ICSF: Ratusan Warga Garut Kena Pinjol Jadi Dampak Nyata Kebocoran Data Pribadi
Ketua ICSF Ardi Sutedja menyampaikan kebocoran data pribad salah satu contohnya yakni kasus ratusan warga di Garut yang identitasnya dicatut.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Arif Fajar Nasucha
Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja menyampaikan kebocoran data pribadi berbahaya dan merugikan bagi pemiliknya.
Salah satu contoh nyatanya, kata Ardi, yakni kasus ratusan warga di Garut yang identitasnya dicatut dan berujung dipakai pihak tak bertanggung jawab untuk membuat utang ke pinjaman online (pinjol).
“Dampak dari kebocoran data itu contohnya yang terjadi di Garut di mana satu desa itu data-data pribadi masyarakatnya disalahgunakan untuk dipakai pinjol. Itu salah satu dampak,” kata Ardi dalam diskusi daring Polemik Trijaya bertajuk 'Data Warga Siapa yang Salah?' pada Sabtu (22/7/2023).
Namun kata Ardi, dampak kebocoran data yang paling mengerikan adalah peretas cukup memerlukan 3 unsur untuk meretas berbagai tempat atau akun dari si pemilik data. Unsur yang diperlukan hanya nama lengkap, ID card, NPWP, hingga domisili hukum.
“Tapi yang paling mengerikan, kalau dalam data itu bukan sekedar sekian ratus juta data bocor, tapi namanya data pribadi itu cuma perlu 3 unsur untuk bisa masuk ke berbagai tempat, misalnya nama lengkap, ID card, NPWP, terus juga domisili hukum sesuai yang terdaftar,” katanya.
Baca juga: Kapolres Sebut 333 Warga Garut Terverifikasi Punya Utang Fiktif di PT PNM, Ini Jumlah Pinjamannya
Kata Ardi, hanya dengan 3 unsur data tersebut peretas bisa menggunakannya untuk mengakses ke rumah sakit, hingga perbankan.
“Itu aja sudah bisa seorang peretas, apalagi dibantu teknologi semakin canggih seperti sekarang untuk masuk ke berbagai tempat, antara lain ke rumah sakit, ke perbankan,” ungkap dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.