Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pendekatan Komunikasi Storynomics Tourism Jadi Strategi Promosi & Pengembangan Pariwisata di Medsos

Pelatihan edukatif ini dilaksanakan secara luring di SMKN 60 Jakarta, pada tanggal 15 Maret 2023.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Pendekatan Komunikasi Storynomics Tourism Jadi Strategi Promosi & Pengembangan Pariwisata di Medsos
Laporan EKRAF Tahun 2020
Distrubusi Tenaga Kerja Berdasarkan Subsektor Dalam Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2019. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, menggelar pelatihan komunikasi storynomics tourism untuk siswa jurusan Tata Boga di SMKN 60 Jakarta.

Pelatihan edukatif ini dilaksanakan secara luring di SMKN 60 Jakarta, pada tanggal 15 Maret 2023.

Tujuannya agar siswa jurusan Tata Boga di SMKN 60 Jakarta punya kemampuan dalam melakukan pendekatan komunikasi storynomics tourism sebagai strategi promosi dan pengembangan pariwisata, khususnya melalui media sosial.

Baca juga: Cara Unik Ilham Schode Memperkenalkan Seluk Beluk Pariwisata Indonesia

Tujuannya agar dapat dimanfaatkan dimanapun mereka berada dan bekerja, dan dapat ikut serta mendongkrak wisata kuliner atau pariwisata dalam negeri.

Dr. Rosmawaty Hilderiah Pandjaitan, ketua tim dalam kegiatan pelatihan ini menjelaskan, siswa dari jurusan Tata Boga diharapkan dapat ikut serta mendukung subsektor kuliner Indonesia atau menjadi penyedia makanan dan minuman, yang merupakan bagian dari amenitas yang menjadi ikon kepariwisataan pada suatu daerah.

Rossa Pandjaitan sapaanya menjelaskan, kuliner bukan hanya dapat dicicipi pada saat berkunjung ke suatu destinasi wisata saja, tetapi  juga dapat dikemas sebagai oleh-oleh, dan menjadi salah satu faktor penting dalam promosi pariwisata.

Selain itu, menurut Rossa Pandjaitan, berdasarkan laporan EKRAF Tahun 2022, subsektor kuliner pemberi kontribusi paling besar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif Indonesia, yaitu 41,5 persen, selain  fesyen (17,7 persen) dan kriya (15 persen).

Berita Rekomendasi

Demikian halnya pada tahun 2010-2017.

Baca juga: Ganjar Ajak Masyarakat Manfaatkan Medsos untuk Promosi Potensi Pariwisata Daerah, Bukan Mencaci Maki

Bahkan pada tahun 2019 tercatat paling tinggi memiliki kontribusi dalam distribusi tenaga kerja, seperti dilaporkan oleh Kemenparekraf/Baparekraf (2021) dalam laporan tahunan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS).

Menurut Rossa Pandjaitan, storynomics tourism merupakan padu padan dari kata “storynomics”, yang dielaborasikan dengan kegiatan kepariwisataan atau dengan menggunakan kekuatan budaya sebagai nyawa dari destinasi pariwisata, sehingga muncul istilah storynomics tourism.

"Storynomics ini merupakan konsep pendekatan komunikasi atau teknik ataupun tata cara bercerita, yang mengedepankan narasi, konten kreatif, dan living culture," kata Rosa dalam keterangan yang diterima, Jumat (26/5/2023).

Menurutnya, konsep ini sudah lama ada, dan biasanya digunakan untuk penanaman etika dan membentuk pendidikan karakter Bangsa.

Selain itu, dapat juga digunakan untuk memperoleh keuntungan ekonomi yang tinggi dan sumber inspiratif untuk pengembangan budaya populer di era global.  Konsep ini baru dipopulerkan kembali oleh Robert McKee & Thomas Gerace dalam bukunya yang berjudul Storynomics: Story-Driven Marketing in the Post-Advertising World, tahun 2018.

Menurut McKee & Gerace, storynomics ini juga dapat digunakan sebagai marketing transformation approach dan solusi untuk mengganti pendekatan iklan yang bagi mayoritas konsumen sering dinilai menggangu.

Mengenai cara kegiatannya, bisa dilakukan secara perorangan ataupun kelompok. Bisa dengan menggunakan media sosial, bisa juga dikemas atau dielaborasikan dalam event creative bernuansa budaya, dan bisa juga dengan metode word of mouth (WOM).

Lebih lanjut Rossa Pandjaitan menjelaskan, pendekatan ini dinilai mampu membangun interpretasi dan imajinasi wisatawan akan sebuah objek wisata, juga dapat membuat wisatawan menelisik lebih dalam mengenai cerita dibaliknya.

Selain itu, dapat juga meningkatkan awareness dan experience wisatawan akan suatu destinasi wisata, sehingga termotivasi untuk datang berwisata.

Baca juga: UNWTO: Sektor Pariwisata Dunia Sudah Kembali ke Jalur Pemulihan Penuh

"Bila kunjungan wisatawan meningkat pada suatu destinasi pariwisata, tentunya semua usaha yang mengiringinya, seperti jasa akomodasi perhotelan, usaha kuliner seperti cafe dan restoran, usaha jasa perjalanan (travel agent), maupun penjualan souvenir dan oleh-oleh, pastinya ikut menuai keuntungan," ujarnya.

Itulah sebabnya, semestinya pendekatan storynomics tourism ini juga sudah dikenal dan diadopsi oleh SMK Pariwisata, sebagai lembaga pendidikan yang siap menghasilkan sumber daya manusia yang unggul di bidang pariwisata.

Apalagi oleh siswa dari jurusan Tata Boga, yang akan ikut serta mendukung subsektor kuliner Indonesia atau penyedia makanan dan  minuman yang merupakan bagian dari amenitas yang dapat menjadi ikon kepariwisataan suatu daerah.

Adapun alasan dipilihnya media sosial, menurut Rossa Pandjaitan, media sosial sekarang banyak digunakan sebagai cara tercepat untuk mencari tahu tentang berita dan peristiwa terkini.

Bahkan 50 persen pengguna internet mengatakan, mereka menerima berita terbaru di media sosial sebelum masuk ke saluran media tradisional seperti TV dan radio.

Selain itu, menurut data hasil riset Hootsuite tahun 2022, dari total populasi atau jumlah penduduk Indonesia (277,7 juta), diketahui jumlah perangkat mobile yang terhubung ada sebanyak 370,1 juta, dan pengguna internet ada sekitar 204,7 juta, sedangkan pengguna media sosial aktif ada sekitar 191,4 juta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas