Akademisi Sebut Tiga Unsur Politik di Indonesia, Sulfikar Amir: Elemen Ide Paling Jarang Dibicarakan
Associate Profesor Nanyang Technological University Singapura Sulfikar Amir menyebutkan tiga elemen unsur politik di Indonesia.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Associate Profesor Nanyang Technological University Singapura Sulfikar Amir menyebutkan tiga elemen unsur politik di Indonesia.
Menurutnya dari tiga elemen politik yang ada, elemen ide paling jarang dibicarakan.
"Kalau kita lihat politik di Indonesia ada tiga unsur. Pertama elemen drama, relasi dan terakhir ide," kata Sulfikar dalam diskusi daring bersama Total Politik dikutip Selasa (6/6/2023).
Menurutnya elemen drama itu para politisi berperilaku tertentu berikan pernyataan dan sebagainya untuk saling merespon.
"Itu dramanya dan itu penting. Ada bukti yang menunjukkan bahwa drama model tertentu itu bisa mengangkat elektabilitas. Salah satu contohnya itu kejadian di 2004. SBY bisa menjadi presiden karena sebuah drama," jelasnya.
Kemudian yang kedua kata Sulfikar elemen relasi.
Menurutnya unsur tersebut terkait bagaimana para politisi dan aktor-aktor politik saling berelasi dan relasi ini tidak pernah permanen, selalu berubah.
"Menarik sebenernya kalau kita politik di Indonesia sangat cair. Kita harus bersyukur walupun ada dampak buruknya juga dari relasi yang tidak terlalu permanen," sambungnya.
Sulfikar melanjutkan ada tingkat ketidakpastian yang tinggi itu merupakan bentuk kelemahan dari relasi yang sangat fleksibel. Tetapi juga kelebihan dari relasi yang fleksibel ini semua masalah bisa diselesaikan.
Kemudian untuk unsur yang ketiga dikatakan Sulfikar yakni elemen ide yang masih jarang dibicarakan.
Baca juga: Survei Indikator Politik Terbaru: Prabowo Unggul di Simulasi 3 Nama Capres 2024, Disusul Ganjar
"Unsur yang ketiga menurut saya masih jarang dibicarakan maka kita perlu angkat lebih lagi yaitu elemen idea. Jadi ini yang harus kita jadikan bahan diskusi untuk lebih intens bukan hanya soal dramanya, siapa berkoalisi dengan siapa. Tetapi apa yang butuhkan dan kita lakukan ketika Pak Jokowi sudah selesai," tutupnya.