Menko PMK: Tragedi Kanjuruhan Momentum Berbenah dari Penyelenggaraan hingga Sistem Pengamanan
Muhadjir Effendy mengatakan Tragedi Kanjuruhan dapat dijadikan bahan evaluasi oleh seluruh pihak untuk berbenah.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan Tragedi Kanjuruhan dapat dijadikan bahan evaluasi oleh seluruh pihak untuk berbenah.
Menurut Muhadjir Effendy, kejadian menyedihkan ini tidak boleh sampai terulang kembali.
"Sudah waktunya kita untuk berbenah, meningkatkan profesionalisme di dunia persepakbolaan. Termasuk di dalam penyelenggaraan, tata kelola, sarana prasarana pendukung, termasuk sistem pengamanan," ujar Muhadjir Effendy melalui keterangan tertulis, Senin (10/10/2022).
Sistem pengamanan, menurut Muhadjir Effendy, harus diusahakan bisa mematuhi sesuai standar FIFA.
Sehingga mencegah terjadinya pelanggaran dalam menerapkan prosedur keamanan yang dapat berakibat fatal.
Menurut Muhadjir Effendy, tragedi Kanjuruhan tersebut merupakan bencana sosial.
Pemerintah, kata Muhadjir Effendi sudah melakukan tahap mitigasi, mulai dari mengidentifikasi korban yang dirawat maupun meninggal dunia, hingga diserahkan kepada keluarga.
Semua biaya perawatan korban dan pengantaran jenazah ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah.
Dirinya berharap tidak ada oknum yang meminta dana kepada korban maupun keluarga korban terkait hal tersebut.
"Jadi sekali lagi kalau masih ada ketika mengangkut jenazah itu pihak ambulans mengenakan biaya, mohon biayanya dikembalikan pada ahli waris. Dan nanti dari pihak ambulans bisa minta ke pemerintah Pemkab setempat. Atau kepada Kemenko PMK nanti kita akan ganti," jelas Muhadjir.
"Jadi seluruh pengobatan gratis. Termasuk untuk yang masih takut berobat, takut bayar, datang segera ke rumah sakit sebelum cederanya berkepanjangan," tambah Muhadjir.

Pemerintah saat ini juga sedang mengidentifikasi siapa saja korban yang meninggal dunia merupakan tulang punggung keluarganya.
Supaya dapat diberikan bantuan sosial untuk mencegah timbulnya keluarga miskin baru.
Jumlah korban meninggal dunia sebanyak 131 orang. Dari total korban tersebut, 90 orang di antaranya laki-laki dan 40 orang perempuan.
Kebanyakan korban adalah remaja rentang usia 12-24 tahun. Sementara satu korban masih balita berusia 4 tahun.