Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Hari Arwah 2 November yang Diperingati Setelah Hari Raya Semua Orang Kudus

Berikut adalah sejarah Hari Arwah yang diperingati setelah Hari Raya Semua Orang Kudus 1 November.

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Sejarah Hari Arwah 2 November yang Diperingati Setelah Hari Raya Semua Orang Kudus
Tribunnews/Jeprima
Suasana persiapan ibadah Natal di Gereja Katolik St Servatius di Kampung Sawah, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (25/12/2020). Tribunnews/Jeprima Berikut adalah sejarah Hari Arwah yang diperingati setelah Hari Raya Semua Orang Kudus 1 November. 

TRIBUNNEWS.COM - Setiap tanggal 2 November, Gereja Katolik merayakan Hari Arwah.

Hari Arwah bertujuan untuk mengenang dan mempersembahkan doa bagi semua orang beriman yang telah meninggal.

Mengutip smakaquinasruteng.sch.id, Gereja memperingati Hari Arwah tepat sesudah Hari Raya Semua Orang Kudus (1 November).

Sejak awal Kristianitas, Hari Arwah telah berkembang di dalam gereja melalui teks-teks liturgi awal.

Praktik mendoakan arwah telah dilakukan sejak Perjanjian Lama, tepatnya ketika Yudas Makabe mendoakan arwah orang-orang yang gugur dalam pertempuran melawan Gorgias (2 Mak 12:38-45).

St. Paulus pun berdoa bagi Onesiforus, kawan yang mengunjunginya di Roma (2 Tim 1:18).

Baca juga: Dua Saksi Kasus Korupsi Gereja Kingmi Mile 32 Bupati Mimika Mangkir Panggilan KPK

Pada abad ke-4, St. Yohanes Krisostomus, Uskup Agung Konstantinopel, berpesan dalam homilinya, "Baiklah kita membantu dan mengenangkan mereka [yang telah meninggal]. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya (Ayb 1:5). Bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka."

Berita Rekomendasi

Pada abad-abad awal Kristianitas, nama-nama umat beriman yang telah meninggal dicatat pada plakat yang disebut diptych, dikutip dari parokicikarang.or.id.

Praktik mendoakan orang-orang mati menjadi tradisi Biara Benediktin sejak abad ke-6 dan dirayakan pada hari Sabtu sebelum Pentakosta.

Praktik ini bermunculan pula di Spanyol maupun Jerman.

Pada tahun 1030, St. Odilo, Abbas Biara Benediktin di Cluny, menetapkan agar diadakan peringatan arwah setiap tahunnya di biara-biara ordonya.

Tradisi inilah yang di kemudian hari diikuti oleh keuskupan-keuskupan di Eropa sampai menjadi peringatan universal Gereja.

Dasar teologis dari perayaan Hari Arwah tidak dapat dilepaskan dari ajaran Gereja bahwa arwah semua orang beriman belum disucikan sepenuhnya dan masih harus menjalankan penyucian agar dapat masuk ke dalam kegembiraan surga (KGK 1030).

Proses penyucian ini disebut Gereja sebagai purgatorium – api penyucian (KGK 1031).

Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati (KGK 1032).

Kita pun dapat merefleksikan mengapa Gereja merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus pada 1 November dan mendoakan semua arwah pada 2 November.

Kedua perayaan tersebut menunjukkan suatu refleksi iman bahwa selalu ada ikatan kasih yang kuat antara yang masih hidup, yang sudah meninggal, dan yang sudah bahagia di surga.

(Tribunnews.com, Widya)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas