Profil Marwan Cik Asan, Waketum Partai Demokrat Periode 2020-2025 yang Dipilih AHY
Data kepengurusan mencatatkan Marwan Cik Asan sebagai Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Demokrat.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Komisi XI DPR RI Marwan Cik Asan yang merupakan Kader Partai Demokrat masuk dalam daftar kepengurusan Partai Demokrat periode 2020-2025.
Data kepengurusan mencatatkan Marwan Cik Asan sebagai Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Demokrat.
Pemilihan ini telah ditetapkan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Lantas siapa Marwan Cik Asan sebenarnya?
Berikut rangkuman Tribunnews.com tentang profil Marwan Cik Asan yang saat ini terpilih menjadi Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Demokrat periode 2020-2025.
Baca juga: Dukung Prabowo, Jokowi Diultimatum PDIP dan Demokrat: Jangan Terlalu Ikut Campur Urusan Pilpres
Profil Marwan Cik Asan
Mengutip wikidpr.org, politisi Partai Demokrat yang dipilih menjadi Waketum Partai Demokrat periode 2020-2025 ini lahir di Way Tuba, Lampung, pada tanggal 18 Maret 1976.
Marwan Cik Asan menamatkan pendidikannya dari Sekolah Dasar hingga tamat Sekolah Menegah Atas di Lampung.
Dilansir dpr.go.id, ia bersekolah di SDN Way Tuba Gunung Labuhan pada tahun 1981 - 1986 dan melanjutkan di SMPN 6 Tanjung Karang tahun 1986 - 1989.
Marwan Cik Asan kemudian melanjutkan sekolah di SMAN 3 Tanjung Karang tahun 1989 - 1992.
Pada tahun 1992 - 1997 ia lantas melanjutkan studi S1 nya di Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Tidak berhenti di situ, Marwan Cik Asan kemudian melanjutkan studinya dengan mengambil studi Keuangan, Universitas Indonesia tahun 1997 - 1999.
Lulus dari UI, Marwan Cik Asan mendirikan PT. Wanoz Putra Mandiri tahun 2010 dan menjadi Direktur Operasional di PT. Dipati Ruberindo Utama tahun 2002 - 2005.
Baca juga: Sebut Pengurus PDIP Mau Berkomunikasi dengan Demokrat, Andi Arief: Hanya Kubu Pak Hasto yang Sombong
Ia juga pernah bergabung di PT. Samudera Montaz sebagai General Montaz tahun 2001 - 2009.
Kariernya di pendidikan cukup cemerlang, ia diminta untuk menjadi dosen di Univesitas Bina Nusantara tahun 2000 - 2002.
Juga di Universitas Indonesia sebagai dosen tahun 1999 - 2000.
Marwan menjadi Ketua Dewan Pengurus KML Universitas Indonesia 1994 - 1995 dan Dewan Pengurus SM Universitas Indonesia sebagai Ketua tahun 1993 - 1994
Pada tahun yang sama ia menjadi Direktur Keuangan di PT. Internusa Farma tahun 1999 - 2000.
Hingga akhirnya ia bergabung di DPD Partai Demokrat Propinsi Lampung sebagai Wakil Ketua I tahun 2010 - 2015.
Marwan Cik Asan juga aktif di Persatuan Insinyur Indonesia dan di Korwil ADPSI Wilayah Sumatera sebagai Ketua tahun 2010 - 2014.
Ia juga menjadi pengurus DPC Demokrat Way Kanan sebagai Ketua Bidang tahun 2004 - 2009.
Di tahun 2002 - 2004 ia bergabung AMND Sumbagsel sebagai Bendahara.
Hingga akhirnya saat ini ia menjadi Komisi XI bagian Keuangan dan Perbankan.
Baca juga: Survei Y-Publica: Demokrat Salip Gerindra, PSI Bergerak Naik, Nasdem Terancam Gagal ke Senayan
Ingatkan INA
Marwan Cik Asan meminta Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) untuk memahami perannya.
Pasalnya setelah enam bulan pembentukan LPI, INA belum tampak membangun kepercayaan investor global.
Padahal sudah ada komitmen untuk membangun kepercayaan para investor itu.
‘’Jangan-jangan kita lupa bahwa lembaga ini didirikan untuk memperkuat tata kelola mendukung investor global."
"Bapak-bapak harus menghadirkan investor. Tentu untuk bergerak perlu modal, hadirlah komitmen dari negara senilai 75 Triliun."
"Setelah enam bulan berjalan, apakah ini yang dilakukan LPI?’’ kata Marwan dalam rapat dengar pendapat dengan LPI atau INA, Kamis (02/12/2021) dikutip dari demokrat.or.id.
Baca juga: Partai Demokrat: Jokowi Kurang Etis Beri Sinyal Dukungan ke Prabowo
Bahkan Marwan dengan tegas mengatakan agar INA dibubarkan jika tak ada manfaatnya.
"Kalau tidak ada gunanya ya bubarin saja,’’ tegas Marwan.
Marwan ingin melihat apa yang akan dilakukan INA satu tahun ke depan.
Harapannya INA dapat menghadirkan investor untuk Indonesia.
Dan INA dapat terbiasa dengan penyertaan modal negara (PMN) terkait rencana untuk meraih kepercayaan investor global dan tahapan-tahapan pencapaiannya.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.