Profil Reni Kusumowardhani, Ahli Psikologi Forensik yang Sebut Keterangan Putri Candrawathi Kredibel
Berikut profil dari Reni Kusumowardhani yang menyebut keterangan Putri Candrawathi soal dugaan pelecehan seksual adalah layak dipercaya atau kredibel.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pakar Psikologi Forensik dari Asosiasi Forensik Indonesia (Apsifor), Reni Kusumowardhani tengah menjadi sorotan publik terkait pernyataannya yang menyebut keterangan Putri Candrawathi soal dugaan pelecehan seksual di Magelang adalah kredibel atau layak dipercaya.
Adapun keterangannya tersebut disampaikannya saat menjadi saksi ahli dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan berencana Brigadir J di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2022).
Bahkan, buntut pernyataannya itu, akun Instagram Reni bernama @r_kusumowardhani dibanjiri kritik oleh netizen.
Berdasarkan pantauan Tribunnews.com, ratusan komentar netizen membanjiri salah satu unggahan foto Reni imbas pernyataannya tersebut.
Tak hanya itu, pengacara keluarga Brigadir J Kamaruddin Simanjutak bahkan berencana melaporkan Reni karena dinilai memfitnah Yosua.
"Jadi keahlian orang itu karena dia disumpah sebelum memberi keterangan ahli, nanti saya minta hakim supaya menetapkan mereka tersangka. Atau keterangan dia dalam putusan itu nanti akan saya buat dan saya laporkan sendiri," kata Kamaruddin dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Kamis (22/12/2022) siang.
Baca juga: Arif Rachman Mengaku Diminta Ferdy Sambo Menuliskan Interogasi Awal Putri Candrawathi
Menurutnya, Reni dapat dilaporkan dengan pasal 242 KUHP tentang dugaan keterangan palsu.
Kamaruddin juga menuding Reni tidak memiliki moral lantaran pernyataannya itu.
"Boleh-boleh saja dia cari duit, tapi harus ada moral. Moral hilang. Nilai akademik hilang," imbuhnya.
Lalu seperti apakah profil dari Reni Kusumowardhani? Berikut Tribunnews.com mencoba merangkum dari berbagai sumber.
Profil Reni Kusumowardhani
Dikutip dari laman Apsifor, Reni Kusumowardhani menjabat sebagai Ketua Apsifor.
Selama ini, ia kerap menjadi pemateri terkait psikologi forensik di sejumlah universitas di Indonesia.
Sejak SMP, Reni pun memang telah menggemari dunia psikologi seperti diberitakan oleh Tribun Makassar.
Sebelum menjadi pakar, Reni mengawali pendidikan tingginya di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan lulus pada tahun 1988.
Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan masternya dengan menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI).
Baca juga: Hasil Pemeriksaan Psikologi Forensik Ferdy Sambo dan Putri, Ahli: Ferdy Sambo Kurang Percaya Diri
Kemudian, dia pun memutuskan untuk membuka praktek psikologi dan bertahan hingga saat ini.
Selama kariernya sebagai psikolog, Reni juga telah mendirikan Konsultan Psikologi dan Pusat Kajian Perilaku.
Reni juga pernah melakukan layanan dan program psikologi di Lembaga Permasyarakatan (LP) Nusakambangan pada tahun 1998.
Namun saat ini, Reni hanya datang sesuai permintaan lantara dianggapnya sudah banyak psikolog khusus yang melayani lembaga permasyarakatan.
Dalam kariernya, ia pun juga pernah diminta oleh kepolisian untuk menyelidiki kasus pembunuhan yang melibatkan tujuh anggota keluarga pada tahun 1994.
Terlibat dalam Penyelidikan Kasus 1 Keluarga Tewas di Kalideres
Reni juga terlibat dalam penyelidikan kasus satu keluarga tewas di Kalideres yang terjadi pada 10 November 2022 lalu.
Dirinya berperan dalam pengungkapan terkait isu penyebab kematian satu keluarga tewas tersebut.
Pada saat itu, santer beredar bahwa penyebab kematian satu keluarga itu lantaran menganut aliran apokaliptik.
Baca juga: Jaksa Minta Sidang Ferdy Sambo Ditunda Hingga Januari tapi Ditolak Majelis Hakim
Menepis isu tersebut, Reni pun menjelaskan bahwa penyebab kematian empat anggota keluarga itu dalam keadaan wajar.
"Sehingga keempat-empatnya memang cara kematiannya atau manner of death-nya baik (korban) Bapak Rudy, Ibu Renny, Bapak Budi dan Ibu Dian mengarah pada cara yang natural, tidak mengarah pada cara kematian yang lain," ujarnya dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jumat (9/12/2022) seperti yang ditayangkan di YouTube Kompas TV.
"Berdasarkan autopsi psikologi yang kami lakukan, dapat ditepis dugaan dan spekulasi terkait perilaku dan paham apokaliptik, atau mungkin itu karena sekte, atau mungkin karena adanya voluntaril stopping eating and drinking," imbuh Reni.
Pernyataan Reni yang Munculkan Kritik
Pada sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir J, Rabu (21/12/2022), Reni dihadirkan oleh jaksa penuntut umum (JPU) sebagai saksi ahli.
Kemudian saat sesi tanya jawab dengan kuasa hukum Putri Candrawathi, Febri Diansyah, Reni mengatakan keterangan Putri Candrawathi terkait dugaan pelecehan seksual di Magelang patut untuk dipercaya atau kredibel.
"Jadi, apakah hasil pemeriksaan psikologi forensik yang dilakukan bersama tim meyakini bahwa peristiwa dugaan pelecehan seksual di Magelang itu terjadi karena keterangan ibu Putri kredibel di sana?" tanya Febri.
"Saya rasa kapasitas kami menjelaskan tentang perilakunya. Jadi artinya apa yang disampaikan oleh ibu Putri memang berkesesuaian dengan kriteria yang kredibel terkait dengan kekerasan seksual yang terjadi di Magelang menurut ibu Putri," jelas Reni.
Baca juga: Silang Pendapat Ahli Psikologi dan Kriminolog soal Pelecehan pada Putri Candrawathi di Magelang
Kendati demikian, Reni menyarankan agar keterangan Putri Candrawathi itu sebagai petunjuk agar didalami kembali.
"Ini (keterangan Putri) yang kemudian perlu didalami oleh hukum tentunya. Namun keputusan mengenai apakah ini (pelecehan seksual) terjadi atau tidak pasti terjadi tentu itu bukan kapasitas kami," imbuhnya.
"Berarti yang saudara saksi simpulkan adalah keterangan Putri layak dipercaya?" tanya Febri lagi.
"Layak dipercaya," jawab Reni.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Makassar/Ansar)(YouTube Kompas TV)
Artikel lain terkait Polisi Tembak Polisi