dalam situasi tersebut, elektabilitas hasil survei hanyalah satu variabel dalam menentukan capres – cawapres, selebihnya adalah otonomi partai dan pemufakatan koalisi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.