Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Puan Maharani Ceritakan Perjuangan PDIP Hadapi Masa Sulit saat Orde Baru dan Kudatuli

Terlahir sebagai putri Megawati Soekarnoputri, Puan turut merasakan bagaimana perjuangan di masa-masa sulit PDIP.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Puan Maharani Ceritakan Perjuangan PDIP Hadapi Masa Sulit saat Orde Baru dan Kudatuli
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra melakukan wawancara khusus dengan Ketua DPR RI Puan Maharani usai pertemuan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (11/1/2023). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Wawancara Eksklusif Puan Maharani (bagian 1)

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -  PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) baru saja merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-50 tahun pada 10 Januari 2023, kemarin.

Dalam peringatan HUT ke-50 PDIP itu, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan bahwa acara itu merupakan konsolidasi partai sekaligus momen kangen-kangenan dengan kader partai berlambang banteng moncong putih itu.

Momen HUT ke-50 PDIP juga menjadi bagian dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Karena, PDIP telah melewati perjalanan panjang rezim pemerintahan sejak era Orde Baru hingga saat ini.

Sejumlah peristiwa penting hingga dinamika internal partai Banteng itu juga menjadi gambaran bahwa PDIP solid menerjang permasalahan dan keluar menjadi pemenang.

Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Politik Puan Maharani pun turut menjadi saksi
perjalan panjang partai tersebut. Terlahir sebagai putri Megawati Soekarnoputri, Puan
turut merasakan bagaimana perjuangan di masa-masa sulit PDIP.

Peristiwa Kudatuli di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng turut menjadi saksi perjuangan PDIP  menghadapi era Orde Baru. Puan juga masih ingat betul bagaimana dirinya terus mendampingi Megawati di setiap kegiatan-kegiatan partai saat itu.

Berita Rekomendasi

Hal itu diungkapkan Puan Maharani saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Ruang Ketua DPR RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (11/1).

"Banyak sekali pengalaman dan hal-hal yang tak dilupakan. Bagaimana waktu Ibu Mega
berjuang pertama kali mau menjadi Ketua Umum. Kan sudah secara de facto Sukolilo
kan, saya ada, saya datang ke situ kemudian terakhir Ibu Mega mengatakan secara de
facto, 'saya Ketua Umum PDIP', namun tetap nggak diterima oleh pemerintah (Orde
Baru)," kata Puan Maharani.

Baca juga: Puan Maharani Sebut PDIP Bakal Melakukan Safari Politik Lagi Bulan Ini

Ketua DPR RI perempuan pertama ini juga mengungkapkan bahwa dirinya tak pernah
takut menghadapi sikap dari pemerintahan Orde Baru. Padahal, saat itu dirinya tengah
menjadi mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas Indonesia (UI).

Selain itu, Puan juga mengatakan bahwa momen HUT ke-50 PDIP menjadi saluran komunikasi antar jajaran DPP ke seluruh tingkatan terendah di struktur partai dalam menghadap Pemilu 2024.

Berikut petikan hasil wawancara khusus Tribun Network dengan Ketua DPP PDIP Puan
Maharani terkait momen HUT ke-50 PDIP:

Mbak Puan, tanggal 10 Januari 2023 yang lalu PDIP merayakan HUT emas,
kebetulan dirayakan saat tahun politik. Buat PDIP dan Mbak Puan sendiri, ulang
tahun ke-50 tahun ini apa maknanya?
Ya tentu saja ini bermakna, Alhamdulillah PDIP bisa sampai umur 50 tahun, umur emas.
50 tahun itu kan biasa dibilang tahun emas. Tentu saja dinamika....sudah panjang sekali

walaupun saya pun baru mengikuti secara langsung dari tahun 2006. Karena tahun
1999 dan lain-lain waktu itu saya hanya mengikut sebagai pengikut Bu Mega. Jadi
kemanapun ibu Mega pergi kebetulan saya ikut. Saya ikut merasakan bagaimana
kemudian perjuangan dari PDI ke PDI Perjuangan.

Jadi bagaimana Ibu dan Bapak saya, saya harus sebut bapak saya, karena saat itu ada
almarhum Bapak Taufiq Kiemas yang berjuang bersama-sama untuk bisa membangun
PDI menjadi PDI Perjuangan.

Dan di tahun ke-50 ini tentu saja harapannya seperti Ibu Mega sampaikan semoga PDIP
bisa menjadi 100 tahun. Menjadi partai yang kemudian bermanfaat bagi Nusa dan
Bangsa. Untuk menjadi Indonesia raya yang seraya-rayanya sesuai dengan cita-cita dari
Bung Karno. Harapannya yah seperti itu kita bisa berguna bagi masyarakat bagi Nusa
dan bangsa dan bagi Indonesia.

Ketua DPR RI Puan Maharani saat diwawancarai oleh Tribun Network di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (11/1/2023). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua DPR RI Puan Maharani saat diwawancarai oleh Tribun Network di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (11/1/2023). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Mbak Puan sepanjang mengikuti perjuangan PDIP 50 tahun, apa yang paling Mbak
Puan tidak bisa lupakan?
Banyak sekali pengalaman dan hal-hal yang lupakan. Bagaimana waktu Ibu Mega
berjuang pertama kali mau menjadi Ketua Umum. Kan sudah secara de facto Sukolilo
kan, saya ada, saya datang ke situ kemudian terakhir Ibu Mega mengatakan secara de
facto saya ketua umum PDIP, namun tetap gak diterima oleh pemerintah.
Jadi pasang surutnya pasca Orde Baru sampai pasca reformasi bukan suatu hal yang
mudah bagi PDI-P. Bahkan ada peristiwa Kudatuli, peristiwa 27 Juli waktu itu saya juga
ada. Karena waktu itu saya tinggalkan serumah bareng sama Ibu Mega

Apa yang Mbak Puan lihat dan rasakan waktu Kudatuli ?
Ada ketidakadilan bagi apa namanya satu perjuangan rakyat yang kemudian
mengharapkan adanya perubahan dan perbaikan. Walaupun memang pada saat itu kan
nggak semua juga hal-hal yang bisa kita sampaikan itu bisa dilakukan secara riil,
terbuka. Jadi memang banyak sekali dengan mekanisme kemudian terjadi di lapangan.

Rumah saya itu kan kemudian menjadi tempat berkumpulnya teman-teman atau kawan-
kawan seperjuangan, para aktivis, saya menyiapkan dapur umumnya ditugaskan oleh bapak ibu saya, 'kamu yang tanggung jawab sama dapur umum'.
Penanggung jawab dapur umum pada waktu itu bukan suatu hal yang mudah. Karena
orangnya datang terus, ya makanannya juga... Saya juga sampai bingung harus masak
apa, masak apa yang cepat bisa dimakan orang banyak dan waktu itu kan kondisi dapur
umum nggak seperti ini, nggak ada juga kayak sekarang kita kan sudah punya ada truk
yang komplit, ada kompornya, dan mencari orang yang mau masak juga nggak
semudah sekarang.

Karena kan bayangin sebagai partai atau orang-orang yang kemudian dalam tanda kutip
tidak disukai oleh pemerintah pada saat itu, orang juga banyak sekali yang takut untuk
ikut bersama berjuang bersama kami. Dan waktu itu saya masih mahasiswa.

Bayangkan di rumah mahasiswa masih unyu-unyu kan. Harusnya menikmati masa
remajanya dengan ya seperti layaknya remaja-remaja lain, tapi rumah itu penuh dengan
aktivis.

Jadi saya harus urusin dapur umum. Jadi memang ya penuh dinamika yang seperti itu.
Tapi saya melihat perjuangan ibu bapak saya itu kan kemudian menumbuhkan perasaan
bahwa ya inilah suatu perjuangan untuk mencapai suatu hal yang dianggap perlu suatu
pengorbanan dan semangat yang revolusioner.

Mbak Puan pada waktu itu puncak perjuangan Bu Mega, apakah Mbak Puan
pernah merasa takut, karena kan harus berhadapan dengan penguasa yang pada
saat itu mutlak Kekuasaannya. Ada rasa takut nggak?
Alhamdulillah sih enggak ada rasa takut karena memang saya digembleng atau otomatis
ya karena memang hari-hari seperti itu. Jadi saya melihat semuanya semangat, ibu saya
semangat, bapak saya semangat, orang-orang sekitar saya semangat. Jadi nggak ada
perasaan takut karena saya merasa yah bersama dengan orang-orang yang punya
pemikiran dan visi dan cita-cita yang sama.

Hanya ya ketidaknormalan mungkin yah yang harus saya hadapi berhari-hari,
berminggu-minggu, berbulan-bulan yang mungkin itu merasa 'aduh kok gini', tapi ya
itulah suatu perjuangan yang sekarang setelah saya dewasa, setelah saya sekarang
mendapatkan kesempatan amanah seperti ini, saya baru menyadari bahwa itu adalah
perjalanan yang sangat berharga.

PDIP punya (target) hattrick, artinya ingin kembali memenangi kontestasi pada
pemilu 2024. Menurut Mbak Puan, apa sih yang perlu dilakukan paling strategis
dilakukan PDIP terutama untuk rakyat supaya dia kembali diterima oleh rakyat?
Ya, yang pertama pemimpin tanpa rakyat bukan, begitu juga partai politik. Makanya
sesuai dengan arahan Ibu Ketua Umum setiap arahannya seperti juga kemarin
Alhamdulillah tanggal 10 Januari Ibu ketua umum sudah mengatakan turun ke bawah,
bertemu dengan rakyat, bersentuhan dengan rakyat, tampung dan dengar apa yang
diinginkan rakyat.

