Puan Maharani Ceritakan Perjuangan PDIP Hadapi Masa Sulit saat Orde Baru dan Kudatuli
Terlahir sebagai putri Megawati Soekarnoputri, Puan turut merasakan bagaimana perjuangan di masa-masa sulit PDIP.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
Banyak sekali, banyak sekali bagaimana kemudian saya sempat tercengang, surprise
dan setelah itu saya tertawa terbahak-bahak begitu seorang ibu kemarin di Medan,
(saya) datang ke sana tiba-tiba, saya kan mengatakan 'siapa yang mau bicara dengan
saya untuk menyampaikan aspirasinya'. Nenek-nenek datang ke depan dengan bahasa
logat medannya, karena orang batak kan. 'Puan ternyata kau ini perempuan punya otak,
kau ini pintar. Saya pikir dia mau menyampaikan apa. 'Saya baru tahu ada perempuan
bisa sepintar kau ini'.
Saya tanya 'jadi ibu maunya apa?', 'saya tidak mau apa-apa, saya cuma mau berbicara
seperti itu aja kan, tidak Pernah ada perempuan sepintar kau'. Banyak sekali.
Bahkan tiba-tiba ada Ibu yang datang ke saya nangis-nangis. Terus, 'Kenapa ibu
nangis?', 'karena ketemu Mbak Puan'.
Kemudian pencurahan aspirasinya, saya minta ini tolong dibantu apa rumah saya
rusak, atau kemudian tolong supaya harga pupuk itu jangan mahal. Banyak sekali lah
aspirasi yang saya (terima), tapi banyak sekali kejadian-kejadian lucu yang sangat
Menarik dalam setiap kunjungan saya ke daerah-daerah atau bertemu dengan rakyat
yang itu tidak akan kita temui kalau kita tidak bertemu langsung dengan rakyat
Mbak Puan setelah menjaring, dapat masukan, simpati apapun dari rakyat,
biasanya Mbak puan lakukan apa setelah menangkap aspirasi?
Ya pertama apa yang mereka sampaikan saya harus tindaklanjuti. Tentu saja dengan
mengakomodir teman-teman yang ada di DPR, teman-teman yang ada di partai dan
kepala daerah yang ada, kan gak mungkin semuanya. Saya lakukan sendiri, prinsip
gotong royong itu yang menjadi sangat penting.
Saya akan panggil kepala daerah PDIP jika ada di wilayah tersebut juga anggota
legislatifnya. Bagaimana kemudian sinergi juga dengan anggota DPR yang ada di sini sesuai dengan komisi-komisinya. Kan kita mempunyai hak untuk memberikan program-
program kepada rakyat. Saya kira itu.
Kalau misalnya 'saya minta rumah saya diperbaiki karena tidak layak huni. Pemerintah
kan punya program untuk perbaiki rumah tidak layak huni, itu ada komsi V gitu kan. Jadi
saya minta teman-teman di komisi V untuk menindaklanjuti itu tentu saja sesuai dengan
prosedur-prosedur yang ada. Nanti setelah rumahnya bagus atau sudah rumahnya
layak huni, saya datang lagi beberapa bulan kemudian ngecek, (kalau) ternyata
rumahnya sudah bagus, layak huni dan ya begitu ketemu, saya langsung meluk ampe
nangis-nangis 'makasih-makasih, gak nyangka saya punya rumah seperti ini'.
Aduh Tuhan saya lega sekali. Artinya apa? Apa yang saya lakukan, apa yang saya coba
usahakan untuk mereka itu bisa berhasil walaupun ya saya juga harus mengaku bahwa
tidak semua yang mereka minta itu bisa saya penuhi.
Inilah yang kemudian menjadi PR bahwa PDIP Insya Allah harus menang tiga kali untuk
bisa memperbaiki dan menyelesaikan apa yang menjadi keinginan rakyat. (Tribun
Network / Yuda).