KSAL: Prajurit Kopaska Kekurangan Alutsista Sea Rider dan Peralatan Selam
Pasukan Komando Pasukan Katak (Kopaska), kekurangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sea rider dan peralatan selam.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali mengungkapkan pasukan Komando Pasukan Katak (Kopaska), kekurangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sea rider dan peralatan selam.
Adapun hal itulah disampaikannya pada HUT Kopaska ke-61 di Pondok Dayung, Jakarta Utara, Jumat, (31/3/2023).
"Ini tadi kami dilaporkan bahwa sea rider memang sekarang kondisinya minim, terutama yang di armada tiga nanti kita akan lengkapi sea rider. Kemudian peralatan selam itu juga urgent. Karena kopaska ini seperti dalam sumpahnya itu adalah torpedo berjiwa, jadi dia bergerak di bawah air, jadi perlatan selam memang harus dilengkapi," kata Ali kepada awak media.
Kemudian diungkapkannya bahwa sebagi pasukan khusus, Kopaska juga harus dilengkapi dengan senjata yang memenuhi standar pasukan elite.
"Dan persenjataan juga, harus memenuhi standar sebagaimana pasukan elite, pasukan khusus. Kopaska ini memang kita tidak terlalu besar jumlahnya karena memang mereka adalah pasukan khusus," kata Ali.
Ali melanjutkan pasukan khusus biasanya jumlahnya tidak terlalu besar. Tetapi kemampuannya sangat mempuni.
"Kemampuannya setara satu orang bisa menghabisi satu pleton lah kira kira seperti itu, jadi kemampuannya perimbangannya seperti itu," tegasnya.
Sejarah Kopaska TNI AL
Kopaska didirikan oleh Presiden Soekarno dan ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri/Kepala Staf Angkatan Laut Nomor Kep. M/KSAL 5401.13 paca 31 Maret 1962.
Semboyan Kopaska adalah Tan Hana Wighna Tan Sima yang artinya "Tidak ada rintangan yang tidak dapat diatasi".
Pada saat terbentuknya Pasukan Katak pada 31 Maret 1962, saat itu hanya dibekali dengan peralatan minim teknologi, dengan jumlah personel terbatas, namun, tugas yang harus diemban amat berat dan memiliki nilai strategis.
Dalam merebut kembali Irian Barat dari Belanda pada 1961, Indonesia menugaskan Komando Tertinggi (Koti), membentuk operasi Mandala (Trikora). Tugasnya merebut kembali Irian Barat dari Belanda.
Selanjutnya, Armada RI menyiapkan pasukan berani mati, dengan tugas pokok menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Belanda di Biak, dan menenggelamkan kapal Karl Dorman.
Kolonel Laut OP Koesno dikukuhkan sebagai Komandan Kopaska TNI AL pertama, Mayor Laut Oerip Santeso dan Sertu PDD Emil Yoseph sebagai pelatih Selanjutnya, akhir Januari 1962, Mabesal membentuk instruktur grup, dengan memanggil personil TNI AL dari korps jasmani, berpangkat Perwira Pertama hingga Tamtama sebanyak 17 prajurit, pada awal Februari dilatih dan dipersiapkan sebagai pasukan katak.
Latihan ini bersifat tertutup, puncaknya pada 31 Maret 1962, Panglima Angkatan Laut (Pangal), Laksamana Madya RE Martadinata meresmikan berdirinya satuan Pasukan Katak, yang kemudian dikenal dengan Kopaska.