Sejarah Pers di Indonesia: Sejak Zaman Hindia Belanda, Pendudukan Jepang, hingga Setelah Kemerdekaan
Inilah sejarah dan perkembangan pers di Indonesia sejak zaman Hindia Belanda, pendudukan Jepang, hingga setelah kemerdekaan RI.
Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Inilah sejarah dan perkembangan pers di Indonesia.
Keberadaan pers di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak zaman Hindia Belanda, tapi selalu terhambat oleh pemerintahan VOC.
Saat itu, surat kabar Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen atau Berita dan Penalaran Politik Batavia terbit pada 7 Agustus 1744.
Pada 1829, Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen berganti nama menjadi Javashe Courant.
Surat kabar ini terbit tiga kali dalam seminggu dengan memberitakan pengumuman resmi, peraturan, hingga keputusan-keputusan pemerintahan.
Baca juga: Presiden Jokowi: Dunia Pers sedang Tidak Baik-baik Saja
Sementara itu, saat Inggris menguasai wilayah Hindia Timur, muncul surat kabar berbahasa Inggris dengan nama Java Government Gazzete pada 1812.
Dikutip dari indonesiabaik, perkembangan pers tak hanya terjadi Batavia, tapi juga meluas hingga ke sejumlah wilayah.
Misalnya di Semarang, terbit surat kabar De Locomotief pada 1851.
Surat kabar ini memuat kritik terhadap pemerintahan kolonial.
Selain di Semarang, sejumlah surat kabar juga terbit di Surabaya, Surakarta, hingga Batavia juga membuat surat kabar untuk menandingi Hindia Belanda.
Di Surabaya, terbit surat kabar bernama Bintang Timoer pada 1850 dan di Surakarta, muncul surat kabar Bromartani pada 1855.
Sementara di Batavia, juga ada surat kabar Bianglala (1867) dan Berita Betawie (1874).
Hingga pada awal tahun 1900-an, pengusaha pribumi Raden Mas Djokomo Tirto Adhi Soerjo menerbitkan surat kabar bernama Medan Prijaji di Bandung pada 1907.
Di kemudian hari, Raden Mas Djokomo Tirto Adhi Soerjo dikenal sebagai Bapak Pers Nasional.
Perkembangan pers berlanjut ketika Jepang menaklukkan Belanda dan menduduki Indonesia pada 1942.
Penjajahan oleh Jepang membuat kebijakan pers berubah.
Jepang memberhentikan semua penerbitan surat kabar yang berasal dari Belanda dan China.
Saat ini, pers dikuasai oleh militer Jepang dan terbitlah lima surat kabar, yaitu:
- Jawa Shinbun yang terbit di Jawa
- Boernoe Shinbun yang terbit di Kalimantan
- Celebes Shinbun yang terbit di Sulawesi
- Sumatra Shinbun yang terbit di Sumatera
- Ceram Shinbun yang terbit di Seram
Baca juga: Hari Pers Nasional 2023, Jokowi: Pers Merdeka, Demokrasi Bermartabat
Dari situlah sejarah lahirnya pers Indonesia mulai kelihatan dengan munculnya LKBN Antara pada 13 Desember 1937.
Disusul pasca-kemerdekaan, muncullah RRI pada 11 September 1945.
Selain itu, terbit juga surat kabar Soeara Merdeka di Bandung, Berita Indonesia di Jakarta, Merdeka, Independent, Warta Indonesia, hingga The Voice of Free Indonsesia.
Satu tahun kemudian, muncullah organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 1946, hingga lahirnya TVRI pada 1962.
Hal tersebut menjadi cikal bakal terbentuknya Hari Pers Nasional
(Tribunnews.com/Pondra Puger)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.