Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Ingatkan tentang Politik Identitas: Sempit, Berbahaya dan Bisa Memecah Belah

Pengamat Komunikasi Politik Emrus Sihombing menegaskan, politik identitas yang sempit bisa memicu konflik horizontal.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pengamat Ingatkan tentang Politik Identitas: Sempit, Berbahaya dan Bisa Memecah Belah
Tribunnews.com/Reza Deni
Pengamat Politik, Emrus Sihombing. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politik identitas yang sempit amat berbahaya bila terus digulirkan ke publik.

Pengamat Komunikasi Politik Emrus Sihombing menegaskan, politik identitas yang sempit bisa memicu konflik horizontal.

Emrus mengatakan, politik identitas sah saja ketika pesan yang disampaikan seperti saling menghargai suku dan budaya atau nilai-nilai seni yang luhur, mengangkat keagungan Tuhan Yang Maha Esa, menghormati apapun agama yang dianut.

Menurut Emrus, yang berbahaya adalah politik identitas yang sempit. Ketika komunikasi politik di ruang publik dimanfaatkan untuk merendahkan kepercayaan, suku, atau budaya tertentu.

Baca juga: Hindari Politik Identitas, Pengamat Sarankan PDI Perjuangan dan PKS Gabung KIB

"Politik identitas yang sempit bisa memecah belah. Itu tidak boleh dibiarkan, karena itu mengancam persatuan kita dan berpotensi menimbulkan konflik horizontal. Konflik horizontal lebih sulit diatasi dibandingkan konflik vertikal," kata Emrus, Selasa(22/11/2022).

Emrus mengatakan, konflik horizontal adalah pertikaian antar sesama kelas sosial tertentu, satu suku dengan suku lain, satu agama dengan agama lain.

BERITA REKOMENDASI

Sedangkan konflik vertikal melibatkan kelas sosial yang tinggi dan rendah.

"Kalau Indonesia konflik, negara lain yang menikmati. Pembangunan tidak akan berjalan," ujar Emrus.

Emrus merespons pernyataan Presiden Joko Widodo(Jokowi). Dalam Munas ke-17 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Jokowi mengimbau kepada kontestan pemilu agar tidak menggunakan politik identitas dan isu SARA.

Jokowi mengajak kontestan mengedepankan ide dan gagasan. Menurutnya, bangsa ini sudah merasakan cukup lama dampak dari politik identitas.

"Tidak kali pertama Pak Jokowi mengatakan itu. Apa yang dikatakan Presiden sangat betul. Capres dan cawapres harus adu ide dan gagasan. Jauhkan politik identitas yang sempit atas dasar SARA," kata Emrus.

Seluruh ketua partai harus menghormati sikap Presiden Jokowi dengan tegas menyampaikan ke ruang publik menolak politik identitas yang sempit dan isu SARA. Kandidat dalam pemilu fokus pada program pembangunan.

"Mengangkat politik identitas yang sempit dan isu SARA sama saja menunjukkan calon tidak punya program, sesungguhnya mereka lemah. Partai politik harus punya komitmen politik semacam perjanjian dengan kandidat bahwa politik identitas yang sempit boleh," kata Emrus. (Willy Widianto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas