Mengenal Radya Pustaka, Museum Tertua di Indonesia yang Didirikan oleh K.R.A Sosrodiningrat IV
Simak pengetahuan tentang Radya Pustaka, museum tertua di Indonesia yang didirikan oleh K.R.A Sosrodiningrat IV, terletak di Surakarta, Jawa tengah.
Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Berikut artikel mengenai Musem Radya Pustaka di Surakarta.
Di antara sejumlah museum tertua di Indonesia, Radya Pustaka adalah salah satunya.
Radya Pustaka adalah museum tertua di Indonesia yang didirikan oleh bangsa pribumi.
Dikutip dari radyapustaka.id, museum Radya Pustaka terletak di Jalan Slamet Riyadi No.275 Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Museum ini semula bernama Paheman Radya Pustaka.
Paheman Radya Pustaka adalah lembaga pengetahuan yang didirikan oleh K.R.A Sosrodiningrat IV pepatih dalem Paku Buwana IX di dalem Kepatihan pada 15 Maulud Ehe 1820 atau 28 Oktober 1890.
Baca juga: Sejarah Hari Museum Nasional yang Diperingati 12 Oktober
Kemudian pada 1 Januari 1913, Paheman Radya Pustaka berpindah ke Lodji Kadipala milik orang Belanda, Johannes Busselaar yang dibeli Sunan Paku Buwana X.
Sejak perpindahannya itu Paheman Radya Pustaka berganti nama menjadi museum Radya Pustaka hingga sekarang.
Koleksi Museum Radya Pustaka di antaranya:
- Naskah Kuno
- Tosan Aji
- Arca Batu dan Perunggu
- Keramik
- Kristal
- Gerabah
- Berbagai Jenis Wayang
- Artefak dengan peninggalan sejarah yang bernilai tinggi.
Koleksi tersebut dimuseumkan dari peninggalan berbagai masa di antaranya peninggalan masa Susuhunan Pakubawana IV.
Serta koleksi dan peninggalan dari masa Keraton Kartasura.
Baca juga: Kumpulan Link Twibbon Hari Museum Indonesia 2022, Beserta Cara Buat dan Bagikan di Media Sosial
Canthik Kyai Rajamala
Koleksi yang paling mencolok dari peningalan masa Susuhunan Pakubawana IV yaitu Canthik Kyai Rajamala.
Canthik Kyai Rajamala adalah sebuah Canthik atau cucuk perahu yang terbuat dari kayu jati diukir berbentuk kepala raksasa berambut.
Koleksi tersebut merupakan benda pusaka milik Keraton Surakarta.
Oleh karenanya disebut Kyai dan disimpan di Museum Radyapustaka.
Kyai Rajamala merupakan Yasan Dalem (hasil karya) Sri Susuhunan Paku Buwana V ketika masih menjadi Putera Mahkota.
Perahu Rajamala dibuat untuk hilir mudik Sala-Gresik, yang pertama kali oleh Sri Susuhunan Paku Buwana IV pada masa Pangeran Adipati Anom.
Sri Susuhunan Paku Buwana IV menggunakan Perahu Rajamala berlayar ke Gresik untuk menjemput Puteri Pamekasan Madura untuk dijadikan Permaisuri.
Hingga perjalanan terakhirnya digunakan oleh Sri Susuhunan Paku Buwana VII untuk menjemput Puteri Madura dari Bangkalan, Puteri Sultan Cakraningrat.
Selain hilir mudik, pada masa Paku Buwana IV hingga Paku Buwana IX digunakan untuk berpesta Lumban atau berenang.
Ketika Sungai Bengawan Solo banjir menggenangi bagian-bagian kota, perahu digunakan untuk membawa bantuan untuk warga yang terkena banjir.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Museum Nasional 2022 yang Cocok Dibagikan di Media Sosial
Pawukon
Selain Canthik Kyai Rajamala, Pawukon adalah satu di antara koleksi unik yang dimiliki Museum Radya Pustaka.
Pawukon adalah suatu perhitungan tradisional yang populer di masyarakat agraris, terutama wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Perhitungan tersebut didasarkan pada sistem pertanggalan tradisional Jawa.
Perhitungan Pawukon dapat merumuskan untuk menentukan usaha manusia agar usahanya berhasil dengan baik.
Penggunaan Pawukon digunakan dalam banyak hal seperti waktu menanam padi yang baik atau disebut dengan Pranata Mangsa.
Selain itu Pawukon juga dipakai untuk menghitung waktu baik ketika membangun rumah, bepergian, watak seseorang yang terkait dengan astrologi, masih banyak lagi.
Pertanggalan Jawa memiliki beberapa siklus hari seperti siklus 5 hari (pancawarna), 6 hari (paringkelan atau sadwara), 7 hari (saptwara, 8 hari (padewan atau astawara), dan 9 hari (padangon atau sangawara).
Sementara itu Pawukon memiliki siklus hari yang lebih panjang yakni siklus 210 hari.
Siklus tersebut terbagi dalam 30 bagian yang kerap disebut dengan wuku.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)