Soal Klaim KPK Lukas Enembe Sehat, Keluarga Minta Bicara Pakai Bukti Bukan Asumsi
Pihak keluarga menganggap hal itu bisa untuk dilakukan pemeriksaan dan mengikuti persidangan.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pihak keluarga Gubernur Papua Nonaktif Lukas Enembe sangat menyayangkan narasi berulang yang terus disampaikan KPK mengenai kondisi Lukas yang dinyatakan sehat.
Pihak keluarga menganggap hal itu bisa untuk dilakukan pemeriksaan dan mengikuti persidangan.
Hal tersebut faktanya, menurut pihak keluarga, sangat bertolak belakang dengan kondisi faktual Lukas yang memang sedang sakit.
Menurut keluarga, fakta Lukas sakit pun bukan berdasarkan omongan belaka tetapi data medis baik dari dokter pribadi, dokter rumah sakit Singapura, dokter ahli patologi dan bahkan pihak Rumah Sakit RSPAD Gatot Soebroto.
"Kami tentu saja menyesalkan adanya narasi berulang yang disampaikan KPK melalui Juru Bicara Pak Ali Fikri. Kalau beliau sehat kenapa KPK selalu bawa Pak Lukas ke Rumah Sakit? Saat ditangkap diantar pakai kursi roda? Agak aneh sebenarnya jika KPK selalu membantah kondisi Pak Lukas yang memang senyatanya sakit," ungkap Elius Enembe, Adik Lukas Enembe kepada wartawan di Jakarta, Kamis (4/5/2023), menanggapi pernyataan KPK soal Lukas yang dinyatakan sehat.
Menurut Elius bahkan berdasarkan keterangan dokter ahli patologi, Lukas Enembe berpotensi sakit permanen karena kondisi sakit yang dideritanya seperti hepatitis, ginjal, stroke, jantung dan dampaknya pada penurunan kinerja otak.
Baca juga: KPK Panggil Stefanus Roy Rening, Pengacara Lukas Enembe yang Jadi Tersangka
"Terakhir kami update karena tensinya terus berubah drastis Bapak mudah pusing. Bukan hanya itu kondisi Bapak sejak di tahanan KPK justru tidak membaik malah semakin memburuk," jelas Elius.
Saat ini pihak keluarga terus mengharapkan keadilan yang seadil-adilnya atas penanganan kasus Lukas di KPK.
"Ketika kemarin kalah di Pra Peradilan, itu kami anggap salib yang harus dipikul sekaligus kami doakan para Bapak Hakim agar sehat dan selamat. Karena telah berhasil memastikan seorang yang jelas sedang sakit untuk dihukum atas kasus yang sampai saat ini masih kabur," kata Elius.
Ia meyakini adalah tidak pantas seorang Lukas mendapat perlakuan seperti saat ini ketika dia sedang berjuang memulihkan kondisinya karena sedang sakit.
"Dari sisi apa pun, apa yang menimpa Pak Lukas hari ini adalah sangat-sangat tidak manusiawi, tidak berperikemanusiaan. Menghukum dan menahan orang yang sedang sakit parah antara hidup dan mati, apakah itu wajar? Ini sangat kami sesalkan," kata Elius.
Sama halnya sikap IDI (Ikatan Dokter Indonesia, menurut dia, tidak memperlihatkan kredibilitas lembaga profesi dokter yang harusnya independen.
"Sejak lama IDI ikut menjadi bagian yang memperkeruh keadaan. Kami sampai saat ini belum melihat apa data medis yang dimiliki IDI sehingga memberi rekomendasi fit to trial pada Pak Lukas. Dan kami tegaskan lagi jika sampai terjadi hal paling buruk terhadap Pak Lukas maka IDI harus bertanggung jawab," pungkas Elius.