Kemudian yang kedua, adalah solid mengkonsolidasikan seluruh tiga pilar partai untuk
turun ke bawah dan ikut apa yang menjadi arahan dari ketua umum.
Karena soliditas itu saya sudah merasakan sangat penting untuk menjalankan semua

program kerakyatan itu secara gotong royong, gak mungkin kita bisa kerja sendiri-
sendiri, kita harus gotong royong, gotong royong, dan gotong royong. Jadi soliditas, gotong royong, turun ke bawah dan tentu saja mengikuti instruksi satu rampak barisan sesuai dengan arahan ketua umum atau partai.

Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra melakukan wawancara khusus dengan Ketua DPR RI Puan Maharani usai pertemuan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (11/1/2023). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra melakukan wawancara khusus dengan Ketua DPR RI Puan Maharani usai pertemuan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (11/1/2023). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Mbak Puan sepanjang turun ke bawah sesuai perintah Ibu Ketum, apa yang Mbak
Puan temui, turun ke bawah ketemu rakyat. Apa saja Mbak bisa cerita pengalaman Mbak Puan?

Banyak sekali, banyak sekali bagaimana kemudian saya sempat tercengang, surprise
dan setelah itu saya tertawa terbahak-bahak begitu seorang ibu kemarin di Medan,
(saya) datang ke sana tiba-tiba, saya kan mengatakan 'siapa yang mau bicara dengan
saya untuk menyampaikan aspirasinya'. Nenek-nenek datang ke depan dengan bahasa
logat medannya, karena orang batak kan. 'Puan ternyata kau ini perempuan punya otak,
kau ini pintar. Saya pikir dia mau menyampaikan apa. 'Saya baru tahu ada perempuan
bisa sepintar kau ini'.

Saya tanya 'jadi ibu maunya apa?', 'saya tidak mau apa-apa, saya cuma mau berbicara
seperti itu aja kan, tidak Pernah ada perempuan sepintar kau'. Banyak sekali.
Bahkan tiba-tiba ada Ibu yang datang ke saya nangis-nangis. Terus, 'Kenapa ibu
nangis?', 'karena ketemu Mbak Puan'.
Kemudian pencurahan aspirasinya, saya minta ini tolong dibantu apa rumah saya
rusak, atau kemudian tolong supaya harga pupuk itu jangan mahal. Banyak sekali lah
aspirasi yang saya (terima), tapi banyak sekali kejadian-kejadian lucu yang sangat
Menarik dalam setiap kunjungan saya ke daerah-daerah atau bertemu dengan rakyat
yang itu tidak akan kita temui kalau kita tidak bertemu langsung dengan rakyat

Mbak Puan setelah menjaring, dapat masukan, simpati apapun dari rakyat,
biasanya Mbak puan lakukan apa setelah menangkap aspirasi?
Ya pertama apa yang mereka sampaikan saya harus tindaklanjuti. Tentu saja dengan
mengakomodir teman-teman yang ada di DPR, teman-teman yang ada di partai dan
kepala daerah yang ada, kan gak mungkin semuanya. Saya lakukan sendiri, prinsip
gotong royong itu yang menjadi sangat penting.
Saya akan panggil kepala daerah PDIP jika ada di wilayah tersebut juga anggota
legislatifnya. Bagaimana kemudian sinergi juga dengan anggota DPR yang ada di sini sesuai dengan komisi-komisinya. Kan kita mempunyai hak untuk memberikan program-
program kepada rakyat. Saya kira itu.

Kalau misalnya 'saya minta rumah saya diperbaiki karena tidak layak huni. Pemerintah
kan punya program untuk perbaiki rumah tidak layak huni, itu ada komsi V gitu kan. Jadi
saya minta teman-teman di komisi V untuk menindaklanjuti itu tentu saja sesuai dengan
prosedur-prosedur yang ada. Nanti setelah rumahnya bagus atau sudah rumahnya
layak huni, saya datang lagi beberapa bulan kemudian ngecek, (kalau) ternyata
rumahnya sudah bagus, layak huni dan ya begitu ketemu, saya langsung meluk ampe
nangis-nangis 'makasih-makasih, gak nyangka saya punya rumah seperti ini'.
Aduh Tuhan saya lega sekali. Artinya apa? Apa yang saya lakukan, apa yang saya coba
usahakan untuk mereka itu bisa berhasil walaupun ya saya juga harus mengaku bahwa
tidak semua yang mereka minta itu bisa saya penuhi.

Inilah yang kemudian menjadi PR bahwa PDIP Insya Allah harus menang tiga kali untuk
bisa memperbaiki dan menyelesaikan apa yang menjadi keinginan rakyat. (Tribun
Network / Yuda).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas