Jakarta Jadi Kota Besar Paling Tercemar Polusi Udara Nomor 2 di Dunia
Jakarta menjadi kota besar paling tercemar polusi udara nomor dua di dunia setelah Dubai.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
"Jika polusi udara terjadi terus menerus selama bertahun-tahun berkepanjangan maka memang secara teoritis dapat saja menimbulkan penyakit paru kronik, tetapi kan kenyataannya polusi udara akan berfluktuasi, kadang-kadang buruk dan lalu membaik, jadi yang terjadi bukanlah dampak berkepanjangan," kata dia kepada Tribunnews.com, Jumat (11/8/2023).
Pemerintah pun diminta lakukan langkah konkret atas masalah polusi udara yang terus-menerus terjadi ini.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyinggung solusi polusi udara dengan pindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN) tidak tepat.
Pengkampanye polusi dan urban Walhi Nasional Abdul Ghofar, menuturkan,
masalah polusi udara di Jakarta tidak patut dijadikan legitimasi bahwa IKN masih dibutuhkan.
Lagipula, polusi udara tidak hanya terjadi di Jakarta.
"Saya kira harus berani menjawab yang subtansial. Apa desainnya untuk mengendalikan polusi udara baik di Jakarta, metropolitan area maupun di kota kota besar lain," kata Abdul Ghofar saat dihubungi Tribun, Kamis (10/8/2023).
Adapun solusi yang bisa dilakukan menurut Ghofar dimulai dari
mengidentifikasi secara lebih jelas tentang apa saja yang menjadi penyebab polusi udara.
Misalnya dari sektor transportasi bisa dilakukan uji emisi berkala.
"Transisi energi segera, misalnya. terus pengetatat baku mutu emisi, inventarisasi hutan tercemar, kajian komprehensif soal dampak polusi udara," tutur Ghofar.
Dari catatan Nafas.id, kualitas udara di Jakarta sudah darurat.
Kebijakan pemerintah pusat dan daerah belum menjawab kebutuhan warga negara untuk menghirup udara bersih.
Polusi udara yang masuk ke dalam kantor, bisa memengaruhi kinerja jangka pendek termasuk kinerja 80 persen lebih buruk
6 persen kehilangan produktivitas.
"Perbaikan kualitas udara di Jakarta bisa dilakukan. Jika masalah kualitas udara menjadi prioritas pemerintah untuk seluruh negara, seperti halnya di Beijing,"
ujar Co-founder Nafas Indonesia Piotr Jakubowski.
Permasalahan polusi udara tidak bisa ditangani oleh satu atau dua pihak saja, melainkan butuh kerja sama dari semua elemen, termasuk masyarakat.
Dokter paru dari RSUP Persahabatan Dr Erlina Burhan mengingatkan agar masyarakat untuk selalu mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan.
"Kita sedang polusi udara berat maka harus pakai masker," kata dia.