Strategi Soekarno Jadikan Olahraga Sebagai Alat Diplomasi Dinilai Masih Relevan Hingga Kini
Pemikiran dan jejak Bung Karno yang menjadikan olahraga sebagai alat diplomasi, masih relevan dan aktual untuk dilaksanakan pada masa kini.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Wahyu Aji
“Revolusi keolahragaan bangsa Indonesia untuk membentuk Manusia Baru Indonesia agar bangsa Indonesia berani melihat dunia dengan pikiran terbuka, berjalan di muka bumi secara tegak dengan kepercayaan diri yang tinggi, serta fisik dan mental yang kuat, dan melandasinya dengan dedikasi yang tinggi, prestasi yang gemilang, berperilaku dan berbudi pekerti yang luhur, terpuji dan terhormat sehingga dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain,” kata Hasto.
Pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Sukarno tidak hanya memperhatikan pelaksanaan olahraga, namun juga menganggap olahraga sebagai urusan negara dan menetapkannya sebagai keharusan negara.
Perintah Presiden Sukarno tersebut, kemudian dituangkan dalam rencana pembinaan keolahragaan yang dinamai 10 tahun olahraga.
Selain itu, olahraga bagi Bung Karno merupakan alat pemersatu bangsa, dan antarbangsa terjajah.
Bahkan menurut Soekarno, olah raga menjadi tolak ukur kekuatan dan kedaulatan suatu bangsa dan negara.
“Tidak heran apabila Bung Karno menggunakan olahraga sebagai instrumen penerapan sila nasionalisme dan internasionalisme di dalam membebaskan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dari kolonialisme dan imperialisme,” beber Hasto.
Sejarah dunia mencatat bahwa pada saat Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 1962 di Jakarta dengan menolak kehadiran atlet-atlet dari Israel dan Taiwan.
“Itu sebagai bentuk solidaritas atas kemerdekaan bangsa Palestina dan dukungan terhadap Republik Rakyat Tiongkok,” kata Hasto.
Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Nabil Haroen yang akrab disapa Gus Nabil, memberi masukan agar diperbanyak dokumen pidato ataupun kebijakan Soekarno di bidang olahraga.
Baca juga: Puan Kunjungi Makam Imam Al-Bhukari di Uzbekistan yang Terkait Erat dengan Bung Karno
"Saya meyakini banyak pidato Bung Karno yang bisa dimaksukkan ke dalam buku ini dalam edisi revisi," kata Gus Nabil.
Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik ISBI Aceh, Dr. Wildan, buku ini diharapkan jadi literasi di bidang olahraga dan politik.
"Buku yang penting dan menarik. Di dalamnya ada kutipan puisi Muhammad Ali yang inspiratif yang perlu untuk diketahui termasuk oleh kalangan anak muda saat ini," kata Wildan.
Sementara Ketua Program S3, Unsyiah, Prof. Rusli Yusuf, menyebut dimensi olahraga dan politik selayaknya bisa dilaksanakan dengan baik dan bisa pula diprediksi. "Sering kali kita menafikan politik. Namun sejatinya politik tidak bisa dipisahkan dari kehidupan," sebut Prof. Rusli.
Menurut panitia, peluncuran buku sebagai bagian dari pemanasan menuju kesiapan Aceh dan Sumut menjadi tuan rumah PON 2024.