Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

3 Program Studi Kampus Lokal Ini Raih Akreditasi dari Pemerintah

Binus Graduate Program raih akreditasi “Unggul” untuk 3 program studi: Master of Information System Management dan Master of Industrial Engineering.

Penulis: Reza Deni
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in 3 Program Studi Kampus Lokal Ini Raih Akreditasi dari Pemerintah
ist
Binus Graduate Program (BGP) meraih akreditasi “Unggul” untuk 3 program studi yakni Master of Information System Management (MMSI) dan Master of Industrial Engineering (MTD). Selain itu, program doktor ilmu komputer atau BINUS Doctor of Computer Science (DCS) berhasil berhasil meraih akreditasi “Baik Sekali”. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Binus Graduate Program (BGP)  meraih akreditasi “Unggul” untuk 3 program studi yakni Master of Information System Management (MMSI) dan Master of Industrial Engineering (MTD).

Selain itu, program doktor ilmu komputer atau BINUS Doctor of Computer Science (DCS) berhasil berhasil meraih akreditasi “Baik Sekali”.

Direktur BGP di Kampus Binus Kemanggisan Sani Muhamad Isa, mengatakan pemberian akreditasi pada program studi merupakan proses mengevaluasi dan menilai secara komprehensif atas komitmen program studi tersebut, terhadap kelayakan, mutu serta kapasitas penyelenggaraan program tridarma perguruan tinggi.

"Bagi keberlangsungan suatu lembaga, akreditasi ini sangatlah penting karena dapat menjamin kualitas dan mutu dari lulusan perguruan tinggi tersebut," kata Sani dalam keterangannya, Rabu (29/3/2023)

Baca juga: Binus dan HashMicro Kembangkan Talenta Digital dari Kampus

Tidak hanya itu saja, pada dunia kerja, di menilai akreditasi suatu program studi yang dijalani juga berpengaruh untuk meningkatkan peluang penerimaan sebagai karyawan.

Adapun pencapaian itu, menurut Sani, berarti pemerintah mengakui bahwa Binus sudah melaksanakan proses pendidikan dengan baik, khususnya di tiga program studi tersebut.

Dia lantas merinci program studi lain di BGP yang telah memiliki akreditasi “A” yakni Master of Computer Science (MTI) dan akreditasi “B” untuk Master in Communication Science (MIK).

Berita Rekomendasi

“Pak Rektor kami sering menyampaikan bahwa BINUS jangan dikenal karena (gedung) kampusnya saja yang bagus, hal yang perlu kita tunjukkan adalah reputasi kita yang baik sehingga masyarakat bisa melihat bukan hanya fisik, melainkan proses (pendidikan) di dalamnya juga mendapatkan pengakuan,” kata Sani

Baca juga: 15 Siswa Binus Bikin Kajian Covid-19 di Jurnal Ilmiah Internasional

Lebih dari itu, dia menekankan bahwa prestasi tersebut turut mengerek kepercayaan diri serta motivasi dalam melakukan perbaikan.

"Semua masukan dari pihak asesor yang melakukan penilaian saat proses akreditasi pun menjadi pertimbangan penting bagi Binus untuk meningkatkan standar kualitas pendidikan dan layanan," kata dia

Menyediakan Pengajar Terbaik

Sani menyebut bahwa BINUS memiliki sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, salah satunya terlihat mayoritas dosen Binus Graduate Program (64 persen) melanjutkan program S2 dan S3 ke universitas ternama di luar negeri.

Sani menilai hal ini juga didukung oleh sistem manajemen Binus yang baik dan menyentuh semua aspek.

“Sistem KPI (Key Performance Indicator) di BINUS memotivasi kami (dosen) untuk menjaga standar kompetensi, baik dari sisi riset, pengajaran, maupun sisi profesionalitas. Artinya dosen-dosen yang memiliki KPI yang baik itu otomatis adalah dosen-dosen yang memiliki kompetensi baik,” ucap Sani.

Para dosen, dikatakan Sani, bukan sekadar akademisi yang menguasai kompetensi mengajar, melainkan juga mengantongi kemampuan profesional yang diakui oleh industri.

Sani mengatakan pihaknya mempunyai layanan profesional atau Professional Service di mana dosen menjalankan proyek di luar kelas.

