Jokowi: Amerika dan China Sahabat Indonesia
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku khawatir dengan ketegangan yang terjadi antara China dan Taiwan.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku khawatir dengan ketegangan yang terjadi antara China dan Taiwan.
Menurut Presiden Jokowi rivalitas atau kompetesi merupakan hal yang biasa.
Namun jangan sampai rivalitas tersebut berujung pada perang terbuka.
“Saya sangat khawatir mengenai itu, kompetisi itu hal yang normal, rivalitas adalah hal biasa antar negara tapi yang paling penting jangan sampai menjadi konflik terbuka,” kata Presiden Jokowi dikutip dari akun youtube the economist, Minggu (13/11/2022).
Presiden Jokowi mengatakan Indonesia menginginkan dunia yang damai.
Karenanya, ia tidak ingin ada lagi konflik terbuka setelah adanya perang antara Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Ikuti KTT G20, Beberapa Kepala Negara Tiba di Indonesia Malam Ini, Joe Biden Hingga Presiden Korsel
“Jadi jangan sampai perang di Ukraina belum selesai menambah masalah lagi di kawasan yang lain ini menambah ruwet kita semuanya menambah pusing kita semuanya,” katanya.
Menurut Presiden Jokowi semua negara termasuk Amerika Serikat dan China merupakan sahabat dan mitra penting Indonesia.
Karenanya, ia berharap KTT G20 di Bali mendatang dapat menghasilkan solusi untuk mengatasi sejumlah masalah dunia.
Baca juga: Timbulkan Kehancuran, Perdana Menteri Inggris Akan Sampaikan Amarah ke Perwakilan Putin di KTT G20
“Amerika ada sahabat Indonesia, Tiongkok juga adalah sahabat Indonesia teman Indonesia, semuanya mitra penting Indonesia mungkin dengan situasi Bali yang sejuk yang damai ini menjadi menjadi peluang Indonesia menjadi kepemimpinan Indonesiadi tingkat dunia untuk memperjuangkan selesainya problem problem yang ada di dunia,” katanya.
Situasi Tak Mudah
Jokowi pun mengatakan dunia saat ini dalam kondisi sulit.
Rivalitas antar sejumlah negara sangat tajam sehingga negosiasi tidak berjalan mudah.
Meskipun demikian Jokowi berharap forum KTT G20 menghasilkan solusi yang kongkret.
“Kita harapkan semuanya berjalan dengan baik sehingga, G20 menghasilkan solusi yang konkret untuk anggota, solusi yang konkret juga untuk dunia,” kata Jokowi.
Terkait dengan konflik Rusia dan Ukraina, Jokowi mengatakan ruang dialog sangat diperlukan.
Meskipun ia tidak tahu apakah Presiden Rusia Vladimir Putin menginginkan dialog atau tidak.
Baca juga: KTT G20 Bali, Luhut Minta TNI-Polri Kompak Agar Mekanisme Pengamanan Berjalan Baik dan Solid
“Kalau tidak ada ruang dialog, tidak bertemu, sangat sulit untuk untuk mendapatkan sebuah solusi yang baik bagi kawasan, bagi dunia utamanya dalam kita mengatasi krisis pangan krisis energi, krisis financial, dan krisis dari biaya hidup,” katanya.
Sebelumnya Vladimir Putin dipastikan tidak akan hadir dalam KTT G20 di Bali, pada 15-16 November 2022.
Meskipun demikian Rusia tetap berperisipasi penuh pada KTT G20, dengan diwakili Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.
“Jadi tidak lagi isu ketidakhadiran (Presiden Putin) menyebabkan Rusia tidak lagi berpartisipasi aktif sebagai anggota G20,” kata Jubir Kemenlu Teuku Faizasyah Sabtu (12/11/2022).
“Namun dengan kehadiran wakil dari yang ditunjuk, dengan demikian tetap bisa menjadi bagian dari proses pembahasan pada saat KTT,” lanjut dia.
Dikatakannya bahwa Presiden Putin sempat berbicara dengan Presiden Jokowi dan berjanji akan hadir pada perhelatan akbar yang bakal digelar di Nusa Dua, Bali, itu.
Meski tidak ada Putin, kehadiran Menlu Rusia itu pun dinilai sudah cukup sebagai perwakilan tertinggi dari Rusia dengan level yang sama.
“Seseorang yang datang pada kapasitas mewakili negaranya memiliki otoritas untuk menyampaikan, katakanlah posisi negara dan merundingkan isu-isu yang menjadi kepetningan bersama,” ucapnya.
Di sisi lain, Teuku menuturkan adanya sebuah kubu dalam forum tinggi antarnegra merupakan fenomena lumrah yang mencerminkan kondisi geopolitik global.
Selain di G20, kata dia, sejumlah forum internasional lain pun kerap diwarnai peristiwa seperti ini.
“Ini tidak hanya tercermin pada forum G20 ya, di berbagai forum internasional multilateral lainnya pun ini sudah menjadi satu realitas,” katanya.