Kemenag Tanggapi Survei LSI Sebut 4 dari 10 Orang Setuju Berperang di Negara Lain Demi Bela Agama
Melihat hasil survei 4 dari 10 orang setuju berperang di negara lain untuk membela agama, respon responden terlihat inkonsisten dengan jawaban lainnya
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Hasanudin Aco

Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Plt. Sekretaris Balitbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia Arskal Salim merespon hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menyebut 4 dari 10 orang setuju berperang di negera lain untuk membela agama.
"Ada hal beberapa poin yang menurut saya problematik dan membutuhkan diskusi lebih lanjut. Misalnya tadi disebutkan sekitar 4 dari 10 orang menyatakan siap mau pergi perang untuk membela umat seagama," kata Arskal menanggapi hasil survei LSI di Jakarta, Kamis (4/5/2023).
Baca juga: Peneliti LSI Sebut Politik Identitas Sudah Tidak Relevan Jadi Senjata Politik di Pilpres 2024
Menurut Arskal angka tersebut terlihat cukup besar berada di angka sekitar 40 persen.
"Ini besar juga 4 dari 10 berarti 40 persen kalau digeneralisir seperti itu. Ini pengaruhnya karena dinamika konflik yang ada di luar negeri sana apakah di Afganistan, Palestina, atau karena ada ISIS dan seterusnya," sambungnya.
Ia melanjutkan ada faktor-faktor internal seperti dalam negeri di Poso dan tempat-tempat lain ikut berpengaruh.
Ketika peristiwa Ambon juga cukup banyak yang mau datang ke Ambon untuk membela umat seagamanya.
"Yang jadi perhatian saya dari survei ada empat pertanyaan, jawaban pertanyaan saya melihat inkonsisten. Kalau orang mau pergi untuk membela umat seagama di luar. Kalau dikaitkan dengan tiga pertanyaan lainnya seperti tidak nyambung, harusnya juga besar," kata Arskal.
"Kalau mau sejauh itu mereka mau berangkat untuk berperang membela umat beragama. Yang dekat seperti ini jadi seperti anomali," tegasnya.
Adapun sebelumnya Survei LSI terbaru menyatakan bahwa 4 dari 10 orang setuju berperang di negara lain untuk membela agama.
Adapun pada surveinya LSI menanyakan pertanyaan kepada responden dengan wawancara tatap muka. Dilakukan oversample di 4 wilayah yakni wilayah DKI Jakarta+Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
Masing-masing wilayah dibagi 600 responden, sehingga total sample yang dianalisis pada laporan LSI sebanyak 3.090 responden.
Pada pertanyaan yang ditanyakan kepada responden pada pernyataan ikut berperang di negara lain untuk membela umat agama saya yang dianiaya.
"Yang setuju pada pertanyaan ini sangat setuju 5 persen, setuju 31 persen, kalau kita total 36 setuju. Ada lebih dari 50 persen menyatakan tidak setuju," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan pada paparannya, Kamis (4/5/2023).
Kemudian pada pertanyaan melakukan pembalasan terhadap anggota kelompok yang menyerang agama saya.
"Yang setuju sekitar 15 persen, yang tidak setuju mayoritas lebih dari 75 persen," sambungnya.
Lalu untuk pertanyaan mendukung organisasi yang memperjuangkan agama saya walaupun terkadang organisasi tersebut melanggar hukum.
"Itu yang setuju 12 persen, yang tidak setuju mayoritas lebih dari 74 persen," lanjutnya.
Sementara itu pada pertanyaan mendukung organisasi yang memperjuangkan agama saya meskipun organisasi tersebut terkadang menggunakan kekerasan.
"Yang setuju hanya 7 persen, yang tidak setuju lebih dari 80 persen," terangnya.
Kemudian dikatakan Djayadi dari survei tersebut mayoritas masyarakat Indonesia tidak mendukung kekerasan ekstrem.
"Tetapi kalau kita rinci satu-satu, yang ada dibeberapa aspek angkanya cukup penting untuk dilihat. Sekitar 36 persen mendukung ikut berperang ke negara lain ketika agamanya diserang," jelasnya.
Menurut Djayadi sekitar 4 dari 10 orang setuju/sangat setuju ikut berperang di negara lain untuk membela umat agamanya yang dianiaya.
"Itu yang paling tinggi, yang lain di bawah 20 persen. Kalau kita gabungkan empat pertanyaan tersebut maka dukungan terhadap kekerasan ekstrem yang diukur dengan skala satu sampai lima tersebut. Hasilnya menunjukkan rata-rata berada di bawah 2,39 persen," tutupnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.