“Contohnya seperti Bank Mandiri, Pegadaian, BCA, CIMB Niaga, dll. itu semua klien-klien yang pernah kami berikan Professional Service, misalnya dengan mengadakan training, konsultasi, atau asesmen. Sebagai contoh, mereka ingin tahu bagaimana penerapan data science di perusahaan mereka, lalu kami lakukan asesmen dan hasilnya menjadi dasar untuk melaksanakan training sesuai dengan kebutuhan mereka,” Sani menjelaskan.

Baca juga: Magister Manajemen Integritas Material FT UI Cetak Lulusan Pertamanya

Tak hanya dari sisi SDM, Sani menjelaskan Binus juga yang pertama kali mendesain kurikulum yang fleksibel dengan melibatkan industri.

Strategi ini menjaga kualitas pendidikan BINUS agar selalu terkini dan relevan dengan kebutuhan industri.

Head of Master of Industrial Engineering Study Program, Muhammad Asrol mencontohkan di program studinya, mereka terbuka terhadap berbagai pendapat dari industri, akademisi di luar BINUS, dan para alumni.

Dia memahami bahwa dosen tidak selamanya memiliki informasi terkini terkait dunia industri sehingga mereka harus mau mendengarkan perspektif dari sudut berbeda.

“Kami kumpulkan mereka, kemudian kami minta pendapatnya tentang kurikulum yang sedang dijalankan. Dari situ kami punya banyak masukan dan tentu kami pertimbangkan untuk dimasukkan ke kurikulum,” ucap Asrol.

Sementara itu untuk menambah pengalaman mahasiswa, Sani juga menyediakan kesempatan belajar dari praktisi, peneliti, ataupun pengajar di luar Binus.

Sani menyebutkan bahwa pihaknya mewajibkan dua sesi yang khusus diisi oleh tokoh-tokoh tersebut.

“Kami punya sesi enrichment. Jadi setiap mata kuliah itu ada dua guest lecturer sections dari industri maupun dari kampus di luar BINUS, baik dalam negeri maupun luar negeri. Jadi mahasiswa itu punya pengalaman berinteraksi dengan mereka,” ujar Sani.

Khusus pada program DCS terdapat setidaknya tiga sesi kelas di hampir semua mata kuliah diisi oleh profesor dari luar BINUS. Misalnya, di kelas Sani sendiri, DCS mengundang Profesor Kiyota Hashimoto dari Jepang untuk mengisi sesi perkuliahan sehingga para mahasiswa bisa berbagi pengalaman dengan peneliti luar negeri.

Menjembatani Teori dan Industri

Deputy Head of DCS, Ford Lumban Gaol menyatakan hal serupa. Mahasiswa DCS pun akan memiliki lebih dari satu peran sebagai ahli teknologi dan mampu melakukan pendekatan multidisipliner pada riset mereka karena telah terekspos oleh beragam bidang ilmu dalam teknologi.

“Selain itu, sistem pembelajaran DCS Binus University juga menggabungkan teori dengan ajang penelitian bersama dosen ahli sehingga mahasiswa bisa menerapkan ilmu yang telah mereka dapatkan secara nyata,” kata Ford.

Soal kualitas riset mahasiswa S2 Binus pun patut diacungi jempol. Head of Department of Master in Information System Management (MMSI), Tanty Oktavia mengatakan banyak hasil penelitian mahasiswa yang berdampak positif terhadap industri dan keilmuan.

“Bisa dilihat secara SINTA (Science & Technology Index) angka riset kami itu nomor satu di Indonesia, baik dari sisi dosen maupun mahasiswa. Kami fokus melakukan penelitian yang memang bisa dipakai untuk industri ataupun keilmuan dan banyak yang dari mereka juga mendapatkan grant ketika menjalankan tesis karena memang topik penelitiannya menarik dari sisi keilmuan dan dari sisi bidang penelitian,” kata Tanty.

Perkuliahan S2 di MMSI juga, lanjut dia, tidak hanya berdasarkan konteks buku tetapi juga melihat dari riset-riset terkini yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Di kelas, dosen dan mahasiswa pun membahas case study yang nyata terjadi di industri.

“Karena mahasiswanya kebanyakan adalah praktisi, di dalam kelas biasanya kami melakukan sharing knowledge ataupun saling bertukar pendapat terkait dengan apa yang mereka hadapi di industri dan bagaimana menyelesaikan permasalahannya,” ujar Tanty.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas