BMKG: Curah Hujan Tinggi hingga Tahun Baru 2023, 11 Provinsi Waspada Potensi Hujan Sangat Lebat
Adanya peningkatan curah hujan pada periode Natal hingga tahun baru 2023, BMKG meminta 11 provinsi waspada potensi hujan sangat lebat.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Salma Fenty
TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut adanya peningkatan curah hujan pada periode Natal hingga tahun baru 2023.
Hujan berintensitas sedang hingga sangat lebat berpotensi mengguyur mayoritas wilayah Indonesia di penghujung tahun 2022 ini.
Pada periode 25 Desember 2022 hingga 1 Januari 2023, 11 provinsi berpotensi diguyur hujan lebat hingga sangat lebat, sebagaimana dilansir laman BMKG.
Sementara 9 provinsi berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Baca juga: Prakiraan Hujan di Indonesia Hari Ini, 27 Desember 2022, BMKG: Aceh, Sumut, dan Sulsel Hujan Lebat
Wilayah Berpotensi Hujan Lebat hingga Sangat Lebat :
1. Banten
2. Jawa Barat
3. Jawa Tengah
4. Yogyakarta
5. Jawa Timur
6. Bali
7. NTB
8. NTT
9. Sulawesi Selatan
10. Sulawesi Tenggara
11. Maluku
Baca juga: Hati-hati Saat Nataru, Kepala BMKG Beberkan 3 Titik Rawan Bencana di Sekitar Tol Cipali
Wilayah Berpotensi Hujan Sedang hingga Lebat :
1. Aceh
2. Lampung
3. Sumatera Selatan
4. DKI Jakarta
5. Kalimantan Tengah
6. Kalimantan Selatan
7. Maluku Utara
8. Papua Barat
9. Papua
Dinamika Atmosfer Jadi Penyebab
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyebut peningkatan curah hujan selama periode Natal dan Tahun Baru 2023 diakibatkan sejumlah dinamika atmosfer.
Antara lain, adanya peningkatan aktivitas Monsun Asia yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.
Selain itu, Dwikorita menyebut adanya peningkatan intensitas seruakan dingin Asia yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan.
Serta meningkatkan potensi awan hujan di sekitar Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
"Dinamika atmosfer lainnya yaitu adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif dan berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi, peningkatan kecepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di sekitarnya," urainya, Selasa (20/12/2022).
Faktor lainnya ialah terpantaunya beberapa aktivitas gelombang atmosfer, yaitu fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial.
Kondisi tersebut berkontribusi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan timur.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)