Kerap Menjadi Obyek Konten Digital, Komisi I DPR: Perempuan Harus Kritis
Anggota Komisi I DPR RI, Nurul Arifin, menilai selama ini perempuan kerap menjadi obyek pada konten digital.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI, Nurul Arifin, menilai selama ini perempuan kerap menjadi obyek pada konten digital.
Menurut Nurul, budaya patriarki di masyarakat terbawa hingga ke dalam budaya digital.
"Obyektifikasi perempuan ini terjadi akibat budaya patriarki yang sudah tertanam di tengah masyarakat selama ini, sehingga terbawa ke dalam budaya digital," ujar Nurul.
Hal tersebut diungkapkan oleh Nurul dalam Webinar Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Perempuan menjadi korban atau obyek budaya digital ini, kata Nurul, karena perempuan menjadi target pasar atau konsumen.
Nurul menilai hal tersebut berujung pada potensi eksploitasi perempuan dalam media massa.
Penggambaran perempuan dalam publikasi media, menurut Nurul, untuk meningkatkan perhatian pada media atau produk tertentu.
"Media dikonsumsi oleh jutaan orang di seluruh dunia dan informasi yang disebarkan dapat menghasilkan stereotip dan norma sosial yang membentuk standarisasi terhadap perempuan," kata Nurul.
Dirinya menilai kaum laki-laki harus bisa menghargai perempuan sebagai entitas.
Laki-laki menjadi pemicu terbentuknya standarisasi perempuan dengan membandingkan sesosok perempuan dengan perempuan lain.
Politikus Golkar ini mengungkapkan ada beberapa langkah yang dapat digunakan perempuan dalam dunia digital.
Kaum perempuan, menurut Nurul, harus kritis dalam bertindak di dunia digital.
Baca juga: Nurul Arifin: Selain Minta Maaf, Belanda Harus Kembalikan Aset Bangsa Indonesia yang Masih Dikuasai
"Promosikan budaya literasi digital yang kritis, lawan budaya patriarki dan obyektifikasi perempuan, lawan budaya patriarki dan obyektifikasi didefinisikan dengan bentuk tubuhnya saja. Jadilah diri anda sendiri. Perkembangan teknologi informasi harus memberikan dampak yang positif, termasuk terhadap citra perempuan," pungkas Nurul.
Dunia digital, menurut Nurul, harus dimanfaatkan untuk mematahkan stigma di tengah masyarakat mengenai budaya patriarki dan obyektifikasi perempuan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.