Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Jangan Keliru! Pakar Lingkungan Ini Beberkan 5 Fakta Tentang Kemasan Plastik Sekali Pakai

terdapat lima kekeliruan mengenai kemasan plastik sekali pakai serta dampaknya terhadap lingkungan.

Penulis: Muhammad Fitrah Habibullah
Editor: Anniza Kemala
zoom-in Jangan Keliru! Pakar Lingkungan Ini Beberkan 5 Fakta Tentang Kemasan Plastik Sekali Pakai
Shutterstock
Menurut pakar lingkungan dari Universitas Michigan, Shelie Miller, terdapat lima kekeliruan mengenai kemasan plastik sekali pakai serta dampaknya terhadap lingkungan. 

TRIBUNNEWS.COM - Kekeliruan mengenai penggunaan kemasan plastik sekali pakai masih terus beredar di tengah masyarakat. Padahal, tak semuanya merupakan fakta, apalagi terkait dampaknya yang signifikan terhadap kerusakan lingkungan

Seorang pakar lingkungan dari Universitas Michigan, Amerika Serikat, Shelie Miller, membeberkan fakta terkait kekeliruan tersebut lewat artikelnya yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology. Ia menekankan pentingnya penggunaan pendekatan Analisis Siklus Hidup (Life Cycle Assessment) dalam memandang penggunaan kemasan plastik sekali pakai. 

Menurutnya, dampak lingkungan yang signifikan bukanlah disebabkan oleh kemasan plastik, namun lebih banyak diakibatkan oleh produk yang terkandung di dalamnya. Melalui penelitiannya, Miller menemukan bahwa dampak lingkungan dari kemasan plastik relatif minimal dibandingkan dengan bahan kemasan sekali pakai lainnya, seperti kaca atau logam.

Baca juga: Bahaya BPA Kemasan Plastik pada Kesehatan yang Perlu Diwaspadai

Miller yang juga merupakan profesor di School for Environment and Sustainability mengungkapkan bahwa konsumen kerap berfokus pada dampak kemasan dibanding produk itu sendiri. 

“Konsumsi bijak yang bisa mengurangi kebutuhan akan produk dan menghilangkan pemborosan sebenarnya jauh lebih efektif dalam mengurangi dampak lingkungan secara keseluruhan daripada mendaur ulang,” ujar Miller. 

Tak hanya itu, ia juga mencatat bahwa daur ulang kemasan hanya memberikan manfaat lingkungan terbatas, terutama bila dibandingkan dengan upaya dalam mengurangi konsumsi.

“Sayangnya, lebih mudah bagi konsumen untuk mendaur ulang kemasan suatu produk daripada secara sukarela mengurangi permintaan mereka akan produk tersebut, yang mungkin menjadi salah satu alasan mengapa upaya daur ulang sangat populer,” kata Miller.

Berita Rekomendasi

LCA untuk mengukur dampak lingkungan yang komprehensif

Lewat temuannya, Miller menyanggah pendapat yang mengatakan bahwa menghilangkan plastik sekali pakai adalah kunci untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Menurutnya, terdapat langkah yang lebih efektif dalam mengurangi kerusakan lingkungan secara keseluruhan, yaitu dengan mengurangi konsumsi bahan dan menggunakan ulang produk (yang bebas racun kimia) sebelum didaur ulang.

Untuk mengukur dampak lingkungan secara komprehensif, Miller dan tim penelitinya menggunakan pendekatan yang disebut Penilaian Siklus Hidup atau Life Cycle Assessment (LCA). 

Baca juga: Cerita Tentang Tas Ransel Terbuat dari 50 Botol Plastik di KTT G20 Nusa Dua, Bali

LCA  mencakup berbagai kategori dampak, yakni perubahan iklim, penggunaan energi, penipisan air dan sumber daya, hilangnya keanekaragaman hayati, timbulan limbah padat, dan toksisitas terhadap manusia serta lingkungan.

Dengan LCA, Miller dalam hasil risetnya yang berjudul ‘Five misperceptions surrounding the environmental impacts of single-use plastic’ menjabarkan lima kekeliruan mengenai penggunaan kemasan plastik sekali pakai, yaitu:

Kemasan plastik dituding sebagai  kontributor terbesar terhadap kerusakan lingkungan. Padahal, hasil LCA menunjukkan bahwa produk di dalam kemasan lebih bertanggung jawab untuk dampak lingkungan daripada kemasan itu sendiri. 

Plastik memiliki dampak lingkungan lebih besar daripada semua bahan kemasan. Padahal, hasil LCA menunjukkan bahwa plastik adalah 1 dari 10 bahan kemasan yang dampak lingkungannya lebih sedikit daripada bahan kemasan pada umumnya.

Produk yang dapat digunakan kembali memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah, hanya jika digunakan kembali dalam jumlah yang cukup untuk mengimbangi intensitas material yang lebih besar.

Daur ulang dan pengomposan harus menjadi prioritas tertinggi. Padahal, hasil LCA menunjukkan bahwa manfaat lingkungan dari daur ulang dan pengomposan cenderung lebih kecil, utamanya dibandingkan upaya pengurangan konsumsi secara keseluruhan.

Upaya ‘Zero Waste’ yang melarang plastik sekali pakai bisa meminimalkan dampak lingkungan. Namun, hasil LCA menunjukkan bahwa inisiatif  ‘Zero Waste’ bisa menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan jika tidak dirancang secara holistik untuk benar-benar mengurangi dampak lingkungan.

Dengan temuan tersebut, Miller menekankan pentingnya melihat masalah plastik sekali pakai dalam konteks Analisis Siklus Hidup atau LCA dengan berbagai langkah, yaitu mengevaluasi seluruh siklus hidup produk, mulai dari ekstraksi sumber daya hingga pembuangan atau penggunaan ulang. 

Penelitian ini  juga menunjukkan bahwa tantangan lingkungan terkait dengan plastik dan limbah plastik tidak boleh diabaikan. Karena itu, diperlukan adanya pemahaman yang lebih luas tentang dampak lingkungan untuk mencapai solusi yang lebih efektif dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

Baca juga: Model Kolaborasi Sangat Tepat Selesaikan Pencemaran, Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim

“Konsumen seringkali berfokus pada aspek-aspek dampak lingkungan yang lebih terlihat, seperti limbah kemasan, padahal sejumlah besar dampak lain yang tidak terlalu mencolok tidak diperhatikan,” kata Miller. 

Maka itu dengan adanya LCA, konsumen bisa menyoroti dan mengukur dampak yang tidak terlihat namun signifikan. 

“Analisis LCA menawarkan evaluasi yang lebih sistematis terhadap seluruh rantai pasokan, sehingga menyoroti dan bisa mengukur dampak lingkungan yang tidak terlalu terlihat tapi berpotensi signifikan,” ujar Miller.

Lebih lanjut, penelitian ini menggarisbawahi upaya untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan meningkatkan daur ulang, hanya mengalihkan perhatian dari dampak lingkungan yang lebih besar, seperti hal-hal yang terkait dengan penggunaan energi, manufaktur, dan ekstraksi sumber daya.

Hadirnya LCA bertujuan mendorong konsumen untuk mengadopsi pandangan yang lebih holistik atau menyeluruh dalam mengatasi masalah plastik sekali pakai. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mempertimbangkan seluruh siklus hidup produk dan memprioritaskan pengurangan konsumsi serta  penggunaan ulang, dibandingkan melakukan proses daur ulang itu sendiri. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas