Moeldoko: Negara ASEAN Sepakat Ciptakan Kawasan yang Damai
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko memastikan ASEAN masih menjadi wadah yang utuh bagi negara-negara kawasan Asia Tenggara.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko memastikan ASEAN masih menjadi wadah yang utuh bagi negara-negara kawasan Asia Tenggara.
Negara-negara ASEAN, kata Moeldoko, sepakat untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.
"ASEAN tetap merupakan wadah yang utuh dan ASEAN punya kesepakatan, yaitu menjadikan pusat pertumbuhan ekonomi, epicentrum of growth, yang kedua, ingin bangun ekosistem EV di kawasan ASEAN," ujar Moeldoko di Media Center ASEAN, JCC, Jakarta, Selasa (5/9/2023).
Menurut Moeldoko, kekuatan negara ASEAN akan semakin solid dengan kehadiran negara di luar kawasan Asia Tenggara.
Ekonomi di kawasan Asia Tenggara, kata Moeldoko, akan digerakan bersama-sama oleh negara ASEAN.
"Itu akan diperkuat lagi oleh kehadiran beberapa negara plus plus tadi yang akan memperkuat dari sisi bagaimana ekonomi akan menjadi hal yang akan digerakkan bersama," tutur Moeldoko.
Selain itu, Moeldoko mengatakan negara-negara ASEAN berupaya menciptakan stabilitas.
Langkah ini dilakukan untuk menghadirkan perdamaian dan kesejahteraan bagi negara ASEAN.
"Dan kedua bagaimana membangun kawasan ini yang semakin stabil. Intinya adalah bagaimana menuju kepada peace, kesejahteraan dan kedamaian," pungkas Moeldoko.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi membuka sesi pleno dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN di JCC, Jakarta.
Baca juga: Presiden Jokowi Ingatkan ASEAN Tidak Imun Terhadap Tantangan Global
Dalam sesi pleno tersebut, hadir para pemimpin negara di kawasan ASEAN di antaranya Perdana Menteri (PM) Laos Sonexay Siphandone, PM Kamboja Hun Manet, Ketua Delegasi Thailand Sarun Charoensuwan, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Malaysia Anwar Ibrahim, PM Vietnam Pham Minh Chinh, PM Timor-Leste Xanana Gusmao, PM Cook Islands Mark Brown, Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin, dan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah.