Rayakan Maulid Nabi, JATMAN DKI Ajak Masyarakat Bangun Tradisi Khataman Kitab Hadits
Pengurus JATMAN DKI Jakarta menggelar Halaqah Alim Ulama dan Masyayikh Thoriqoh Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah se-DKI Jakarta.
Penulis: Erik S
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Erik Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus JATMAN DKI Jakarta menggelar Halaqah Alim Ulama dan Masyayikh Thoriqoh Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah se-DKI Jakarta dalam rangka memeriahkan Ihtifâl Maulid Rasûlullâh.
Dalam kegiatan tersebut digelar Khataman 1.322 Hadis Rasûlullâh dari Kitab Monomental Al-Adab Al-Mufrod karya Imâm Al-Bukhôri al-Ju'fîy yang dibimbing KH pada akhir pekan lalu.
Dalam acara tersebut turut hadir, Ahmad Marwazie Al-Batawie Al-Makkiy, Ketua PWNU DKI Jakarta, KH. Samsul Ma'arif dan Rois JATMAN DKI, KH. Hamdan Rasyid.
KH. Muhammad Danial Nafis dalam sambutannya mengatakan sudah beberapa tahun ini mengadakan Ihtifal Maulid.
Selain membaca maulid seperti burdah atau barzanji, ada tradisi yang lain coba dibangun khususnya di JATMAN Idaroh Wustho DKI dan Zawiyah Arraudhah yaitu membaca kutubul hadits.
“Tentunya ini menunjukan bahwa tuduhan yang namanya ahlu thoriqoh itu tidak memiliki tradisi keilmuan dan melakukan amal bid’ah, bahwa anggapan itu jauh panggang dari api atau sangatlah tidak benar,” tegas Kiai Nafis dalam keterangannya, Jumat (21/10/2022).
Kiai Nafis menambahkan memperingati Maulid Nabi dengan mengadakan ta’lim dan khataman kitab hadits masih sedikit di Jakarta, karena biasanya peringatan Maulid yang ada hanya majlis pembacaan kitab maulid saja.
"Sangat jarang yang membaca dan mengkhatamkan kitab hadits. Karena ada faidah yang lebih besar dengan membaca hadits, tentunya agar Rasulullah ﷺ membersamai kita, dan kita akan lebih dekat dengan beliau,” ungkap Kiai Nafis.
Selain itu kata Kiai Nafis JATMAN DKI dan Zawiyah Arraudhah terus berupaya membangkitkan tradisi berpikir melalui kajian kitab turats, terutama berkaitan dengan tasawuf.
Tujuannya agar masyarakat mengetahui bahwa dalam rutinitas thariqah tidak hanya berzikir, membaca manakib, bershalawat, dan haul yang memberi dampak positif kepada setiap individu, juga terdapat tradisi keilmuan dengan mengaji kitab-kitab turats, terutama karya ulama tasawuf.
Baca juga: JATMAN Lantik Pengurus Tingkat Cabang Se-DKI Jakarta Masa Khidmat 2021-2025
"Jadi thariqah itu pasti Ahlu sunnah wal jamaah, tapi tidak hanya sifatnya tradisi berzikir, tapi juga tradisi pikir. Ketika engkau zikir maka akan melahirkan pikiran yang positif, dan melahirkan amaliah saleh khairiyah,” tegasnya.
Ketua Majlis Ifta JATMAN DKI, KH Yunus Abdul Hamid menambahkan zaman saat ini banyak yang mengaku dirinya Mursyid, tetapi tidak banyak Mursyid yang memiliki bashirah atau penglihatan mata hati yang tajam sehingga mengetahui penyakit hati muridnya, dan membimbing muridnya untuk dapat menyucikan jiwa. Ibarat dokter yang mengobati pasien, mursyid harus mengetahui terlebih dulu penyakitya agar dapat memberikan obat yang sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
"Artinya, hatinya sudah futuh, melalui wirid yang sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah, mursyid akan membimbing muridnya untuk terlebih dulu bertobat. Setelah itu, mursyid akan menuntun muridnya menapaki manzilah yang lebah tinggi, yaitu istikamah. Selanjutnya, murid dibawa melangkah pada manzilah yang lebih atas yaitu takwa. Setelah seseorang itu bertakwa maka dengan rahmat Allah SWT orang tersebut menjadi muslim yang kaffah,” jelas Kiai Yunus.
Kiai Yunus mengatakan, ketika seseorang telah terbebas dari berhala fisik seperti tidak menyembah patung dan sejenisnya, maka harus juga terbebas dari berhala nafsu yang ada dalam diri.
"Dengan begitu, ibadahnya tidak karena perkara dunia, seperti harta dan jabatan, tetapi murni karena Allah."
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.