Berkaca dari Pemilu 2014 dan 2019, Mahfud MD Minta Waspadai Fenomena Berita Bohong
Fenomena pemberitaan bohong kata Mahfud, tidak sekadar akan merugikan masyarakat, tetapi juga menimbulkan konflik yang berujung pada perpecahan.
Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan RI (Menkopolhukam) Mahfud MD menilai Pemilu 2024 merupakan kontestasi Pemilu terumit dan terbesar sedunia. Mahfud mewanti-wanti menyebarnya pemberitaan bohong atau disinformasi di kalangan masyarakat.
Hal itu kata Mahfud, berkaca pada Pemilu 2014 dan 2019 yang menurut dia marak bermunculan pemberitaan bohong dari berbagai kalangan yang memiliki kepentingan.
Ungkapan ini disampaikan Mahfuddalam paparannya di Seminar Pers dan Pemilu Serentak 2024 bersama Dewan Pers yang dibacakan oleh Anggota Deputi Bidang Kesatuan Bangsa Kemenko Polhukam Janedjri M. Gaffar, di Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2023).
Baca juga: Pemilu Serentak Dinilai Lebih Efisien, Bagir Manan: Rakyat Tidak Perlu Bolak-balik
"Berkaca dari penyelenggaraan Pemilu 2014 dan 2019, salah satu fenomena yang akan sangat menguat adalah munculnya berita bohong dan disinformasi," kata Mahfud.
Fenomena pemberitaan bohong kata Mahfud, tidak sekadar akan merugikan masyarakat, tetapi juga menimbulkan konflik yang berujung pada perpecahan.
Kondisi tersebut, juga dapat mengelabui pandangan publik yang berujung pada kekeliruan pilihan pada saat Pemilu.
"Tentu kita tidak hanya khawatir hal tersebut dapat berujung pada konflik sosial, tetapi kita juga khawatir hal tersebut akan menjadi penghambat penyelenggaraan negara dan kemajuan bangsa," kata Mahfud.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan RI (Menkopolhukam) Mahfud MD menilai, penyelanggaraan pemilihan umum (Pemilu) ahun 2024 di Indonesia mendatang merupakan Pemilu yang paling besar dan paling rumit sedunia.
Baca juga: Pendeknya Masa Kampanye Pemilu 2024, Perludem: Bakal Kesulitan Mewujudkan Politik Gagasan
Keterangan itu disampaikan Mahfud MD dalam paparannya di Seminar Pers dan Pemilu Serentak 2024 bersama Dewan Pers yang dibacakan oleh Anggota Deputi Bidang Kesatuan Bangsa Kemenko Polhukam Janedjri M. Gaffar, di Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2023).
"Pemilu di Indonesia merupakan Pemilu yang terbesar dan terumit di dunia. Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2024 merupakan momentum besar bagi bangsa Indonesia," kata Mahfud.
Dikatakan paling rumit, karena kata Mahfud, untuk pertamakalinya pemilu legislatif, pemilu kepala daerah hingga pemilu presiden diselenggarakan secara serentak.
Dengan begitu, Mahfud memperingatkan kalau kondisi ini rawan terjadi ancaman bagi proses demokrasi.
Sebab, ajang Pemilu mampu mempengaruhi suhu politik dan sosial di dalam negeri.
"Pemilu pada hakikatnya adalah momentum kompetisi politik yang sangat dinamis. Suatu kompetisi selalu diwarnai dengan naiknya suhu sosial yang dapat mengancam demokrasi itu sendiri jika tidak dikelola dengan baik," kata dia.
Tak hanya itu, jumlah pemilih dan calon peserta pemilu yang dipilih kata dia juga disebut dalam jumlah yang besar.
Baca juga: DKPP Perkirakan Aduan Dugaan Pelanggaran Akan Terus Meningkat Seiring Tahapan Pemilu 2024 Berjalan
Oleh karena itu, tantangan dalam proses pemilu juga diyakini semakin besar, termasuk soal pendistribusian logistik.
"Kebesaran Pemilu kita akan semakin jelas jika kita menghitung jumlah pemilih, jumlah peserta dan calon, jumlah daerah pemilihan untuk setiap lembaga perwakilan, jumlah logistik yang harus disediakan dan distribusi yang harus dilakukan," tutur Mahfud MD.