6 Fakta Penyakit Sifilis di Indonesia: Meningkat sampai 70 persen hingga Dampak Bagi Anak-anak
Simak 6 fakta penyakit sifilis atau raja singa di Indonesia. Meningkat 70 persen hingga dampak bagi anak-anak
Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Fakta penyakit sifilis atau raja singa di Indonesia tahun 2023.
Silifis ini juga dikenal dengan penyakit raja singa yang disebabkan terinfeksi oleh bakteri Treoimena Pallidum yang berbentuk spiral.
Penyakit sifilis ini dapat menular antara manusia ke manusia lain melalui luka kecil, lecet, ruam, maupun selaput lendir dari mulut dan alat kelamin.
Selain itu, infeksi silifis ini akan berkembang melalui tahapan primer, sekunder, laten, dan tersier.
Kebanyakan manusia tertular penyakit sifilis ini melalui hubungan seksual dengan pengidap penyakit.
Hingga saat ini, pengidap penyakit sifilis ini terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pada kasus anak-anak.
Selengkapnya, inilah fakta mengenai penyakit silifis di Indonesia 2023 yang Tribunnews.com kutip dari berbagai sumber.
Baca juga: Penyebab Penyakit Sifilis atau Raja Singa: Disebabkan oleh Bakteri hingga Bisa Menular ke Orang Lain
1. Kasus Sifilis Meningkat 70 persen Dalam 5 Tahun Terakhir
Menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), kasus sifilis meningkat hingga 70 persen dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Kasus sifilis di Indonesia mencapai 12.484 kasus pada tahun 2018 dan mengalami peningkatan menjadi 20.783 di tahun 2022.
2. Gejala Awal penderita Sifilis
Dikutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention, pengidap penyakit sifilis ini akan merasakan gejala yang dibarengi dengan timbulnya ruam, gatal, hingga luka di area alat kelamin.
Berikut ini gejala awal sifilis:
- Sakit kepala
- Menurunnya berat badan
- Nyeri otot
- Rasa lelah
- Demam
- Kelenjar getah bening yang membengkak
- Radang tenggorokan
3. Hanya 41 persen yang Mengakses Layanan Pengobatan
Rendahnya jumlah pasien yang seharusnya mendapat pengobatan dapat memicu pengingkatan kasus pada penyakit sifilis ini.
Hal itu disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Syahril, yang mengatakan bahwa hanya terdapat 40 persen pasien yang menjalani pengobatan.
Dari situ diketahui bahwa sisanya 60 persen berpotensi menularkan penyakit.
“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25 persen ibu hamil yang di skrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis,” kata dr. Syahril, dikutip dari Kementerian Kesehatan RI.
Rendahnya pengobatan ini menjadi penularan penyakit semakin meningkat.
Baca juga: Meningkatnya Kasus Sifilis, di Yogyakarta 89 Kasus per Maret 2023 di Bangka 36 Kasus
4. Penularan Dipicu Perilaku Seksual
Penyakit sifilis yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidium ini dipicu perilaku seksual yang beresiko.
Selain itu, bisa juga disebabkan rendahnya wawasan untuk memaklumkan skrining penyakit sifilis.
Apalagi dengan seringnya bergonta-ganti pasangan seksual.
5. Peningkatan Kasus Sifilis di Yogyakarta
Peningkatan kasus sifilis ini terlihat dari tahun 2020 yang tercatat ada 67 kasus.
Kemudian, berselang satu tahun pada 2021 meningkat menjadi 141 kasus.
Pada tahun 2023 ini, kasus sifilis di Yogyakarta meningkat menjadi 333 kasus.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Setyarini Hestu Lestari.
"Tahun 2023 terdapat 89 kasus per Januari hingga Maret," kata Rini, Rabu (10/5/2023), dikutip dari TribunJogja.com.
Penyakit yang disebabkan hubungan seksual ini tidak menyebabkan case fatality rate (CFR) atau angka kematian.
Rini menambahkan bahwa sifilis ini dapat diobati seperti emnggunakan antibiotik.
6. Dampak Sifilis pada Anak
Penyakit sifilis ini dapat berdampak fatal bagi anak-anak.
Apalagi anak pengidap sifilis bisa terpapar seumur hidup.
Kemudian, untuk bayi yang masih dalam kandungan bisa beresiko meninggal dunia jika terpapar sifilis dari orang tuanya.
Bayi yang telah lahir dan terpapar sifilis ini akan mengalami luka dan gatal di alat kelamin, seperti halnya orang dewasa.
Selain itu, sifilis akan mempengaruhi fungsi organ tubuh seperti otak, hati, jantung, hingga pembuluh darah manusia.
(Tribunnews.com/Pondra Puger)