Cara Kerja Lie Detector, Hanya Deteksi Apakah Perilaku Menipu Sedang Ditampilkan
Lie detector, diketahui sebagai alat detektor kebohongan namun ternyata hanya mendeteksi apakah perilaku menipu sedang ditampilkan.
Penulis: Nurkhasanah
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini penjelasan mengenai lie detector atau detektor kebohongan yang biasa digunakan untuk melakukan investigasi kejahatan.
Dikutip dari How Stuff Works, lie detector atau poligraf adalah instrumen yang memantau reaksi fisiologis seseorang.
Meski dikenal sebagai alat detektor kebohongan, lie detector hanya digunakan untuk mendeteksi apakah perilaku menipu sedang ditampilkan.
"Uji kebohongan tidak dapat secara khusus mendeteksi apakah seseorang berbohong," ungkap polygrapher Dr Bob Lee, mantan direktur eksekutif operasi di Axciton Systems, produsen instrumen poligraf, dikutip dari How Stuff Works.
Lie detector pada dasarnya merupakan gabungan dari alat kesehatan yang digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi pada tubuh.
Saat seseorang diberi pertanyaan mengenai peristiwa atau kejadian tertentu, pemeriksa melihat bagaimana detak jantung.
Termasuk tekanan darah, laju pernapasan, dan aktivitas elektrodermal (keringat, dalam hal ini jari-jari) orang tersebut berubah dibandingkan dengan tingkat normal.
Baca juga: Putri Candrawathi Diperiksa Menggunakan Lie Detector di Sentul Hari Ini
Dengan mengajukan pertanyaan tentang masalah tertentu yang sedang diselidiki dan memeriksa reaksi fisiologis seseorang terhadap pertanyaan tersebut, pemeriksa poligraf dapat menentukan apakah perilaku menipu sedang ditunjukkan.
Fluktuasi mungkin menunjukkan bahwa orang tersebut menipu, tetapi hasil ujian terbuka akan ditafsirkan kembali oleh pemeriksa.
Baca juga: Polisi Periksa Putri Candrawathi dan Susi Pakai Lie Detector Hari Ini, Ferdy Sambo Dijadwalkan Besok
Uji kebohongan poligraf sering dikaitkan dengan investigasi kriminal.
Namun ada banyak entitas pemerintah dan beberapa pengusaha sektor swasta juga menggunakan lie detector untuk menguji calon pekerjanya.
Pemeriksaan dengan lie detector dirancang untuk mencari respons tak sadar yang signifikan terjadi dalam tubuh seseorang ketika orang tersebut mengalami stres, seperti stres yang berkaitan dengan penipuan.
Mesin Poligraf atau Lie Detector
Selama bertahun-tahun, poligraf adalah instrumen dengan jarum-jarum kecil yang mencoret-coret garis pada selembar kertas gulir, itu adalah poligraf analog.
Sementara saat ini, sebagian besar tes poligraf dilakukan dengan peralatan digital.
Kertas bergulir telah diganti dengan algoritma canggih dan monitor komputer.
Ketika seseorang duduk di kursi untuk pemeriksaan poligraf, beberapa tabung dan kabel terhubung ke tubuh orang tersebut yang dipasang di bagian tertentu untuk memantau aktivitas fisiologisnya.
Perilaku menipu dipicu oleh perubahan fisiologis tertentu yang dapat dideteksi oleh lie detector dan pemeriksa terlatih.
Pemeriksa terlatih disebut sebagai psikofisiologis forensik (FP).
Pemeriksa ini mencari jumlah fluktuasi aktivitas fisiologis tertentu.
Berikut daftar aktivitas fisiologis yang dipantau oleh poligraf:
- Laju pernapasan
- Tekanan darah atau denyut jantung
- Galvanic skin resistance (GSR) atau aktivitas elektro-dermal, yakni ukuran keringat di ujung jari.
Cara Kerja Poligraf atau Lie Detector
Uji poligraf adalah proses panjang yang dapat dibagi menjadi beberapa tahap, berikut ini cara kerjanya:
Pretest
Pretest terdiri dari wawancara antara pemeriksa dan orang yang diuji menggunakan lie detector.
Pada tahap ini, pemeriksa mendapatkan sisi orang yang diuji melalui cerita tentang peristiwa yang sedang diselidiki.
Sementara orang yang diuji duduk menjawab pertanyaan, pemeriksa juga membuat profil seseorang tersebut.
Pemeriksa akan melihat bagaimana orang tersebut merespon pertanyaan dan memproses informasi.
Tahap ini berlangsung sekitar satu jam.
Desain pertanyaan
Pada tahap ini pemeriksa merancang pertanyaan yang spesifik untuk masalah yang diselidiki dan meninjau pertanyaan tersebut kepada orang yang diuji menggunakan lie detector.
In-test
In test yakni ujian yang sebenarnya diberikan.
Pemeriksa mengajukan 10 atau 11 pertanyaan, hanya tiga dari empat pertanyaan yang relevan dengan masalah atau kejahatan yang diselidiki.
Pertanyaan lainnya adalah pertanyaan kontrol, yakni pertanyaan yang sangat umum.
Post-test
Pemeriksa menganalisis data respons fisiologis dan menentukan apakah orang tersebut telah menipu atau tidak.
Jika ada fluktuasi signifikan yang muncul dalam hasil, hal ini mungkin menandakan bahwa orang tersebut telah menipu.
Terutama jika orang tersebut menunjukkan respons yang sama terhadap pertanyaan yang diajukan berulang kali.
Ada kalanya pemeriksa poligraf salah mengartikan reaksi seseorang terhadap pertanyaan tertentu.
Berikut adalah dua cara respons dapat disalahartikan:
- Positif palsu - Respons orang yang jujur dianggap menipu.
- Negatif palsu - Respons dari orang yang menipu pasti akan jujur.
Kritik terhadap ujian poligraf mengatakan bahwa lebih banyak kesalahan positif palsu terjadi yang membuat sistem bias terhadap orang yang jujur.
Kesalahan ini mungkin terjadi jika pemeriksa tidak mempersiapkan peserta ujian dengan benar atau jika pemeriksa salah membaca data setelah ujian.
(Tribunnews.com/Nurkhasanah)