Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ingatkan Mitigasi Bencana, Mbah Rono: Pemicu Korban Bukan Alam, Tetapi Infrastruktur yang Tak Tepat

Pakar kebencanaan Surono mengingatkan pentingnya kesadaran terhadap fenomena alam, yang kemudian dianggap bencana karena menimbulkan korban.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Ingatkan Mitigasi Bencana, Mbah Rono: Pemicu Korban Bukan Alam, Tetapi Infrastruktur yang Tak Tepat
Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda
Ahli geologi dan pakar kebencanaan Ir Surono (Mbah Rono) dalam acara Seminar Nasional dengan topik Mitigasi Bencana Secara Cepat sebagai Upaya Antisipasi Dini Untuk Memahami Potensi Bahaya Gempa Bumi dan Resikonya secara daring di Sekolah Partai PDIP Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (2/3/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahli geologi dan pakar kebencanaan Ir Surono (Mbah Rono) mengingatkan pentingnya kesadaran terhadap fenomena alam, yang kemudian dianggap bencana karena menimbulkan korban jiwa.

Mbah Rono menjelaskan, pertanyaan besar yang jawabannya harus diingat bersama adalah, kenapa bencana alam seperti gempa bumi, longsor, gunung meletus, termasuk tsunami menimbulkan korban jiwa?

Menurutnya, karena infrastruktur bangunannya serta permukimannya yang tidak tepat. Maka tak heran, ketika terjadi gempa di Cianjur yang tidak begitu besar, namun menimbulkan banyak korban jiwa.

Hal itu disampaikan Mbah Rono dalam acara Seminar Nasional dengan topik 'Mitigasi Bencana Secara Cepat sebagai Upaya Antisipasi Dini Untuk Memahami Potensi Bahaya Gempa Bumi dan Resikonya' secara daring di Sekolah Partai PDIP Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (2/3/2023).

"Gempa enggak membunuh. Yang salah adalah bangunan yang ditempati. Karena kita salah tempat dan salah bangunan. Sesimpel itu sebetulnya," kata Mbah Rono.

Baca juga: Jokowi Minta Prosedur Regulasi Bantuan Kebencanaan Dibuat Simpel, Jangan Hanya Ditumpuk di Posko

Menurut Mbah Rono, hampir seluruh daerah di Indonesia rawan bencana.

Berita Rekomendasi

Baik gempa bumi, longsor, letusan gunung dan sebagainya. Dan setiap ada bencana pasti banyak korban, karena di lokasi bencana itu penduduknya pasti banyak.

Dia juga menyoroti soal daerah rawan bencana banyak penduduknya. Menurutnya, hal itu karena daerah-daerah itu sangat nyaman dan enak untuk ditempati. Alamnya indah, subur, airnya banyak.

Bahkan, menjadi lokasi pariwisata, pertanian dan nelayan.

Baca juga: Hadapi Potensi Bencana, Menko PMK Muhadjir Effendy Minta BNPB Tiap Hari Perbaharui Data Kebencanaan

"Jadi sebenarnya daerah rawan bencana di Indoensia sangat ekonomis dan di sisi lain sangat rawan bencana. Kita kaya mineral, batubara, minyak gas bumi, serta pertanian, perkebunan dan perikanan. Tapi di sisi lain rawan gunung meletus, gempa bumi, longsor, dan tsunami," jelas Mbah Rono.

Menurut Mbah Rono, masyarakat yang menjadi korban kadang tak punya pilihan, karena mereka dengan keterbatasannya.

Sehingga, mau tak mau terpaksa menempati lokasi yang rawan bencana.

"Maka persoalan itulah yang harus dientaskan dan dibantu. Subyek bencana adalah masyarakat. Mari kita lihat dan rasakan wajah kecemasan mereka, dan mari ajarkan mereka untuk mengatasi ancaman bencana itu," imbuhnya.

Baca juga: Sekjen PMI Sudirman Said Ungkap Pentingnya Pendidikan Kesadaran Kebencanaan di Indonesia

Mbah Rono mengingatkan bila berada di daerah rawan bencana maka buatlah bangunan yang tahan gempa.

Seperti nenek moyang dahulu, memakai rumah panggung dari kayu yang sebenarnya aman dari runtuhan akibat gempa.

Seperti di Jawa Barat, Nias, Karo, dan hampir semua daerah di Indonesia.

"Itu karena nenek moyang kita belajar dari alam. Sama seperti Isac Newton melihat apel jatuh, lalu menemukan teori gravitasi. Dan iptek hanya menyeimbangkan antara kemauan alam dan kemauan manusia agar tidak saling berbenturan," jelasnya.

Mbah Rono turut mengapresiasi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang sangat concern terhadap riset kebencanaan.

Sebab selama ini, kata Mbah Rono, biaya riset tidak seimbang dengan biaya tanggap darurat dan kerugian bencana.

"Mitigasi bencana tanpa riset itu: Gagal sudah pasti, berhasil kebetulan," ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas